“Cia gak butuh terapi. Dia gak butuh hal-hal medis. Dia cuma butuh lo. Lo disisinya adalah obat, Al.” . . . Alfaro terduduk di lantai, menyandarkan tubuhnya pada rak buku. Ia memikirkan hal yang sama berulang kali. Bagaimana jika Cia melupakannya? Bagaimana jika Cia meninggalkannya sama seperti Bella? Alfaro mengusap wajahnya kasar. Gelisah, takut, namun ia juga tidak tahu harus berbuat apa. Diam saja juga bukannya membantu, tapi mungkin lebih baik diam daripada harus melakukan sesuatu yang akan menambah buruk keadaan. Alfaro menoleh saat Cia datang untuk mengembalikan buku ke rak. Alfaro berdiri, menatap Cia hendak tersenyum. Namun, Cia seperti tidak peduli dengan kehadirannya. Apa cewek itu masih lupa? Alfaro memilih membelakangi Cia dan mengambil buku di rak satunya. Saat Cia

