Apa jadinya jika sesuatu yang aneh tiba-tiba terus menerus mengganggu fikiran kita?
Dengan duduk bersantai di tepi ranjang, namun kepala di penuhi dengan pemikiran-pemikiran aneh. Bagaimana tidak, Della yang menurutnya adalah manusia biasa dan jelas kalau dirinya adalah manusia seutuhnya, harus di hadapkan dengan pernyataan yang membuatnya tak habis fikir.
Perkataan Razika yang seolah berkaitan dengan ucapan sang ayah, yang seakan membuat Della untuk selalu dekat dengan binatang melata itu.
"Kenapa ayah melakukan ini padaku? Kenapa ayah tidak memiliki sedikitpun rasa takut melihatku dekat dengan binatang berbisa itu? Ada apa sebenarnya dengan ayah?" ucap Della penasaran.
Della mencoba menutup matanya, berharap segala yang ada di fikirannya segera menghilang dan dia bisa tidur dengan tenang, di temani dengan mimpi indah dan di sambut dengan matahari pagi yang cerah.
Pagi ini, seperti biasanya Della membantu Sinta untuk memasak sarapan, dengan senyum yang merekah, Della menghampiri ibunya yang sudah mendahuluinya di dapur.
"Selamat pagi ibuku yang cantik, maaf Della kesiangan, hehe." sapa Della membuat senyum mengembang di bibir Sinta.
"Pagi putri cantik ibu, sudah bangun sayang? Bantu ibu memotong sayuran itu ya, ibu juga kesiangan sama sepertimu, hehe" jawab Sinta cengengesan, yang membuat Della tertawa.
"Ayah belum bangun bu?" Tanya Della sambil memotong sayuran sesuai perintah ibunya.
"Belum sayang, kau tau kan kalau ayahmu itu adalah tuan di rumah ini, dan akan bangun sesuka hatinya" ucap Sinta yang membuat ibu dan anak itu tertawa bersama. Tiba-tiba, terdengar deheman seseorang daru balik dapur.
"Siapa yang belum bangun? Siapa itu tuan? Siapa yang bangun sesuka hatinya? Bukankah kalian juga bangun sesuka hati kalian? Berarti kalian juga sama denganku, bukan? Ratu yang cantik dan putri yang sangat cantik" ucap Adi yang membuat mereka tertawa bersama.
"Jangan pilih kasih ayah, aku dan ibu sama-sama cantik. Tidak ada yang cantik dan yang sangat cantik, ayah harus meralat ucapan ayah" ucap Della lalu duduk mendekati ayahnya. "Ayah tau, ibu akan murka jika ayah mengatakan aku yang paling cantik, dan ibu tidak akan mau berbicara dengan ayah" bisik Della sambil cengengesan.
"Benarkah? apa itu artinya saat ini ibumu sedang marah kepada ayah?" bisik Adi sambil tersenyum.
"Ya, dan aku akan memasakmu bersamaan dengan sayur ini" ucap Sinta yang membuat Della dan Adi terkejut, lalu mereka tertawa bersama.
Selesai sarapan, Adi dan Sinta pergi ke toko milik mereka untuk kembali berjualan seperti sebelumnya. Adi memiliki toko material yang ia kelola sendiri dan di bantu oleh Sinta, usaha yang di jalankan untuk mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari. Sementara Della, pergi ke gubuk untuk merajut pakaian atau tas dan juga yang lain untuk di jual setiap hari minggunya.
Pagi yang cerah dengan rezeki yang melimpah, itulah yang di rasakan oleh Adi dan Sinta pagi ini. Belum lama membuka toko, sudah banyak pelanggan yang datang dan bahkan memborong jualan mereka. Sungguh rezeki yang tiada terkira, bahkan Adi dan Sinta menyewa seseorang untuk membantu mereka di sana.
"Hari ini sangat melelahkan ya bu, tapi terbayar lunas dengan apa yang kita hasilkan" ucap Adi.
"Iya yah, bahkan kita sampai lupa untuk makan siang" jawab Sinta yang membuat keduanya terkekeh.
"Yasudah bu, kita makan siang dulu, mumpung pelanggan belum ada lagi" ucap Adi yang di jawab dengan anggukan oleh Sinta.
"Yah, aku semakin merasa tidak enak dengan Della" ucap Sinta setelah menyelesaikan makan siang.
"Ada apa bu? Kenapa ibu bicara seperti itu?" Adi menatap istrinya.
"Ayah selalu mengatakan kepada Della untuk dekat dengan ular-ular itu, ibu merasa seolah-olah kita ingin menyerahkannya kepada para binatang melata itu, dan ibu juga yakin kalau Della merasakan hal yang sama" ucap Sinta, tanpa ia sadari air mata mengalir di pipinya.
"Bu, ayah tidak akan memberikan Della kepada siapapun. Hanya saja Della memang harus dekat dengan binatang melata itu, kita tidak bisa pungkiri itu, itu sudah menjadi takdir putri kita" jawab Adi.
Belum sempat Sinta bicara, pelanggan tiba-tiba kembali ramai seperti saat mereka baru membuka toko. Sinta memilih untuk menghentikan perbincangan mereka dan kembali melayani pelanggan.
Di tempat lain, di gubuk yang tak jauh dari rumah Adi, Della sedang merajut pakaian yang sudah ia janjikan kepada ibunya. Pakaian yang sama yang akan ia kenakan dengan Adi dan Sinta saat akan menjual hasil kerajinannya minggu depan.
"Hei, hasilnya sangat bagus" ucap sang kobra yang bernama Sandirgo Andromano ito.
Della kaget bukan main mendengar suara Sandirgo di tengah kesibukannya.
"Apa yang kau lakukan di sini? Jangan mengajakku untuk bermain, aku sedang sibuk" ucap Della.
"Baiklah, aku tidak akan mengganggumu. Aku hanya ingin menemanimu, aku yakin kau sangat kesepian di sini. Oh iya, kau berbeda dari hari-hari sebelumnya" ucap Sandirgo yang kerap Della panggil dengan sebutan Dirgo.
"Apanya yang beda Dirgo, aku sama seperti hari-hari sebelumnya, tidak ada sedikitpun perbedaan" kata Della.
"Hari ini saat melakukan aktivitasmu, kau selalu tersenyum. Sepertinya, apa yang kau kerjakan hari ini sangat istimewa. Apakah tebakanku salah?" Tanya Dirgo.
"Hehe, tidak, tebakanmu bemar dan tepat pada sasaran. Aku sedang membuat pakaian untuk ayah dan ibuku, dan juga untuk diriku sendiri. Aku ingin memakai pakaian yang sama dengan ayah dan ibuku dari hasil kerajinan tanganku" jawab Della sambil membayangkan dirinya dan kedua orangtuanya memakai pakaian yang ia rajut.
"Itu akan sangat menyenangkan" ucap Dirgo.
"Oh iya Dirgo, aku merasa ada yang aneh. Kemarin Zika mengatakan kalau aku adalah ratu, sungguh aku sangan pusing memikirkan hal itu. Dan aku juga selalu berfikir, kenapa aku bisa berkomunikasi dengan kalian? Dan kenapa kalian tidak menyakitiku? Setauku ular akan menyakiti manusia jika bertemu, dan akan menyebarkan racun mematikan ke dalam tubuh manusia. Tapi, kenapa aku berbeda?" tanya Della penasaran.
"Itu karena kau istimewa, tak ada yang sanggup melakukan itu kepadamu" jawab Dirgo.
"Maksudmu?" tanya Della semakin bingung.
Dirgo semakin mendekat kepada Della, seolah ingin menerkam. Melihat itu, Della merasa takut dan mencoba menjauh. Namun sayang, kecepatan Dirgo melampaui kecepatan Della. Dengan cepat Dirgo menggigit tangan Della, dan Della berteriak karena rasa takutnya.
"Tidak.." teriak Della.
"Haha, tidak perlu takut. Kau tidak akan mati, karena seperti yang aku katakan, kau itu istimewa" ucap Dirgo.
Dan benar saja, tidak terjadi apa-apa kepada Della, kecuali bekas gigitan Dirgo pada tangannya.
"Kau benar, tapi bagaimana bisa? Dan ini, kau melukai tanganku, ini akan membekas, bukan?" tanya Della.
"Gunakan air liurmu untuk menghilangkannya" ucap Dirgo. Meski dengsn keraguan, Della mencoba menuruti perkataan Dirgo. Betapa terkejutnya Della melihat bekas gigitan Dirgo hilang seketika itu juga, membuat Della semakin tidak mengerti.
Della memilih untuk pulang karena hari sudah sore, dengan semakin banyak tanda tanya yang mengelilingi kepalanya. Setibanya di rumah, Della kembali terkejut bukan main. Della membulatkan matanya melihat Adi dan Sinta terkapar di lantai.