1. Bunga desa
Memiliki paras yang cantik dan juga rupawan, sungguh sangat di dambakan oleh setiap wanita. Paras yang di miliki oleh Della Hayyah Puspita, seorang bunga desa di Tapian Nauli.
Karena parasnya yang cantik, Sulaiman Adikusumo-ayah Della dan juga Sinta Pretty Sinta-ibu Della, melarang Della untuk keluar dari rumahnya dan bertemu dengan kerumunan tanpa di dampingi oleh mereka.
Della yang tak bisa menentang ucapan ayah dan ibunya, memilih untuk tetap tinggal di rumah dan gubuk mengisi hari-harinya dengan merajut.
Sudah banyak rajutan yang di hasilkan oleh Della, dan semua itu di jual ke pasar oleh ayah dan ibu Della di setiap hari minggunya. Seperti saat ini, Adikusumo, Sinta dan juga Della sedang berada di pasar umtuk menjual hasil rajutan Della. Tidak sedikit dari orang-orang yang melihat dan membelinya memuji betapa bagusnya hasil kerajinan tangan si bunga desa itu.
"Bagus ya" ucap salah satu pembeli.
"Kamu beruntung Sinta, memiliki putri dengan parah yang cantik, dan juga memiliki kemampuan yang mampu membantumu. Andai aku memiliki seorang putri, ingin rasanya aku meminang putrimu yang cantik ini menjadi menantuku" ucap pembeli yang berasal dari desa itu juga.
Mendengar pujian dari pembeli itu, Sinta hanya bisa tersenyum dan membelai rambut Della.
Tanpa mereka sadari, dari kejauhan ada seorang pria yang tak sedetikpun melepaskan pandangannya dari Della. Menatap paras dan lekuk tubuh Della yang sempurna, bahkan dari segi fisik, tak satupun di temukan kekurangan, Della benar-benar sangat sempurna.
"Ternyata dagangan kita lebih cepat laku daripada sebelumnya ya yah" ucap Sinta tak lupa untuk selalu mengucap syukur.
"Ini semua berkat putri cantik kita bu, yang selalu mendatangkan kita rezeki dan juga berkah" jawab Adi.
"Yasudah bu, sekarang kita sudah bisa pulang. Tapi sebelumnya, kita membeli perlengkapan untuk aku merajut dulu ya bu, perlengkapanku sudah tinggal sedikit" ucap Della.
"Iya sayang" jawab Sinta lalu mencium kening Della.
Adi, Sinta dan Della berjalan dengan senyum yang tak lepas dari bibir mereka, senyum yang selalu menemani hari-hari meskipun hidup sederhana. Lagi-lagi pria yang sebelumnya memandangi paras Della dengan penuh kekaguman, mengikuti kemanapun Della dan kedua orangtuanya pergi. Hingga tibalah ia di depan sebuah rumah yang sangat sederhana, tempat dimana Della tinggal dengan keluarganya.
Setelah mengetahui tempat tinggal Della, pria itu-Jhony pergi meninggalkan kediaman Della dengan senyum yang mengembang di bibirnya, seolah-olah baru saja mendapatkan harta karun bak bajak laut.
"Ayah, Della mau ke gubuk dulu." ucap Della.
"Pergilah nak, hati-hati" ucap sang ayah.
Della pergi ke gubuk tempat ia merajut, menyimpan perlengkapan yang sebelumnya ia beli di sana. Della berniat untul segera pulang, namun seekor ular kobra menghalanginya seolah ingin mengatakan sesuatu.
"Ada apa? Kenapa kau menghalangi jalanku?" tanya Della.
"Aku hanya ingin bermain denganmu, tidak bisakah?" jawab sang ular.
"Tapi aku ingin pulang, aku harus membantu ibuku membenahi rumah. Aku akan menemanimu lain kali, jadi izinkan aku pergi" ucap Della.
Seolah tak mendengar ucapan Della, sang ular kobra justru memanggil teman-temannya dan mengelilingi Della.
"Hei, apa yang kalian lakukan? Aku sedang sibuk, jadi aku akan bermain dengan kalian saat aku ada waktu luang" Ucap Della.
"Tapi kami ingin bermain denganmu, hanya sebentar saja" ucap salah satu ular.
"Benar, tidak bisakah kau memberikan sedikit waktumu untuk kami ratu?" Ular lain menimpali.
"Apa yang kau katakan? Aku bukan ratu, aku hanya manusia biasa. Dengan bisa berkomunikasi dengan kalian, bukan berarti aku sejenis dengan kalian. Aku bersyukur bisa berteman dengan kalian, tapi jangan mengatakan kalau aku ini ratu, karena aku bukan ular" protes Della. "Yasudah, aku pergi dulu ya. Besok setelah aku menyelesaikan pekerjaanku, aku berjanji akan bermain dengan kalian" lanjut Della lalu pergi meninggalkan ular yang mengerumuninya.
Della berjalan sambil memikirkan perkataan sang ular yang bernama Razika itu, perkataan yang sangat mengejutkan itu masih terngiang-ngiang di telinganya.
'Apa maksud Zika kalau aku adalah ratu ular? Yang benar saja, aku manusia, aku memiliki kaki dan juga tangan, sedangkan mereka tidak. Tidak mungkin pula aku ini siluman, buktinya aku tidak pernah berubah jadi ular. Dan seperti apa yang aku ketahui tentang ular, sang siluman ular akan menari dan berubah jadi ular saat mendengar suara seruling atau apapun itu, tapi aku tidak begitu dan aku justru menikmatinya' batin Della.
"Ayah, ibu, Della pulang" ucap Della.
"Iya sayang, sekarang kamu cepat bersihkan diri, setelah itu kita makan" ucap Sinta.
"Iya bu" jawab Della santun sambil tersenyum.
Della membersihkan diri, kembali lagi perkataan Razika terngiang-ngiang di telinganya. Ingin rasanya Della menanyakan hal itu kepada Adi dan Sinta, namun Della mengurungkan niatnya tak ingin menyakiti hati Adi dan Sinta. Della juga tak ingin membuat Adi dan Sinta cemas karena pertanyaannya yang begitu tidak masuk akal itu.
Adi, Sinta dan Della mulai melahap makanan yang terhidang di meja, dengan keheningan dan ketentraman. Sudah menjadi kebiasaan keluargs mereka untuk tidak berbicara saat di meja makan, karena itu sungguh tidak sopan menurut mereka.
Setelah selesai makan, Adi, Sinta dan Della duduk di ruang tamu sebagaimana yang selalu mereka lakukan setiap selesai makan malam. Berbincang-bincang dan sesekali tertawa, keluarga yang penuh kebahagiaan dalam kesederhanaan.
"Del, apa kau tidak di hadang oleh ular-ular itu seperti biasanya?" Tanya Adi, karena bukan sekali dua kali Della mengalami hal itu, dan ia selalu menceritakannya kepada Adi dan Sinta.
"Iya yah, tadi Della di hadang juga. Ular-ular itu mengajak Della bermain seperti biasanya, namun Della menolak karena harus buru-buru pulang" jawab Della, tak ingin membahas tentang ratu ular dengan ayahnya.
"Apa ular-ular itu tidak kecewa?" tanya Adi lagi.
"Sepertinya kecewa, tapi aku tidak menghiraukan itu. Lagipula aku tidak harus menemani mereka bukan? Aku bukan sejenis ular yang harus selalu bermain dan menghabiskan waktuku dengan ular, aku juga bukan pawang ular yang mencoba untuk menakhlukkan mereka, aku hanya manusia biasa yang memiliki seorang ayah yang baik dan ibu yang sangat penyayang" jawab Della.
Adi seketika terbungkam mendengar penuturan putrinya, tak mampu mengucapkan sepatah katapun karena akan menggoreskan luka di hatinya.
"Yasudah yah, bu, Della ke kamar dulu ya. Besok Della harus bangun pagi dan pergi ke gubuk, Della ingin membuat sesuatu yang istimewa untuk ayah dan ibu" lanjut Della.
"Iya sayang" jawab Sinta.
"Selamat malam ayah, ibu" ucap Della sebelum meninggalkan Adi dan Sinta.
"Selamat malam nak" jawab Adi dan Sinta bersamaan, lalu Della berlalu dari hadapan mereka.