bc

Teruntuk Imamku

book_age0+
2.0K
FOLLOW
25.9K
READ
drama
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

Karena setelah namamu saya sebut dalam akad kita dulu, sejak itulah saya mempunyai tanggung jawab untuk menjaga, melindungi dan untuk membahagiakan kamu.

chap-preview
Free preview
1
"Wahai malaikat, saksikanlah Sesungguhnya Aku sayang kepada hamba-hambaKu" Ayaka Hnayaaa Point Of View Awalnya gue mikir kalau hidup gue udah sangat sempurna, gue punya keluarga, harta juga cinta, bukannya diumur gue yang baru menginjak 19 tahun apa yang yang punya sekarang udah terasa lengkap, dimata orang-orang terdekat, hidup gue udah sangat bahagia, tapi aslian itu semua gak yang kaya mereka pikirin, gue kesepian ditengah lengkapnya keluarga gue, gue berasa miskin disaat uang yang gue butuhkan selalu tercukupi, gue bahkan masih merasa sendirian disaat ada seorang lelaki yang memperhatikan gue sehari 24 jam. Inilah gue dan ini adalah perjalanan hijrah gue. 2014, gue masih duduk di bangku kelas tiga SMA, banyak dari teman-teman gue yang sudah memiliki rencana ingin melanjutkan study mereka kemana, tapi gue? Entahlah, gue sama sekali gak kepikiran. "Kamu kenapa? Kamu udah makan?" gue hanya menggeleng untuk pertanyaan Kak Ardit barusan, Arditya Ramadhan, lelaki yang sudah gue pacari lebih dari empat tahun, memang kedengarannya gak mungkin mengingat kebiasaan gue yang mudah banget bosen tapi bisa bertahan menjalin hubungan selama itu, selama ini gue ngerasa nyaman dan Kak Ardit juga mengatakan hal yang sama. "Mau Kakak antar pulang? Bunda tadi ngehubungin Kakak, kamu kenapa Ya? Jangan ngebuat Kakak sama keluarga kamu khawatir" Kak Ardit mengusap kepala gue pelan lengkap dengan raut khawatirnya, ditahun ke empat hubungan kami, gue rasa cukup wajar kalau Kak Ardit juga udah kenal deket sama keluarga gue, walaupun Ayah, Mas Juna sama Mas Lana kurang setuju, tapi Bunda masih beranggapan kalau Kak Ardit itu cukup baik, cukup bertanggung jawab untuk ngejagain gue, Kak Ardit terlihat baik dimata keluarga gue tapi apakah Kak Ardit terlihat baik dimata Pencipta gue? "Kak, Aya mau pulang sendiri aja hari ini, jangan tanya kenapa atau berfikiran Kakak punya salah sama Aya, gak ada yang salah sama Kakak, Aya cuma butuh waktu sendiri" Kak Ardit natap gue seolah nelisik tapi gue cuma ngebalas tatapan yang Kak Ardit layangkan dengan tatapan menenangkan gue, gue berusaha sebaik mungkin untuk gak ngebuat orang-orang terdekat gue khawatir walaupun gue tahu pasti ada yang salah dengan hati gue, gue gak baik-baik aja. "Hati-hati, kabarin Kakak kalau ada apa-apa" "Heummm" Berselang 15 menit gue nyampe dirumah, gue ngucapin salam dan langsung masuk ke kamar, gue terlalu bosan, hati gue terus gelisah tentang sesuatu yang gue sendiri gak pernah tahu alasannya. "Dek, udah shalat?" tanya Kak Reina begitu masuk ke kamar gue. "Udah" jawab gue berbohong, gue tahu berdosa meninggalkan shalat tapi entah kenapa gue tetap meninggalkannya dan malah membuat para setan tertawa. "Kalau udah ayo turun makan, Kakak sudah masak tumis kangkung kesukaan kamu" Reina Hnayaaa, Kakak perempuan gue memang sangat perhatian, dia cantik, baik dan harus gue akui kalau Kak Reina sangat mengerti agama, tidak seperti gue, Kak Reina mungkin merupakan sosok istri dan menantu idaman zaman sekarang. "Kakak duluan aja, nanti Adek nyusul" Kak Reina mengangguki dan melangkah turun meninggalkan gue sendiri dengan beribu rasa bersalah yang makin menjadi. "Ting" gue melirik handphone gue yang sekarang tergeletak asal diatas ranjang. From: Kak Ardit Kamu udah dirumah? Jangan lupa makan, Kakak gak mau kamu sakit Gue tersenyum sekilas dan meletakkan kembali handphone gue, gue memang tersenyum tapi tersenyum miris, Kak Ardit selalu mengingatkan gue makan tepat waktu tapi gak pernah mengingatkan untuk shalat gue. Setelah beberes dan ngebasuh muka sembab gue, gue turun dan ikut makan bareng keluarga, semuanya terasa biasa aja sampai suara Mas Juna membuat gue kembali harus nahan emosi. "Kalau pake baju itu yang bener Dek, sampai kapan Adek mau kaya gini? Adek bukan anak kecil lagi, contoh Kakak, pake baju gamis dan pake jilbab syar'i untuk nutupin lekuk tubuh Adek" ucap Mas Juna lempeng seolah gak ada yang salah dengan ucapannya barusan, .emang gak ada yang salah dengan ucapan Mas Juna barusan, gue juga tahu kalau pakaian Kak Reina jauh lebih baik dari gue tapi gue gak suka setiap kali Mas Juna selalu ngebanding-bandingin gue sama Kak Reina, gue ya gue, Kak Reina ya Kak Reina, jangan paksa gue berubah hanya untuk mengikuti kak Reina, kalau memang gue harus berubah biarin gue berubah dengan proses dan keinginan hati gue sendiri, gak dengan cara dipaksa kaya gini. "Adek memang gak pernah bener di mata Mas, di mata Mas cuma Kak Reina yang paling baik, Adek tahu Kak Reina sempurna dimata Mas tapi Adek juga gak seburuk itu" gue ninggalin meja makan dan balik masuk ke kamar, ini bukan pertama  kalinya keluarga gue selalu membanding-bandingkan gue dan Kak Reina, mereka selalu bersikap kaya itu dan ini adalah alasan kuat kenapa gue mau kuliah diluar kota dan hidup jauh dari keluarga. . . . Beberapa bulan berlalu dan sekarang gue udah lulus SMA, teman-teman gue udah banyak yang mendaftar di beberapa universitas yang terkemuka di kota ini dan beberapa bahkan sudah ada yang diterima dengan jalur undangan. Gue? Gue hanya mengerjakan apa yang bisa gue bantu dirumah, gue membantu Bunda membereskan rumah, mencuci dan menyetrika pakaian, walaupun gue kesal dengan sikap membandingkan-bandingkan mereka tapi gue tetaplah seorang anak, gue gak mau Bunda kelelahan dan jatuh sakit. "Dek, sini dulu Ayah mau ngomong" gue meletakkan sapu yang gue pegang dan berjalan untuk duduk didekat Ayah. "Nanti kalau kuliah di luar kota, Adek mau tinggal dimana?" pertanyaan Ayah yang membuat gue tertegun, gue memang sudah pernah mengutarakan keinginan gue untuk kuliah di luar kota tapi gak di gubris oleh Bunda sedikitpun, bukan hanya itu, nenek juga melarang keras gue untuk kuliah di luar kota dikarenakan Kak Reina hanya bersekolah di kampus daerah jadi tidak adil jika gue berkuliah di luar kota, ya memang nenek lebih menyayangi Kak Reina di banding gue, setelah itu semua, guepun memilih menyerah untuk keinginan gue itu dan Mas Juna sudah mendaftarkan gue di universitas yang sama dengan Kak Reina sekarang tapi beneran gue gak tahu kalau Ayah masih mempertimbangkan keinginan gue itu. "Dek, Ayah sudah tidak sekuat dulu lagi, yang membiayai Adek sama Kakak sekarang itu ya cuma Bunda, Bunda yang bekerja banting tulang, Mas Juna dan Mas Lana juga tidak bisa membantu banyak, Ayah hanya ingin, kalau memang Adek bersungguh-sungguh, Adek harus buktikan ke Ayah kalau Putri Ayah ini bisa, Ayah izinkan Dek tapi Adek harus janji, jaga diri baik-baik dan jangan kecewakan Ayah, Adek udah lulus di UIN kan?" Air mata gue jatuh begitu saja, Ayah memang paling ngertiin gue dan gue bersyukur karena Allah mengirimkannya untuk gue, dia Ayah gue dan dia adalah cinta pertama gue.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

DOKTER VS LAWYER

read
1.1M
bc

Daddy Bumi, I Love You

read
36.0K
bc

Dear Pak Dosen

read
434.1K
bc

Touch The Cold Boss

read
241.9K
bc

Stuck With You

read
75.7K
bc

Cici BenCi Uncle (Benar-benar Cinta)

read
204.5K
bc

Dear Doctor, I LOVE YOU!

read
1.2M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook