Pandangan pertama

944 Words
  "Bu, Yurra pulang." sapanya sembari masuk kedalam rumah yang sering ia sebut istana raja Adittama karna sang ayah yang senang memanggilnya dengan sebutan tuan putri.   "Langsung mandi ya nak, setelah itu makan." sahut sang ibu dengan suara lembut khas seorang Emira Adittama.   "Ayah belum pulang bu?" Sambung Yurra enggan beranjak dari hadapan sang ibu yg sedang menata meja makan.   "Sebentar lagi, sudah dijalan katanya. Kamu naik dan langsung mandi ya."   "Perintah ibu negara itu mutlak, pantang untuk ditunda, nak," ayah menyahuti sambil menghampiri yurra dan mengecup singkat puncak kepala anak semata wayangnya dan beralih mengecup pipi sang istri yang kembali sibuk dengan masakannya.   "Tuan putri kenapa masih pakai seragam, masih belum percaya kamu sekarang sudah bukan anak SMP lagi?" Ucap ayah dengan muka datar meski ucapannya barusan bernada menggoda, dan sifat inilah yg menurun pada yurra, tidak lepas berekspresi. meski pandai namun dalam porsi seadanya.   "Kenapa kalian betah memandori ibu didapur, masih dengan seragam pulak, apa perintah ibu sudah tidak berlaku lagi dirumah ini?" Sambil berkacak pinggang ibu berbalik menghadap anak dan suami tercinta.        **    Yurra menatap ponsel nya yang bergetar sedari tadi. Setelah makan malam bersama ibu dan ayahnya, yura kembali ke kamar, mendudukkan diri dikursi belajarnya mengerjakan tugas rumah dari guru fisika dan mengulang kembali soal-soal yang tadi pak ripto jelaskan didepan kelas.   "Kenapa sih Wi, kamu nggak bisa ya sebentar aja jangan bikin drama, kerjain tugas fisika mu, jangan minta contekan mulu." ucap yurra tanpa membalas sapaan dwinda.   "Ya kamu, tadi sudah janji mau balas pesan kak Zayn."   "Kam-" ucapan yurra terpotong.   "Stop it Riyanni Aryoura, aku mau kamu balas pesan dia sekarang!" dan sudah, sambungan terputus sebelah pihak.   "Ckk, dasar drama queen, aku nggak tau nomor Zayn yang mana, masa harus balas semua pesan ini."   yurra menggerutu tp tetap membuka pesan masuk di hp nya satu per satu dan tiba-tiba panggilan masuk dari nomor tidak dikenal.   "Hallo?" Sapa yurra dengan enggan.   "Hey, Yurra ini aku Rizayn, aku ganggu yaa? Kok suaranya kaya lagi bete gitu."   "Eh, oh nggak kok kak, aku nggak lagi bete." suara yura memelan di akhir kalimatnya.   "Syukurlah, aku nggak mau kamu ngerasa terganggu karna aku."   "Iya kak." jawab yurra canggung karna memang ia tak bisa langsung bersikap biasa dengan orang yang asing baginya tapi ia mulai mencoba demi sahabat bawelnya itu.   "Boleh aku meyakinkan kamu, Ra?"   "Untuk?"   "Percaya kalo aku suka ke kamu sejak pandangan pertama kita, minggu lalu."   Hening. Yurra bingung, bukan karna dia tidak percaya dengan 'suka pada pandang pertama' tapi kapan mereka saling pandang??   "Hallo, Ra, kamu masih disitu kan?"   "Oh, yaa kak, aku dengar."   Zayn terkekeh pelan mendengar suara canggung yurra,   "Kamu lucu, aku suka." pungkas zayn.   "Hah?"   "Hahaha, jangan tegang gitu, aku Zayn bukan pak Ripto dan yang pasti aku suka kamu-   "kita mulai dari awal, ya?" Sambung Zayn setelah helaan nafasnya.   "Aku nggak tegang, apalagi saat pelajaran pak Ripto, aku senang."   Bibir Zayn melengkung keatas, gadis yg unik, fikirnya. Dia tangkap maksud Yurra barusan, sedikit banyak dia sudah mengorek tentang Yurra dari sumber yang akurat. Dwinda pernah mengatakan sifat  Yurra yang tak biasa berekspresi normal layaknya seorang gadis seusia mereka, entah apa sebabnya Dwinda hanya mengatakan begitulah sifat unik Yurra.   "Hmm, jadi aku musti ngafalin rumus atom dong biar kamu senang juga ke aku ?"   "Sesenang kakak aja." jawab Yurra polos.   "Ternyata kamu beneran lucu ra, dan sekarang aku tau hal yg membuatmu senang." Zayn berujar tenang.   "Jadi?" Sambungnya lagi.   "Jadii?" Ulang Yurra tidak faham dengan pertanyaan kakak kelasnya itu.   "Kita mulai dari awal,ya."   "Hmm." jawab Yurra sekenanya.   "Hmm apa? Kenapa kamu irit banget sih ngomongnya, apa karna-"   "Kak, aku nggak suka omongan receh." potong Yurra.   "Hahaha, kamu bahkan sudah bisa menebak isi fikkiranku ra, jadi kita sepakat mulai dari awal yaa?" Ucap Zayn penuh harap.   "Yang ini pertanyaan apa pernyataan?" Yurra sungguh tak bisa membedakan.   "Kalo kubilang pertanyaan, kamu punya hak menolak, jadi ini pernyataan biar kamu mau, hehe."   "Yasudah."    Bibir Zayn melengkung keatas, walau Yurra menjawab seadanya tapi nada bicaranya sudah tak secanggung tadi, 'sedikit kemajuan' monolongnya.   "Boleh, berangkat sekolah besok aku jemput kamu?"  Tanya Zayn dengan nada hati-hati karna ia terbilang nekad. Bagaimana tidak ? Saat di kontak awal mereka ia sudah gerak cepat mengungkapkan maksudnya dan sekarang berharap Yurra mengiyakan izinnya meski ia sangsi.   "Yasudah."    "Ra, pertanyaanku sudah ganti, kenapa jawabannya masih sama?" Goda Zayn.   "Iya boleh."    Dan setelah itu terdengar kekehan Zayn beberapa kali dalam obrolan (lumayan) panjang mereka sebelum panggilan itu berakhir.      **   "Yu, nanti kamu pulang bareng aku. Mama nanyain kamu mulu, udah sebulan gak ketemu jadi kangen katanya." Yurra hanya bergumam menanggapi ucapan sahabat lelakinya itu.   "Ri," Yurra mengubah posisi duduknya.   "Kamu mau terima dia?" Entahlah, Richard  seolah sangat faham isi kepala Yurra meski ia bahkan tak melihat raut wajah sahabatnya saat ini.   "Dia bahkan sudah sangat akrab dengan ayah."    ucapan Yurra kali ini membuat Richard menolehkan wajahnya pada sang sahabat, ia mendengar nada kecewa dan bangga dalam waktu bersamaan pada kalimat Yurra barusan.   "Nggak ada salahnya sesekali kita melakukan hal diluar list masadepan kita, Yu, kita tetaplah manusia." Richard yang seperti inilah yang membuatnya bisa sangat dekat dengan Yurra.   "Tap-"   "Kamu sudah tau jawabannya,Yu."    Dwinda hanya bisa menyimak obrolan serius dua manusia dihadapannya, bahkan ia bingung dengan pembicaraan yang seolah menggunakan bahasa telepati itu, tapi ia yakin Richard bisa meyakinkan Yurra untuk mau menerima ajakan pacaran dari Zayn.   **   "Ciyee yang sekarang udah pacaran, makasih ya." Zayn tersenyum sambil menatap Yurra.   "Ini yang pertama bagiku." aku Yurra.   "Haruskah mas bangga?" goda Zayn berharap akan melihat rona merah dipipi sang pacar.   "Mas?" jidatnya mengkerut, Yurra kelu dengan panggilan itu.   "Orang terdekat biasa maanggil gitu."  jelas Zayn sambil terkekeh pelan karna ekspektasinya gagal.   "Mas Zayn," goda Yurra meski terdengar kaku tapi sukses membuat Zayn tertawa lepas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD