Lebih manis dari madu
Juli 2010.
Akhirnya kegiatan 'Masa Orientasi Siswa' ini selesai juga. Hari yg ditunggu karna artinya para peserta kegiataan tersebut sudah dianggap SAH menjadi murid putih abu-abu dan mendudukkan kursi di bangku kelas 10 dan disinilah kisahnya bermula.
"Hey Ra, aku cariin dikelas taunya udah diperpus aja" yurra tersenyum malas menanggapi sahabat bawelnya itu. Memang begitulah kebiasaan seorang Riyanni Aryoura, gadis berparas manis dengan lesung di pipi kirinya dan dijuluki makhluk balok es oleh Dwinda Lestari sang sahabat perempun satu-satunya.
"Malah senyum, ada yang nyariin tuh dikelas, sumpah Ra, dia manis banget lebih manis dari madu." sambung Dwinda antusias sambil meremas sebelah tangan Yurra untuk mendapat respon lebih dari sang sahabat.
"Kemarin kamu bilang ganteng melebihi chicco jerikho, hari ini manis melebihi madu, besok apa lagi Wi?" Ucap yurra malas, pasalnya sahabat tersayangnya itu selalu memuji berlehihan setiap kk kelas yang datang dengan maksud tidak penting, hanya untuk meminta nomor hp nya yang sebenarnya sudah diberi tanpa izin oleh Dwinda, tapi tetap saja dia heboh bagai cacing kepanasan.
"Serius Ra, yang ini benaran sempurna, hidung mancung, lesung pipi kiri kanan, gigi ginsul," ucap Dwinda dengan mata berbinar.
"Jangan mulai, aku hafal standar sempurna menurut seorang Dwinda Lestari." jawab Yurra pongah.
"Aku serius Ra, kamu ingat nggak, anggota osis yang bimbing regu kita minggu lalu? Naah itu dia orangnya. kalo aja yang diminta nomorku, sudah kukasih dengan bahagia."
Yurra memutar bola matanya, dasar drama queen, jelas Dwinda bukan seorang yg kurang perhatian, sudah pacaran sejak di bangku Sekolah menengah Pertama dengan sang pacar, masih saja hobi melirik cowok ganteng.
"Ayok balik ke kelas, bentar lagi bel masuk." ajak Yurra pada sahabatnya yg masih sibuk dengan otak centilnya itu.
Saat tiba di kelas, suasana kelas masih lenggang hanya ada rombongan 'cowok terganteng dikelas 10' itu julukan yg Dwi beri untuk evnand ananda septama dan 3 temannya.
Pandangan mata Yurra dan Evnand bertemu tanpa sengaja, belakangan ini Yurra merasa Evnand sering mencuri pandang padanya tapi Yurra tetap acuh karna dia mengenal cowok itu sejak mereka berbagi kelas di kelas 9, pada tahun lalu.
"Ra, kalo nanti ada yg kirim pesan dengan nama Zayn, kamu balas yaa, pleasee kali ini aja kamu coba buka diri, aku yakin dia baik, Ra." bisik Dwinda.
"Kamu kenapa mau banget aku punya pacar sih Wi, aku malas ngobrol sama orang asing."
"Makanya dicoba ngobrol dulu Ra, biar gak jadi orang asing lagi."
Dwinda sebal dengan sahabatnya yang satu ini, tidak anti sosial tapi juga tidak mudah bergaul dengan orang baru terlebih jika diajak ngobrol lewat hp, tapi percayalah, Yurra sahabat Dwinda Lestari ini sangat baik dan perhatian bila sudah akrab dengannya.
"Iya, iya, aku balas pesannya, tapi kalo orangnya ngaco, kamu berhenti kasih nomorku ke sembarang orang."
"Aku gak mungkin kasih nomormu ke sembarang orang, Ra, aku juga bisa seleksi mana kandidat yang cocok untukmu, kurang baik apa coba aku ini?"
"Seleksi mbahmu, aku nggak sepopuler itu Wi dan aku nggak nyaman selalu ada nomor baru kirim pesan dengan modus yang sama."
"Tau ih kamu, susah banget dibikin bahagia, apa salahnya coba kamu balas pesan itu, gak lecet juga tu tangan," gerutu Dwinda.
"Yaudah nanti kubalas deh, jangan drama lagi, mukamu tambah kecut." ujar Yurra dengan senyum andalannya.
**
Suasana kelas menjadi riuh saat bel tanda jam pelajaran berakhir, satu persatu siswa siswi meninggalkan kelasnya.
"Ayok Ra, Richard nungguin diluar." Dwi menyebut nama sang pacar.
"Duluan aja, aku ikut pertemuan osis dulu, bu Sofia minta aku mewakili kelas ini, bilangin ke Richard suruh sampein ke ibu aku." Yurra berujar sambil memasukkan alat belajarnya didalam tas ranselnya.
"Yu, kamu yakin mau masuk anggota osis?" Tiba-tiba suara Richard menginterupsi ruangan yang sudah sepi tersebut.
"Aku ditunjuk wali kelas,Ri."
"Tapi aku gak masuk anggota osis, kalo ada kegiatan diluar jam sekolah, siapa yg jagain kamu?"
Yurra menghembus kasar nafasnya, ia jengah dengan drama sang sahabat sejak sekolah dasar tersebut. Yaa, Richard adalah satu-satunya lelaki yang bisa sangat akrab dengan seorang Yurra.
Selain rumah mereka yang tetanggaan, Mereka bahkan selalu berbagi kelas sejak kelas 1 sd hingga kelas 8 di sekolah menengah pertama, hanya saat kelas 9 suasana kelas di roling dan itu pertama kalinya mereka berbeda kelas sekaligus bermulanya hubungan Dwinda dan Richard.
"Aku bahkan jauh lebih bisa menjaga diriku daripada pacar bawelmu ini, Ri, jadi gak usah lebay. tolong sampein ke ibu mungkin aku akan pulang terlambat."
"Tap-"
"Cukup hari ini drama dari pacarmu, Ri, jangan mendebatku lagi!"
yurra meemotong ucapan richard sambil mendelik pada dwinda yg sudah membentuk tanda peace dari jari tangannya ditambah cengiran tanpa dosanya itu.
"Kamu ngasih nomor dia ke siapa lagi hari ini?" Tany Richard pada sang pacar, dan perdebatan pun dimulai.
Yurra berlalu tanpa pamit.
Hingga saat Yurra tiba di ruang osis, hampir seluruh peserta rapat sudah kumpul, dan tiba-tiba,
"Hey, Yurra!"
sapaan itu membuat tubuh Yurra menegang sesaat.