03 - Flashback'1

1764 Words
-happyreading- Kini Angga, Aca, Aldo, Ara, Dilta dan Valerie sedang berkumpul di rumah Rival. Mereka semua berada di ruang keluarga dengan kegiatan yang mereka lakukan. Angga dan Rival sedang bermain PS, Aca dan Aldo sedang mengusili pacar mereka yang tak lain adalah Ara dan Dilta. Sedangkan Valerie, ia sedang sibuk bermain game Mobile Legend di ponselnya. Namun, aktivitas mereka terhenti saat mendengar teriakan sesesorang. Tanpa melihat wajahnya, Rival pun sudah tau itu suara siapa. "Etdah suara siapa itu anjim!? Cempreng amat," tanya Aldo yang merasa terganggu. "Suara adek gue palingan," jawab Rival. Aca mengerutkan keningnya "Lah lu punya adek emang?,". Rival mengangguk "Ga pernah keluar kamar dia mah kalo lo pada ngumpul di sini, makanya lo pada gatau kalo gue punya adek," jelasnya. "Tunggu-tunggu, kok gue kayak kenal suaranya ya?," ucap Ara yang diangguki oleh Dilta dan Valerie. "Kenal gimana?," tanya Aca "Ya, pokoknya kayak ga asing gitu," jawab Ara yang membuat Aca ber-oh ria. "Mau kemana lo, Ngga?," tanya Aca pada Angga saat melihat Angga berdiri. "Mau ke toilet, kenapa mau ikut?," jawab Angga seraya menatap datar Aca "Najis njing!," umpat Aca sambil memutarkan bola matanya yang di sambut gelak tawa teman-temannya. Di lain tempat, Aya sudah sampai di rumahnya. Gadis itu langsung memakirkan motornya, lalu melepaskan helm dan jaketnya. Ia mengernyit bingung melihat banyak motor yang terpakir di depan garasi, tapi gadis itu tak mau ambil pusing. Sesekali ia meringis karna lukanya yang terasa perih saat bergesekan dengan jaket jeans yang di pakainya, juga pipinya yang terasa sakit akibat di tampar oleh senior biadabnya tadi. Setelah Aya melepaskan jaket dan helmnya, ia segera memasuki rumahnya. "ASSALAMUALAIKUM, YUHUUUU ADEK COMEBACK!!," teriak Aya lalu meringis karna ujung bibirnya yang sobek terasa perih. Gadis itu langsung berjalan ke ruang keluarga. Karena tidak ada jawaban, lantas Aya berteriak lagi. "YUHUUUUU, ADA ORANG GA SIH? KOK SALAM ADEK GA DIJAWAB?" teriak Aya yang tidak menyadari bahwa di ruang keluarga ada teman-teman abangnya. "Waalaikumsalam, Aduhh adek bisa ga sih, ga usah teriak? Ini rumah bukan hut--YA ALLAH ADEK KAMU KENAPA?!," pekik Stephanie saat melihat keadaan anak gadisnya. "Apaan deh? Mamah lebay banget," balas Aya santai tanpa menjawab pertanyaan mamahnya itu. "Lebay gimana adek?! Kamu pulang dengan keadaan kayak gini. Baju basah kuyub, tangan sama kaki luka, ujung bibir sobek, pipi lebam, gimana Mamah ga kaget?!," jelas Stephanie panjang lebar membuat Aya memutarkan bola matanya. "Aduhhh, Adek itu ga papa mah. Adek itu tadi ha--,"  "Paling juga habis adu jotos lagi dia Mah," potong Rival santai membuat Aya menggeram menahan kesal. "APAAN SIH LO? SOK TAU BANGET!" teriak Aya kesal "Terus kalo lo ga berantem, lo habis ngapain sampai bonyok kaya gitu?" tanya Rival lagi. "Ih gue itu tadi habis di bu--KALIAN NGAPAIN DISINI?!," pekik Aya saat melihat ketiga sahabatnya yang sedang menatapnya khawatir. "Di bu??," beo Rival "Udah-udah! kalian berdua ribut terus kerjaannya. Aldy, tolong obatin adek kamu ya, mamah mau ke kantor papah dulu nganter makan siang," ucap Stephanie melerai perdebatan kecil anaknya, membuat Aya menghembuskan nafas lega karna tadi ia hampir keceplosan. "Iya mah, mamah hati-hati ya." jawab Rival. "Yaudah deh gue mandi dulu ya girls," ucap Aya pada sahabatnya seraya berjalan menaiki tangga untuk menuju kekamarnya yang berada dilantai 2. Aya mengedipkan sebelah matanya membuat ketiga sahabatnya mendengus kasar. Pokoknya Aya hutang penjelasan pada mereka!! "Sini gue obatin dulu," Rival menarik lengan adiknya. "Gue sendiri aja, gue mau mandi dulu," setelah mengucapkan kalimat itu, Aya berjalan menuju tangga. "Dek nanti turun ya," teriak Rival Aya hanya mengangguk sebagai respon. >~Novel melalui sebuah aplikasi. Ia langsung berbaring di kasur empuknya dan membuka aplikasi tersebut di ponselnya, tanpa mengingat ucapan Rival yang menyuruhnya untuk turun kembali. Lagipula ia sudah mengobati lukanya 'kan? Seperti biasa, setiap membaca novel online, Aya selalu seperti orang gila. Kadang tertawa, kadang menangis, dan kadang tersenyum sendiri, persis seperti orang gila bukan? "hiks..hiks..hiks, ish ini cowok jahat banget anjir sama ceweknya, kan kasian," gumam Aya sambil terisak pelan. Tak lama kemudian... "Bwahahahaha, aduh ini cewek kocak bener dah," Aya tertawa sendiri, karena membaca part yang lucu, mungkin. Seperti itulah Aya, persis seperti orang gila kalo sedang membaca novel. Setelah menangis ia langsung tertawa, lalu habis tertawa menangis lagi. Pasti kalian begitu juga kan?!!! Ngaku!!! Merasa sudah bosan membaca, Aya memilih untuk mendengar lagu. Namun, sebelum itu Aya mengambil earphone di nakas samping tempat tidurnya. Setelah memasang earphone di kedua telinganya, Aya dengan segera memutar lagu favoritnya. Tak sampai 5 menit ia sudah merasa ngantuk, Aya memilih memejamkan matanya. Namun, saat matanya terpejam, Aya membayangkan wajah kakak pertamanya yang bernama Jeni. Aya sangat merindukan kakaknya itu, sudah hampir 6 tahun ia tidak melihat wajahnya kakaknya itu. Tanpa ia sadari, air matanya menetes saat mengingat kejadian yang membuat ia tidak bisa bersama dengan kakaknya itu. "Kak Jeni, Aya kangen," gumamnya sebelum ia benar-benar tertidur. >~"hiks...hiks...hiks" Runtuh sudah pertahanan Aya, ia tidak lagi dapat menahan isakannya untuk tidak keluar. Hatinya terasa sangat sakit saat Papahnya selalu saja menyalahkannya tentang kematian Jeni. Bahkan Papahnya tidak mau mendengarkan penjelasan Aya. Gadis itu sangat sedih, Papahnya benar-benar berubah kepadanya,Papahnya menjadi dingin, suka marah, dan bahkan tidak peduli kepadanya. Dengan kondisi Aya yang seperti ini pun, Papahnya masih tega memarahinya. Stephani mendongak saat Rival masuk ke kamar Aya dengan wajah paniknya.  "Kenapa lagi?," tanya Rival di samping Stephanie. "Berenti marahin Aya terus Pah! Papah selalu begitu, selalu nyalahin orang bahkan di saat Papah belum tau fakta sebenarnya," sambung Rival menatap marah Reky. "Tapi anak ini bikin ulah terus!," balas Reky dengan suara yang masih tinggi. "PAH! Cukup! di bawah ada temen-temen Aldy. Papah gak malu suara Papah di denger sama mereka?!," Reky mendegus mengabaikan Rival yang nafasnya sudah tak beraturan karena terpancing emosi. Dengan air mata yang terus mengalir, Aya mendongak untuk menatap Papahnya. Aya dapat melihat kemarahan di mata Papahnya itu. Namun, Aya juga melihat kekhawatiran di situ. "Kenapa Pah?," tanya Aya sambil terisak. Melihat anaknya menangis, Stephanie pun langsung memeluk Aya untuk memberikan ketenangan "Sabar dek," ucap Stephanie yang juga terisak melihat anaknya menangis. "Kenapa apanya?," tanya Reky dengan nada yang tidak setinggi tadi. "KENAPA PAPAH BERUBAH? KENAPA PAPAH SELALU MENYALAHKAN AYA ATAS KEMATIAN KAK JENI? BAHKAN PAPAH BELUM TAU CERITA YANG SEBENARNYA PAH!," teriak Aya kepada Papahnya itu. "Bahkan waktu itu Aya juga hampir mati Pah, Aya sempat koma," lirihnya yang masih bisa didengar oleh Reky. Mendengar itu, sontak Reky terkejut. Reky memang tidak mau mendegarkan penjelasan istrinya, karena ia mengira itu ulah Aya. Karna sebelum kejadian itu terjadi, Jeni sempat menelponnya untuk meminta izin berjalan dengan Aya. Ia berfikir bahwa Aya mendorong Jeni hingga anak sulungnya tertabrak. "Mak-maksud kamu, kamu koma?," Tanya Reky terbata-bata karena kaget. "Iya pah, Aya koma seminggu karena saat itu Aya mau ngelindungin kak Jeni. TAPI APA PAH? KENAPA PAPA SELALU MENYALAHKAN AYA?!," "SEANDAINYA AYA TAU KALO PAPAH BAKALAN BERSIKAP KAYA GINI KE AYA, LEBIH BAIK SAAT ITU AYA GA BERJUANG UNTUK HIDUP, LEBIH BAIK SAAT ITU AYA IKUT SAMA KA JENI!," teriak Aya seraya berdiri mengambil jaket dan ponselnya, lalu berjalan keluar dari kamarnya. Aya pun langsung berlari menuruni tangga sambil menghapus kasar airmatanya. Lalu, ia pergi mengambil kunci motornya dan langsung berlari keluar rumah, tanpa menghiraukan teriakan abang dan ketiga sahabatnya. >~Hiks..hiks..hiks "Kak Jeni, kenapa kakak pergi secepat ini kak? Papah berubah sama Aya semenjak kakak pergi. Papah udah ga sayang lagi sama Aya. Seharusnya yang pergi saat itu Aya bukan kakak," adu Aya sambil terisak. Gludug..gludug..gludug Aya tersentak kaget saat mendengar suara guntur. Ia pun mendongak keatas, langit terlihat gelap padahal pukul masih jam setengah 5, angin kencang mulai menerpa wajah Aya. Rintikan air hujan pun mulai turun dengan derasnya membasahi tubuh mungil Aya. Namun, hal itu tidak membuat Aya berpindah dari posisinya. "Kak Aya kangen banget sama kakak, Aya pengen ketemu kakak, Aya pengen bareng sama kakak, main bareng papah, mamah, sama bang Aldy, pengen tidur lagi sama kakak," lirih Aya dengan tubuh yang sudah basah akibat terguyur air hujan. *Flashback On Sore itu, sekitar pukul 4 sore, Aya dan Jeni sedang berada di kamar mereka. Aya dan Jeni sedang menonton kartun favorit mereka. Merasa bosan, Jeni pun mengajak Aya untuk berjalan-jalan. Tapi sebelum itu, ia menelpon Papahnya untuk meminta izin. Jeni memang sangat dekat dengan Papahnya di bandingkan mamahnya dan sebaliknya Aya dan Rival lebih dekat dengan Mamahnya. Setelah mendapat izin dari papahnya, Jeni langsung mengajak Aya keluar. Awalnya Aya tidak mau ikut karena, ia merasa malas. Tapi karena paksaan dari Jeni, Aya memilih ikut dan mereka langsung berjalan keluar rumah setelah pamit dengan Stephanie. Kedua bocah berumur 13 dan 10 tahun itu jalan beriringan, sesekali mereka tertawa saat membahas hal konyol. Selama berjalan, mereka selalu bercerita, dari hal yang penting sampai yang tidak penting. Terkadang Aya menjahili Jeni dan membuatnya menggeram kesal lalu mengejar Aya. Saat ini, mereka berdua sedang berada di pinggir jalan, karena Jeni ingin pergi ke mini market yang berada di sebrang jalan. Ia ingin membeli coklat dan es krim untuk di bawa ke taman. Karena rencananya habis dari mini market, mereka ingin bermain ke taman komplek rumahnya. Jeni menyebrang jalan dan masuk ke mini market sendiri, karena ia menyuruh Aya menunggunya di sebrang saja. Tak lama kemudian, Jeni keluar dengan membawa kantong plastik yang berisi coklat, snack, dan es krim. Jen pun melambaikan tangannya, membuat Aya tersenyum geli melihat tingkah kakaknya itu. Jeni akhirnya menyebrang. Namun, dari jalur kanan, ada mobil yang ugal-ugalan. Aya yang menyadari itu pun langsung berlari dan berteriak. "KAK JENI AWAS!!!" BRAKKK...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD