First Day

1716 Words
"Jadi gimana, Na?" tanya Sisil, saat mereka sudah berkumpul di apartemen Athena. Athena asik menggigit kwaci green tea kesukaannya, namun ketika Sisil bertanya padanya, Athena lantas mengalihkan perhatiannya pada Sisil. "Nunggu dikabarin, tapi gak tau kapannya." "Semoga sih keterima, jadi elu bisa refreshing otak, gak kek kemarin kemarin, di rumah mulu gak kemana-mana, kalau elu kerja kan elu jadi punya kegiatan juga." balas Ratu yang juga asik menikmati kwaci dia sore hari bersama sahabat sahabatnya ini. "Eh.. hari sabtu ini gue gak gabung dulu sama kalian yah, soalnya gue mau kerumah orang tua angkat gue, udah lama gue gak nengokin mereka juga." ucap Athena, dengan menyesap bir kaleng yang ada didepannya. "Salam dong buat Justin, tanyain masih available gak?" "Centil lo, lagian kalau available juga belum tentu mau sama elu." ledek Athena pada Sisil. "Jahat." Disaat sedang menikmati sore hari mereka bersama, ponsel Alana berdering dan itu merupakan panggilan dari nomor asing. Alana mengerutkan kedua alis matanya, melihat siapakah yang meneleponnya di sore ini. "Siapa, Na?" tanya Ratu kepo. "Gak tau." jawab Athena dengan mengedikkan bahunya. "Angkat aja, kali aja panggilan kerja." balas Tere. "Kok cepet ya?" tanya Athena heran. "Angkat aja." kata Sisil dan itu langsung membuat Athena mengangkat telepon nomor asing tersebut. "Iya halo." jawab Athena dengan ragu. "Ini betul dengan Athena Hillary Julianto?" "Iya betul, saya sendiri." "Sebelumnya saya ucapkan selamat karena mulai besok anda sudah resmi bergabung dengan perusahaan kami, mengisi posisi Market Strategic Lead Specialist, dan besok anda sudah mulai bekerja, sekali lagi kami ucapkan selamat bergabung." Athena masih merasakan bahwa ini seperti mimpi, bagaimana bisa dia langsung dipanggil untuk bekerja, hanya selang sehari setelah interview singkat itu, dan dia langsung mengisi posisi direktur Humas di perusahaan itu, ya walaupun posisi itu juga tidaklah posisi yang tinggi tapi untuk ukuran direktur itu sudah cukup dan sangat baik. Athena masih terbengong-bengong mendengar kabar menggembirakan itu, bahkan membuat Athena masih terdiam dan membeku dengan ponsel yang masih digenggam olehnya. "Na, Athena, are you okay?" tanya Sisil yang melihat sikap Athena yang tiba-tiba diam dan menakuti mereka. "I'm Okay." jawab Athena dengan tenang, namun dia lantas memandang teman temannya dengan kedua bola matanya yang berbinar-binar. "Gue diterima! Gue diterima Guys! Gue dapet kerja!" teriak Athena kegirangan dan hal itu langsung disambut ketiga sahabatnya dengan sorak sorai seraya mengacungkan bir kaleng yang mereka pegang ditangan mereka masing-masing. Pagi ini, beruntung cuaca di Jakarta cerah dan seolah turut berbahagia sama seperti suasana hati Athena yang menyambut hari ini dengan riangnya, ia terus mengayunkan langkahnya saat sudah berada di pelataran depan kantor Requel, incorp. Gadis bertubuh ramping ini tak pernah sekalipun menghilangkan senyuman manisnya pada semua orang yang berpapasan dengannya tak terkecuali, pria bertubuh tinggi tegap yang kini ada dihadapannya. Athena tidak tahu siapakah gerangan pria yang penuh wibawa itu, dia begitu sangat tampan dengan setelan jas rapi berwarna navy, wajahnya jelas bukan wajah asli Indonesia melainkan blasteran, entah blasteran mana, yang pasti kulit putihnya, hidungnya yang mancung dan garis wajahnya yang tegas sungguh membuat degup jantung Athena bertalu-talu tak karuan, bahkan membuatnya hampir lupa untuk kembali napak ke bumi, karena terlalu kuatnya pesona yang dimunculkan oleh sosok pria misterius ini. Karena terlalu terpesona dengan ketampanannya hingga membuat Alana lupa untuk mengayunkan kaki kirinya yang membuatnya jadi oleng dan keserimpet. Athena membulatkan kedua bola matanya karena terkejut dan tak siap untuk jatuh terhempas diatas lantas. "Aaa.." tubuh Athena yang dia rasa akan jatuh terjerembab dilantai nyatanya tidak, justru sebuah tangan yang kokoh dan kuat tengah memegang pinggangnya dengan erat. Tubuh Athena terayun dan menempel dengan d**a yang bidang dan keras, membuat keterkejutannya semakin bertambah, tatkala ia beradu pandang dengan pemilik manik mata berwarna biru itu. Pria itu seperti seorang malaikat yang jatuh dari surga yang sedang melihat persis kepadanya, malaikat berkulit putih dengan mata yang tampak berpendar biru dibawah bulu matanya yang hitam lentik dan alis hitam serta tulang pipi tinggi segaris bibir tipis, yang seharusnya dingin dan menakutkan, tetapi justru menarik perhatian Athena dan membuatnya berhenti berlama-lama disana. Dilanda hasrat yang aneh, Athena sangat ingin mencium bibir itu untuk mengecap tekstur bibir itu, sesuatu yang belum pernah dia ingin lakukan dengan pria manapun-- sama sekali tidak pernah. Semua ini terjadi hanya sepersekian detik, termasuk kesadarannya bahwa bahu pria itu sangat bidang, sehingga menghalangi cahaya mentari pagi dan tentunya ia merasa, tinggi pria itu pasti jauh lebih dari 180 cm. Athena tidak bisa memahami rasa panas di perut dan gelegak darahnya, ketika mereka bertatapan untuk waktu yang terasa sangat lama. Nafasnya terengah dan dia pusing. Dan dia Masih berdiri dalam dekapannya! Dari suatu tempat yang tidak begitu jauh terdengar seseorang berkata. "Pak Requel?" Pria itu terdiam lama sebelum menoleh ke arah pria yang memanggilnya. Athena merasa seakan-akan terjebak di awang-awang, melayang dan sekarang meluncur turun ke bumi, sungguh sensasi paling aneh, suara pria itu rendah dan dalam, beraksen khas lidah orang luar negeri dan sebelum Athena tersadar, ia itu sudah melepaskan pegangannya di pinggang Athena yang ramping. "Lain kali, perhatikan cara jalannya yang benar, sepatu kamu terlalu tinggi untuk bekerja ditempat ini." ucapnya yang kemudian membantu Athena meneggakkan tubuhnya agar berdiri dengan benar dihadapannya. "Oh.. iya, oke.. baik." jawab Athena dengan gelagapan, dengan dadanya yang masih naik turun tak karuan, akibat rasa tegang yang masih menyelimutinya. Setelah Athena berbicara demikian, Axton lantas berjalan melewatinya, tanpa mengucapkan sepatah katapun lagi untuknya. Dan hal itu membuat Athena bingung dan hingga dia hanya mematung ditempatnya berada. Pria itu sudah berlalu namun aroma tubuhnya masih begitu melekat di ujung sensori hidungnya, aroma maskulin dan menyegarkan, dan ketika tersadar ia lantas berbalik mencari bayangan sosok pria itu, namun yang dia lihat bahwa, pria itu kini sudah berlalu jauh saat ia melihat tubuh kokoh itu hilang dibalik pintu lift khusus petinggi perusahaan ini. Tersadar dia sudah terlalu jauh memikirkan pria blasteran itu, Athena lantas mengusap wajahnya dengan kasar. "Astaga, kok mikir yang aneh-aneh sih." Athena lantas mengayunkan langkahnya menuju lantai atas tempat yang nantinya akan menjadi kantor kebesarannya. Sementara didalam lift, Axton tersenyum simpul, ia mengingat kembali bagaimana raut wajah Athena yang begitu sangat memikat dirinya, cantik, polos, dan sederhana, itulah penilaian Axton terhadap Athena. "Kamu urus wanita tadi, berikan tempat terbaik untuknya, satu lagi, jangan sampai dia tahu nama lengkap ku, cukup Requel." perintah Axton dengan suaranya yang berat. "Baik Pak." jawab Doni, sang asisten pribadinya. "Apa jadwal ku hari ini?" "Hari ini adalah pertemuan dengan para pemegang saham, namun sebelumnya, jam 9 nanti akan ada perkenalan beberapa karyawan baru yang menempati posisi sebagai direktur, yaitu humas, marketing, engineering." "Wanita tadi salah satunya kan?" "Betul Pak, dia menempati posisi Market Strategic Lead Specialist, nama lengkapnya adalah Athena Hillary Julianto." Axton hanya tersenyum miring menanggapi jawaban Doni, tanpa menginterupsinya. Axton lantas mengangkat tangan kirinya dan melihat jam berstrap Platinum berlapis emas, pagi ini masih jam 7.45, masih terlalu pagi tapi juga dia sudah tidak sabar menunggu jam 9 nanti. Axton duduk bersandar di bangku kebesarannya, sesekali ia melihat jam ditangannya, dan waktu serasa begitu sangat lama, entah sudah kali keberapa dia menghembuskan nafas panjang, menanti waktu yang ia tunggu tunggu. Wanita itu benar benar tidak mengenalinya sama sekali, ya tentu saja dia tidak akan mengenalinya, karena disaat panggilan video berlangsung dirinya selalu tampil casual dengan rambut yang tidak ia berikan sentuhan Pomade, kadang hanya mengenakan kaos dan training saja, namun lihatlah penampilannya kini, rapi dan tanpa cela. Athena berjalan didampingi oleh salah satu asisten Axton, bernama Lusi, dia memimpin Athena untuk menjelaskan secara detail apa saja yang akan Athena kerjakan sebelumnya. "Sampai disini sudah dapat dipahami?" tanya Lusi mengakhiri ceramah panjangnya. "Oke saya sudah paham." jawab Athena dengan yakin. "Oke, selamat bekerja, jam 9 nanti kami tunggu diruang meeting." balas Lusi yang kemudian berlalu meninggalkannya. Athena menyapu seluruh isi ruangan ini, simple, dan tak banyak dekorasi lainnya, dan dirinya menyukai hal-hal sederhana ini. Hanya ada 1 meja, satu kursi ergonomis untuknya dan 1 kursi tamu, 1 komputer lengkap dengan printer, selebihnya hanya sebuah sofa berwarna baby blue dan tatanan buku buku tentang Humas dan lain sebagainya. Cerah dan terang, inilah kantornya karena memang hampir semua bangunannya terbuat dari kaca. Tok tok.. "Permisi." Athena yang sedang menatap buku buku di rak lantas membalikan tubuhnya, melihat siapakah gerangan yang datang ke kantornya. "Iya." balas Athena dengan ramah. "Bagaimana? Adakah yang perlu saya bantu?" yang datang menghampirinya adalah seorang pria bertubuh tinggi, mungkin sekitar 178 cm, kulit putih dan bersih, terawat, itulah penilaian Athena padanya. "Nama ku Riki, dari departemen riset dan pengembangan. Boleh aku masuk?" "Yupz." jawab Athena. "Mulai hari ini kita akan selalu terhubung." ucap Riki saat ia sudah duduk di kursi tamu, sementara Athena duduk di kursi kerjanya. "Aku harus panggil kamu apa?" tanya Athena saat Riki duduk dihadapannya. "Panggil Riki saja, aku rasa usia kita juga tidak begitu jauh." "Haha.. kamu bisa aja, panggil juga aku Athena." "Aku datang kesini buat ngajakin kamu jalan bareng ke ruang meeting, takut kalau kalau kamu nyasar." "Boleh, sebentar lagi kan?" "10 menit lagi sih, tapi kita jangan sampai keduluan bos, bos besar disini biarpun masih muda, dia itu keturunan Thanos." celotehan Riki sukses membuat Athena tertawa kecil. Axton sudah bersiap-siap untuk menuju ruang meeting tempat dimana dia akan bertemu dengan wanita yang ia rindukan. Tentu dia rindukan, sudah 2 minggu ini dirinya dan Athena tidak ada komunikasi, karena rasa kecewa dan kesalnya, akhirnya Axton memilih untuk memblokir nomor Athena. Namun setelah pengakuan Athena saat kemarin di sesi wawancara itu, Axton menyadari kesalahannya, dia terlalu gegabah dan terburu-buru menghakimi Athena, padahal dia sendiri belum tahu kebenarannya mengapa Athena tidak lagi menghubunginya. Athena sudah berada di ruang meeting ia sudah duduk dengan manis disana, disampingnya sudah ada Riki dan rekan rekannya yang lain. Hingga sekitar 5 menit berselang, datanglah Lusi dan membuat suasana yang tadinya terdengar riuh menjadi sunyi senyap dan tak ada yang berani berucap apapun lagi. Lusi sudah hadir di ruang meeting, namun ia tidak lekas duduk melainkan tetap berdiri dan membuat Athena sedikit bingung dengan apa yang sedang dia lakukan dan dia tunggu. Dan tak berapa lama derap langkah kaki terdengar menggema di ruangan meeting ini. Semua nampak berwajah tegang termasuk Riki yang duduk disebelah Athena. Athena yang melihatnya sedikit bingung ketika semua orang memasang wajah yang sama. Sesaat kemudian mereka lantas mengalihkan pandangannya ke arah pintu, di mana pintu itu terbuka lebar. Dan nampak lah seorang yang pria bertubuh tinggi tegap yang membuat Athena terkejut, hingga tubuhnya menegang seketika karena penampakan pria tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD