3. Tease

1755 Words
            Nadine menghentikan langkahnya tepat di depan kamar Nicole dan membiarkan pria masuk ke dalam kamar. Namun saat itu menyadari bahwa Nadine berhenti, pria pun ikut berhenti dan menatap Nadine.             "Masuk!" perintahnya.             Nadine dengan santai mengikuti langkah Nicole masuk ke dalam kamar pria itu. Kamar itu tampak lebih besar dari kamar, perpaduan warna hitam, abu-abu dan putih menghiasi kamar Nicole.             Pria itu tidak menghiraukan Nadine dan langsung membuka bajunya membuat Nadine sedikit terkejut, hanya sedikit karena setelah itu ia kembali menormalkan ekspresinya.             “Siapkan baju saya di dalam sana, pilih yang  kasual  aja karena saya mau bertemu dengan teman saya.”             Nadine sempat terdiam, kenapa tiba-tiba dia tiba seperti pelayan seperti ini. Tugasnya bukan untuk hal itu, ia seharusnya berdiri di depan pintu kamar mandi dan menjaganya, bukan perlengkapan baju yang akan dikenakan oleh pria itu.             Ah, Nadine teringat bahwa pria itu mengancamnya tadi dan akan mengundurkan diri dari pekerjaannya. Hehe this is salah satu triknya dan Nadine tidak akan bisa dikalahkan dengan semudah itu.             "Kenapa?" tanya Nicole saat melihat ternyata Nadine masih saja diam di tempatnya tanpa ada perubahan sedikitpun.             “Baik Tuan,” jawab Nadine dan segera melangkah menuju ruangan yang ditunjuk oleh Nicole tadi, ruangan yang dikhususkan untuk menyimpan pakaiannya.             Nadine sempat terdiam saat baru saja masuk ke dalam ruangan itu. Cermin besar terlihat dihadapannya dan di sisi lain dipenuhi dengan pakaian yang bisa dikatakan sangat banyak.             Nadine berusaha memutar otaknya, siapa yang bisa tahu letak letak baju-baju yang akan dipakai oleh pria itu. tidak mungkin ia mengecek satu lorong persatu untuk melihat apakah itu berisi pakaian yang sesuai permintaan pria itu atau tidak. Akhirnya Nadine memutuskan untuk memulainya saja, setidaknya ia bisa mendapatkan pakaian  kasual  yang mungkin dikenakan oleh pria itu.             Cukup lama Nadine bergulat dengan setiap lorong dan mengecek isi di dalamnya dan selama itu juga Nadine belum menemukan pakaian yang ia cari. Pria itu sepertinya memang memang untuk mengundurkan diri.             Hingga akhirnya ia menemukan, kumpulan pakaian itu berada di rak yang cukup tinggi sehingga laporan harus berjinjit untuk meraihnya. Nadine melirik sekitar, berharap menemukan tangga namun sepertinya harapan itu tidak akan terkabul.             Nadine mencoba meraihnya dan akhirnya berhasil, beberapa baju berhasil ia raih dan letakkan begitu saja.             Tak berselang lama, Nadine dapat mencium aroma wangi sabun yang begitu memabukkan. Semakin lama aroma itu tercium semakin kuat yang menandakan pria itu tengah melangkah mendekatinya.             “Sudah selesai?”             Nadine memutar tubuhnya untuk melihat tuannya dan kembali terkejut saat melihat pria itu hanya melihat handuk berwarna putih sebatas pinggang dan kembali d**a bidang dan perut yang kotak-kotak itu.             “Maaf Tuan, saya kesulitan menemukan pakaiannya namun ada beberapa pakaian yang sudah saya ambilkan.”             Nicole melangkah melewati Nadine untuk menghampiri pakaian yang ada disebelah gadis itu. Nicole menatap pakaian itu cukup lama kemudian mengambil salah satunya untuk ia kenakan.             “Pakaian dalam saya mana?”             Nadine mendadak membeku mendengar pertanyaan itu, ia mengira hanya harus mencarikan baju dan celana yang akan dikenakan oleh pria itu, tidak dengan pakaian dalamnya.             “Maaf Tuan, saya belum siapnya.”             Nicole berdecak kesal kemudian melangkah menuju sisi yang lain untuk mengambil pakaian dalamnya. Nadine sengaja mengikuti pria itu agar ia tahu sehingga bisa jadi jika disuruh melakukan ini lagi ia tidak kesulitan mencarinya.             “Letakkan kembali pakaian yang tidak saya gunakan itu.”             Pandangan Nadine kembali beralih pada pakaian yang tidak dipilih oleh Nicole. Ia merutuk dan mengumpat pria itu di dalam hatinya. Bagaimana cara meletakkan pakaian itu kembali keatas? apakah bisa ia lempar saja?             Nadine memutar tubuh untuk bertanya kepada Nicole namun hal yang ia malah malah melihat Nicole yang saat ini hanya memakai celana dalam saja. Nadine kembali memutar tubuhnya dan memutuskan untuk memilih sendiri kembali pakaian yang tidak itu. Ia kembali merutuk dirinya sendiri.             Nadine akhirnya habis usahanya karena tidak berhasil meletakkan kembali pakaian itu. tak berselang punggungnya ia dapat merasakan sesuatu yang dipantau kemudian sebuah tangan mengambil alih pakaian yang ada di tempat itu dan meletakkannya kembali di tempatnya sehingga membuat Nadine menjadi terpojok saat ini. Ia bahkan dapat merasakan hembusan nafas yang mengenai leher belakangnya dan tubuh pria itu yang terasa begitu panasnya.             “Jika tidak bisa, bilang! jangan diam saja, ”ucap Nicole sambil tersenyum miring kemudian menjauhkan tubuhnya dan meninggalkan Nadine yang masih terdiam diposisinya.             Ada apa dengan dirinya, biasanya Nadine tidak berbicara seperti ini. Ia bahkan tidak pernah kalah menghadapi lawan yang menggodanya secara terang-terangan. Tapi Nicole dengan mudahnya membuat tubuhnya diam membeku seperti saat ini.             “Apa kamu akan tetap berada di dalam sana? saya harus segera menemui teman saya. ”             Nadine terkesiap dan tersadar setelah mendengar panggilan itu. Ia langsung beranjak meninggalkan tempat itu dan melihat Nicole yang sudah siap untuk segera pergi.             “Maaf Tuan,” ucapnya dan langsung melangkah mendahului Nicole keluar dari kamar itu dan disusul oleh pria itu yang tampak mengembangkan senyuman miringnya.             'ini baru permulaan,'                                                                                         ¨¨¨¨¨             "Dimana?"             '......'             “Oke, gue udah mau sampai.”             Nicole menyimpan ponselnya dan menatap gadis yang duduk di samping supirnya. Gadis itu akan ikut kemana pun ia pergi dan tentu saja Nicole akan merasa terkekang karena bisa saja gadis itu melaporkan semua hal yang ia lakukan kemudian kepada Peter.             Mobil itu berhenti tepat di depan sebuah kafe, Nadine menajamkan penglihatannya ke semua arah untuk memastikan tempat itu aman dan tidak ada hal yang dicurigaiakan disana. Nadine keluar dari mobil setelah pintu mobil Nicole dibukakan oleh supir dan pria itu juga keluar dari mobil.             “Kamu tunggu disini!”             “Tapi saya harus selalu bersama anda, Tuan.”             “Bukankah dari sini kamu masih bisa melihat saya? saya hanya bertemu dengan teman saya. ”             Nadine menjenjangkan lehernya menatap kafe yang memang isinya dapat terlihat dari luar, Nadine tetap bisa memperhatikan olah gerak-gerik orang di dalam sana.             "Baiklah Tuan."             Nicole tersenyum miring kemudian segera pergi meninggalkan Nadine bersama supir yang saat ini sudah kembali masuk ke dalam mobil.             Nadine tidak ikut masuk ke dalam mobil, terus menarik-narik punggung Nicole yang semakin menjauh dan memasuki  kafe . Nadine mencari tempat yang lebih baik dari tempatnya saat ini berada. Ia tengah menjalankan pekerjaan besar dan ia tidak boleh gegabah.             Dilain sisi, Nicole yang baru memasuki  kafe,  langsung menjenjangkan kepalanya mencari sosok yang memang sudah berjalan untuk menemuinya. Matanya langsung menangkap seorang pria yang melambaikan tangan kearahnya.             “Wah! Lama tidak bertemu. ”             Pria itu menyambut Nicole dengan pelukan hangat dan memintanya untuk duduk di tempat yang telah disediakan. Nicole pun menyambutnya dengan hangat dan menatap pria itu dari atas hingga kebawah.             “Kemana perginya sepupu gue yang gempal dulu?” tanya Nicole.             Pria yang ia temui yang ternyata adalah sepupunya yang dapat mendengar pertanyaan Nicole.             “Sudah berapa tahun ini, Nic? tentu saja gue nggak akan membiarkan lemak itu merusak wajah ganteng gue ini. ”             Nicole kembali tertawa mendengarnya. Memang, sudah sepuluh tahun berlalu dan selama itu juga ia tidak pernah bertemu dengan sepupunya ini. Mereka terakhir kali bertemu sebelum Nicole pindah ke Amerika saat duduk di bangku sekolah menengah atas.             Saat itu sepupunya tidak seperti sekarang, pria itu memiliki tubuh yang cukup berisi karena selalu dimanjakan dan menikmati kekayaan orang tuanya. Ayah Nicole dan ayah pria itu bersaudara sehingga membuat mereka cukup untuk menjadi dekat saat itu.             “Gue nggak nyangka aja kalau lo bisa berubah sebanyak ini. Jadi, sekarang seorang Gabriel sudah tidak manja dan menikmati kekayaannya lagi? ”             Gabriel kembali terkekeh, “gue juga perlu tubuh yang bagus untuk mendapatkan kenikmatan dunia yang lain”.             Nicole tergelak seolah mengerti maksud dari ucapan Gabriel itu. “Baguslah, kapan-kapan mungkin lo bisa ngajak gue juga.”             Gabriel tersenyum miring, “emangnya selama di luar negeri lo nggak menikmatinya, Nic?” tanya Gabriel.             “Gue bahkan tidak menolaknya,” jawab Nicole yang disambut dengan gelak tawa oleh Gabriel. Mereka berdua adalah spesies yang sama dan itu juga yang membuat mereka dekat sejak dulu.             Hubungan hubungan sempat merenggang sebentar, hanya sebentar karena itu setelah itu menjadi dekat kembali meskipun Nicole sudah pergi ke luar negeri.             “Gue akan ngajak lo nanti malam.”             “Gue sangat menantikannya.”             Nicole meneguk minuman yang ada di sana, sebelum ia tiba tadi, Gabriel sudah memesankan minuman.             Radar Gabriel seolah menangkap seorang gadis yang berada di luar  cafe  yang terlihat tengah memperhatikannya dan Nicole, sedikit infoakan juga dengan pakaian yang ia kenakan tidak seperti kebanyakan gadis pada umumnya.             “Nic, lihat kearah jam 8!”             Nicole mengerutkan keningnya dan mengikuti perintah Gabriel sehingga ia langsung bertemu dengan Nadine dan terkejut karena Nicole yang tiba-tiba menatapnya.             “Dia,  Bodyguard  pribadi gue yang baru.”             Samuel menatap tak percaya, “wanita itu bodyguard pribadi?” heran tanyanya. Nicole menganggukkan kepalanya, awalnya gue juga nggak percaya, sama kayak lo sekarang. ”             Gabriel masih menatap Nicole tak percaya kemudian kembali menatap gadis di luar sana yang saat ini mereka bicarakan.             “Dia bahkan berhasil ngalahin semua pengawal keamanan di rumah, jadi gue udah nggak bisa menolaknya lagi.”             "Wow!"             Gabriel menatap kagum gadis di luar sana yang saat ini tidak memperhatikan mereka lagi namun seolah masih bisa menangkap apa yang mereka lakukan.             “Kalau gue punya  bodyguard  pribadi kayak dia, gue bakalan manfaatin dengan sebaiknya.”             Nicole menaikkan sebelah matanya menatap Gabriel tak mengerti sedangkan Samuel masih terpaku menatap Nadine diluar sana.             Maksudnya? tanya Nicole meminta penjelasan, ia kali ini tidak bisa menangkap maksud ucapan dari sepupunya itu.             “Lo lihat tubuhnya itu?” Seolah terhipnotis, kali ini Nicole memutar tubuhnya dan mengikuti Gabriel menatap Nadine yang saat ini tengah berdiri tegap menatap ke arah lain dengan ekspresi datarnya.             “Tubuh itu terbentuk dengan sempurna, lihat bagian belakangnya yang menggempal itu pasti sangat nikmat saat meremasnya.”             Nicole seolah mengikuti apa yang dikatakan Samuel dan menatap apa yang dimaksud pria itu hingga kemudian kemudian kemudian.             “Lihat wajahnya bahkan terlihat cantik dan mencintai tanpa ekspresi apapun, juga dadanya yang begitu membusung dan menantang. Bahkan hanya dengan melihat tubuhnya saja sudah mampu membuat yang di bawah sana menegang. ”             Nicole tersenyum miring, mendengarnya, apa yang dikatakan Samuel menyebutkan salah. Sejak pertama kali melihat gadis itu yang ada dipikirannya juga sama seperti Samuel saat ini. Bahkan gadis itu masuk ke dalam mimpinya yang penuh gairah. Memang sudah dipastikan bahwa mereka memang satu spesies.             “Hal itu hanya akan ada dalam pikiran kita saja. Pertahanan gadis itu cukup kuat. Dia bahkan tidak bergeming sama sekali saat melihat gue tanpa menggunakan baju. ”             “Jadi, lo udah acak?”             “Gue hanya iseng, ingin melihat bagaimana reaksinya saat gue melakukan itu dan ya seperti yang gue bilang tadi, dia sama sekali tidak.”             “Gue jadi semakin ingin bertekuk lutut di s**********n gue, Nic.”             Nicole kembali tertawa remeh, “coba aja kalau lo bisa!”             Samuel tersenyum miring, ia tidak akan tahu sebelum berhenti. Bisa saja ia tidak bereaksi apa-apa karena ia sedang bekerja dengan Nicole sedangkan dirinya, tentu akan mudah mengingat sudah banyak wanita yang berhasil ia takhlukkan. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD