bc

A DAN P (BAHASA INDONESIA)

book_age12+
1.5K
FOLLOW
13.6K
READ
love-triangle
possessive
arrogant
dominant
badgirl
drama
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

Bagi banyak orang mungkin A dan P hanya sekedar abjad, namun hal itu tidak berlaku untuk seorang Prillia Pricillia. Baginya A dan P adalah abjad yang menggambarkan dirinya dan juga lelaki pujannya yang bernama Alfi Arkayuda. Prillia akan melakukan apapun agar Alfi selalu bersamanya. Satu penolakan dari Alfi akan membuat ia dua kali lebih berusaha keras mendapatkan lelaki itu

chap-preview
Free preview
Chapter 1
Alfi memutar bola matanya jengah menatap ke sekeliling kelasnya, semua mata tertuju padanya tanpa terkecuali. Bahkan Bu Dewi yang terkenal sangat menakutkan itu kini tengah menatapnya dengan tatapan memohon. “Ayolah Alfi,” entah sudah berapa kali gurunya itu mengucapkan kalimatnya itu. “Kenapa harus dipikiri sih Bu? Biarin aja dia mau ngapain. Toh gak bakal ada yang bisa marahi dia kan?” "Iya, tapi kamu tahu sendiri efeknya bila dia dibiarkan. Ayolah Alfi, ini juga pasti karena kamu makanya dia kayak gitu,” kini Bu Dewi terlihat sudah mulai lelah membujuk Alfi yang selalu ada jawaban untuk menolak permintaannya. “Iya nih Al pasti gara-gara lo.” “Iya benar.” “Buruan dong Alfi.” “Lo mau liat guru-guru kita pada dipecat? Terakhir pak Joko, guru favorit gue. Kalau sampai sekarang Bu Dewi juga, gue benar-benar gak terima. Walaupun Bu Dewi galak, tapi sebenarnya dia baik kok.” “Susan kamu ngomong apa barusan?"  “Hehehe maaf Bu, bercanda.” Alfi menghembuskan nafasnya kasar kemudian bangkit dari duduknya. Alfi sadar ia tak akan menang mengalahkan suara satu kelas yang selalu memojokkannya setiap kali dalam keadaan seperti ini. “Oke,” balas Alfi  pasrah kemudian berjalan keluar kelas. Semua isi kelas menghela nafas lega. Setidaknya mereka yakin Alfi Arkayuda itu bisa menyelesaikan semuanya. Alfi  selalu bisa di andalkan dalam situasi seperti ini. *** “Turun!” Seorang gadis yang sedang berdiri di atas meja dengan tangan yang memegang pylox langsung menunduk saat mendengar suara yang sangat ia kenal. Gadis itu tersenyum penuh kemenangan, ia sudah mengira jika lelaki itu pasti akan datang. “Enggak, sebelum lo malam ini mau nemenin gue nonton,” balas gadis itu acuh kemudian melanjutkan aksinya menyemprotkan pylox itu ke tembok. “Prillia, turun!” Kini suara lelaki itu makin terdengar tegas. Bukannya menjawab gadis itu tetap sibuk dengan pyloxnya. Tangannya mengukir huruf A dan P dengan begitu besar di dinding. “Mau lo itu apa sih? Lo selalu kayak gini. Lo coret dinding seenak lo saat lo gak bisa dapati apa yang lo mau, dan setelah itu lo ngadu sama bokap lo seolah-olah lo di tindas dan akhirnya guru yang saat mengajar di jam lo ngelakuin hal bodoh ini di pecat sama bokap lo setelah itu lo mengancam gue buat lakuin apa yang lo mau biar guru itu bisa balik lagi mengajar disini, itu kan mau lo?” “Nah itu tahu, pintar! Alfi Arkayuda memang pintar, jadi makin suka,” Gadis itu tersenyum tanpa menghentikan aksinya. Alfi mengacak rambutnya frustrasi. Gadis ini selalu sukses membuatnya pusing. Kalau tahu akhirnya akan seperti ini. Alfi tidak akan pernah melakukan hal yang baru ia sadari adalah sesuatu yang bodoh beberapa bulan yang lalu.  “Gue bakal berhenti mengukir huruf awal nama kita asal lo mau nonton sama gue malam ini. Ayolah Al, ada film baru seru banget.” “Ntar malam gue harus latihan sama band sekolah buat persiapan lomba.” “Kan lombanya masih lama, latihannya juga bisa nanti-nanti.” “Oke ntar malam kita nonton,” balas Alfi pasrah membuat gadis itu menghentikan aksinya. Prillia menunduk melihat Alfi dengan sumringah. “Gitu dong dari tadi. Ya udah bantu gue turun. Mejanya ketinggian,” ucap gadis itu mengulurkan tangannya. Alfi berdecak kesal kemudian menyambut uluran tangan gadis itu dan membantunya untuk turun. Gadis itu tersenyum senang walaupun Alfi hanya memperlihatkan wajah masamnya.  “Entar sore gue bakal suruh orang buat cat dinding ini lagi, jadi lo tenang aja,” ucap Prillia menyadari tatapan Alfi yang terfokus pada dinding yang dulunya mulus kini sudah dihiasi dengan huruf A dan P. “Ya udah sekarang lo buruan masuk kelas.” “Ih apaan sih, 30 menit lagi udah jam istirahat, nanggung banget. Mending kita ke kantin. Gue lapar nih, yuk makan,” ajak Prillia merangkul lengan Alfi. “Gue bilang masuk kelas sekarang atau gue gak bakal jemput lo nanti malam." “Lo ngancam gue?” Tanya Prillia sengit. “Terserah lo mau pikir itu ancaman atau enggak.” “Oke... oke.. gue bakal ke kelas. Gue tunggu ntar malam,” balas Prillia kemudian berlalu dari hadapan Alfi. Alfi mengusap wajahnya kasar. Tak pernah Alfi bayangkan sebelumnya hidupnya akan di datangi oleh remote control seperti Prillia. Alfi sebenarnya bingung, terkadang ia bisa menjadi pemilik remote control itu yang dapat menguasai sikap pemaksa Prillia, namun terkadang ia bisa menjadi orang yang dikuasai remote control dan tentu saja Prillia lah pemiliknya.  Jika tahu akan seperti ini ujungnya, Alfi ingin waktu terulang kembali dan kejadian itu tak pernah terjadi saat di mana Alfi menolong Prillia. Prillia merupakan anak baru disekolahnya sekitar 3 bulan yang lalu. Baru masuk Prillia sudah memperlihatkan sikap ketus dan dingin jauh dari kata ramahnya. Hal itulah yang membuatnya tak diterima begitu baik disekolah ini. Hingga suatu hari Prillia terlibat adu mulut dengan sekumpulan siswi di sekolah ini. Masalahnya simpel, hanya karena Prillia tak sengaja menumpahkan minumannya di baju salah satu siswi itu dan ia tak ingin minta maaf semuanya menjadi panjang. Sebenarnya Prillia bukannya tak mau meminta maaf, hanya saja melihat reaksi marah-marah berlebihan dari siswi itu membuat ia merasa malas untuk meminta maaf. Merasa tak terima siswi itu hendak membalasnya dengan menyiramkan kuah bakso miliknya, namun Alfi yang kebetulan berada di kantin itu dan mulai merasa jengah dengan perdebatan mereka itu akhirnya menahannya untuk tidak menyiramkan kuah bakso itu pada Prillia. Prillia yang melihat Alfi langsung terpaku. Prillia tak menyangka, Alfi salah satu siswa yang sekelas dengannya yang selama ini terkesan acuh atas kehadirannya tiba-tiba datang seolah menyelamatkannya. Padahal di kantin ini banyak orang namun hanya memilih untuk menonton karna Prillia sadar mereka semua tak suka dengannya. Namun Alfi malah menyelamatkannya. Sejak saat itulah Prillia terpesona dengan Alfi. Ia menganggap Alfi akan selalu melindunginya walaupun Alfi selalu bersikap acuh padanya. Alfi tak menyangka, aksinya yang hanya ingin melerai perkelahian itu membuat gadis itu mengartikan beda atas tindakannya. Dan parahnya lagi keesokan harinya langsung tersebar pengumuman bahwa sekolah mereka kini berada di bawah kepemilikan ayah Prillia. Hal itu membuat semua orang yang selama ini memandangnya tak suka menjadi begitu takut berhadapan dengan gadis itu. Dijadikannya ayah Prillia sebagai pemilik sekolah itu membuat Alfi makin terperangkap oleh Prillia yang mulai semena-mena dengannya. Alfi sebenarnya tak mengerti apa maksud gadis itu. Cinta? Ia melakukan itu karena cinta? Melakukan segala cara agar Alfi mengikuti perkataannya karna cinta? Entah lah, Alfi pun tak tahu karna gadis itu tak pernah mengungkapkan cinta padanya. Hanya saja baginya Alfi adalah miliknya. Ya, miliknya! Jika A dan P dalam abjad terletak cukup jauh, namun tidak bagi Prillia. Ia bisa melakukan apa pun agar A dan P selalu berdampingan.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Om Bule Suamiku

read
8.8M
bc

MOVE ON

read
95.0K
bc

Mendadak Jadi Istri CEO

read
1.6M
bc

Romantic Ghost

read
162.3K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
76.0K
bc

Guru BK Itu Suamiku (Bahasa Indonesia)

read
2.5M
bc

A Boss DESIRE (Ganda - Gadis)

read
984.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook