PROLOG
Di dalam kitab suci tertulis kisah bagaimana bumi pernah porak-poranda akibat kelalaian manusia generasi pertama.
Diceritakan bahwa dahulu, dahulu kala, berjuta-juta tahun di masa lampau, manusia menjadi makhluk strata teratas di bumi. Mereka terlahir dengan akal yang kian berkembang, pengetahuan yang begitu besar dan luas. Bahkan, meskipun terlahir tanpa sihir, mereka mampu menciptakan sesuatu yang membawa mereka terbang ke bulan.
Akan tetapi, semakin lama mereka hidup, mereka pun terus-menerus melakukan kerusakan tanpa mau berhenti. Tanah-tanah dikeruk hingga ke dasar, demi berlomba-lomba membangun menara tinggi yang seolah bisa menembus langit. Cairan dari dalam bumi disedot berulang-ulang, digali sampai habis tanpa peduli pada masa depan anak cicit sendiri. Pohon yang rindang ditebang dan dibakar, lautan dicemari dengan sampah yang penuh penyakit.
Terlalu lama mereka melakukan itu sampai tidak sadar jika bumi yang mereka tinggali mulai rusak dan hampir mati.
Pada akhirnya, setelah bumi tidak tertolong lagi, Tuhan Yang Maha Tinggi melakukan perbaikan. Gunung-gunung diterbangkan dan dilumatkan, lautan diaduk-aduk hingga semua isinya menjadi seperti lumpur rawa. Dalam sekejap, kehidupan di bumi pun sirnah. Seluruh manusia musnah.
Akan tetapi, setelah berjuta tahun berlalu, Tuhan kembali menghiasi bumi dengan pepohonan hijau dan laut yang biru. Binatang berlarian di atas tanah yang subur dan dilimpahi keberkahan.
Manusia pun diciptakan ulang, tetapi dengan sedikit perbedaan. Bukan Adam dan Hawa yang menjadi orang tua, melainkan seorang wanita suci tanpa nama. Wanita yang diberkahi kemagisan itu dikawinkan dengan Raja Binatang yang menjaga bumi untuk sementara.
Telur wanita itu adalah cikal bakal manusia, sedangkan setitik cairan dari Raja Binatang menjadi penyempurna. Dari sana, lahir lah manusia-manusia baru yang memiliki unsur k**********n dalam rupa fisik mereka.
Ada yang bertelinga singa, ada yang bertanduk banteng, ada yang bersisik ular, ada yang bersayap elang.
Setelah itu, untuk mencegah kehancuran bumi yang secepat dahulu, sihir dilimpahkan pada keturunan baru. Sihir tersebut ada di setiap aliran darah manusia, dan bersinergi dengan alam sekitar untuk menciptakan keseimbangan.
Akan tetapi, sebaik apa pun kehidupan baru yang diciptakan Tuhan, manusia memang tidak bisa sepenuhnya menjadi makhluk yang selalu suci dan berbudi pekerti.
Di dunia yang hampir semua hal dilakukan dengan sihir, tentu akan menimbulkan ketimpangan pada mereka yang dilahirkan tidak dengan berkah magis tersebut. Terlebih biasanya, manusia yang dilahirkan tanpa sihir adalah mereka yang memiliki fisik seperti manusia terdahulu. Mereka tidak memiliki unsur k**********n, telinga mereka seperti monyet tetapi tidak berambut, mereka tidak memiliki ekor, taring, maupun cakar, dan bahkan tidak bisa memanggil roh binatang karena memang tidak diberkahi oleh Sang Raja.
Manusia yang demikian selalu menjadi bulan-bulanan. Mereka akan menjadi b***k, dipekerjakan dengan semena-mena dan tidak mendapat tempat yang layak di mata masyarakat. Mereka bahkan diperjualbelikan di pasar gelap, dijadikan mainan para maniak, atau dijadikan bahan percobaan dalam sebuah penelitian b***t.
Bumi memang sudah berubah, manusia juga berubah. Akan tetapi, selalu ada sepucuk duri yang membuat manusia selalu seperti manusia. Tidak peduli di masa kini maupun di masa lalu, mereka selalu melukis kerusakan tanpa bisa diam.