Aku Menginginkanmu

1076 Words
"Aakh!" Belum sempat Alexa melayangkan protes. Tiba-tiba tangan pria itu sudah lebih dulu mencubit lengan Alexa yang membuat wanita itu memekik tertahan. Jelas sakit, Alexa langsung melotot pada si pria dan langsung mengusap tangannya. "Eungh!" sahut erangan si pria yang langsung membuat Alexa terbelalak. Namun, seketika itu keadaan di luar kembali hening. Alexa menoleh ke belakang, tetapi orang-orang itu masih di sana. "Bergeraklah naik turun. Mereka akan pergi karena malu." Ucapan pria itu acuh lalu menutup mata. Mendengar itu, otak cerdas Alexa langsung bekerja normal kembali. Wanita itu menarik kedua sudut bibirnya lebar. Paham akan maksud pria di bawahnya. Yah ... meski otak Alexa sempat dipenuhi perkara yang tidak-tidak. Namun, idenya cukup cerdas juga. Lantas Alexa langsung melakukan apa yang diperintah pria itu. Ia menarik turunkan tubuhnya, bergerak meliuk-liukkan tubuhnya seraya mengeluarkan suara menggelikan dari mulutnya. Bahkan, Alexa langsung menghayati perannya dengan sangat baik hanya dalam waktu beberapa detik setelah diberikan skenario singkat oleh pria yang tak dikenalnya. Pantulan bayangan rang-orang di depan tenda tampak saling bertukar tatap satu sama lain. Terdengar samar mereka berbisik sebelum akhirnya pergi dari sana. Tentu saja, mereka pikir sang raja tengah menikmati malam panas. Dan mereka sangat bersyukur akan hal itu karena selama bertahun-tahun meski telah menikah dengan selir, tetapi tak kunjung terdengar kabar kelahiran calon penerus di istana. Kemahiran berakting Alexa itu sontak membuat si pria membuka mata heran. Kedua mata mereka bertemu, tetapi Alexa membalas tatapan si pria dengan mengerlingkan mata sebelah. Lalu dengan gerakan lembut, Alexa menundukkan wajah, ia mendekatkan bibirnya di sisi telinga si pria seraya membisikkan sesuatu. "Bagaimana kau bisa memiliki ide sebrilian ini?" Mendengar itu, Raja Arthur malah tersenyum culas. Ia sedikit menoleh pada Alexa, balas berbisik pada Alexa. "Karena aku Raja." Mendapat jawaban itu, Alexa malah menarik wajahnya dengan memamerkan bibirnya yang mencebik tak percaya. Kedua bola matanya berputar malas sebelum akhirnya ia melontarkan kalimat ejekan. "Jika kau seorang raja, aku adalah ratu, hm?" Ucapan Alexa itu sontak membuat salah satu alis Raja Arthur terangkat. "Boleh juga." Alexa malah tersenyum puas. "Tentu saja. Tidak ada seorang pria pun yang menolak pesonaku. Sekalian saja besok kita menikah." Ini hanya guyonan bagi Alexa. Namun, sekali lagi, Raja Arthur menyetujuinya. "Baik. Besok kita menikah." Alexa pikir, pria ini masih bercanda. Makanya, ia tambah saja candaannya. "Nanti sekalian membuat pangeran yang sangat banyak dan tampan. Oke?" Mendengar itu, Raja Arthur tak kuasa untuk menahan tawanya. "Tentu saja. Masalahnya ... apakah nona ini kuat di ranjang?" bisik Raja Arthur terdengar rendah dan menggoda. Keduanya terdiam. Bulu kuduk Alexa meremang detik itu pula. Namun, ia segera tertawa untuk mencairkan suasana dan menormalkan detak jantungnya yang kembali menggila. Gawat, jangan sampai ia terkena serangan jantung karena pria tampan di depannya ini! "Haha ... Tuan, kuakui Anda memiliki selera humor yang bagus. Baiklah, terima kasih sudah menolongku. Anda tahu, aku harus segera mencari jalan pulang dari sini." Alexa mengakhiri ucapan canggungnya dengan tertawa kaku. Ketika wanita itu hendak bangkit untuk keluar dari bak mandi, tiba-tiba tangannya ditarik oleh cekalan kuat pria di bawahnya. Tidak main-main, bahkan tenaganya mampu membuat tubuh Alexa jatuh menimpa d**a bidang pria itu yang tak dilapisi sehelai benang pun. Kedua tangan Alexa yang mendarat mulus di atas d**a pria itu, tubuhnya dibuat terpaku ketika mata mereka bertemu. Sejenak, Alexa terpesona oleh indahnya permata bagai batuan laut itu. Iris berwarna biru nan dalam, seolah menyimpan banyak misteri yang menggoda untuk menyelaminya lebih dalam lagi dan lagi. Iris Alexa memandang wajah itu lebih seksama. Terlalu tampan dan mempesona. Rahang tegas dan kokoh, tetapi juga tirus, perpaduan antara pria cantik tetapi juga jantan. Terlebih, hidung mancungnya yang tinggi membuat kesan pahatan wajah ini terlalu sempurna sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Balutan bulu nata lentik yang dipadukan dengan lengkukan tajam alis lebat yang sempurna, membuat pesona pemilik mata elang beriris lautan itu bak mahakarya Tuhan yang tak mampu didustakan. Sejenak, Alexa benar-benar hanyut dalam pesona pria ini. Hingga matanya jatuh pada rambut si pria yang tampak jauh lebih menarik. Namun, entah mengapa ketakjubannya itu juga membawa Alexa seolah terlempar ke entah dimensi mana di mana ia merasa familiar dengan warna tersebut. Alexa terdiam cukup lama, mengorek isi otaknya yang seketika kembali menjadi berjalan lambat karena tak mampu menahan pesona yang menggoda dari pria ini. "Bagaimana, Nona? Apakah kau benar-benar bisa menghadapi seorang Raja, hm?" Pertanyaan itu dibarengi sebuah seringai yang mana secara bersamaan Alexa dibuat bagai tersetrum listrik tegangan tinggi. Tubuhnya terlonjak, refleks ia hendak menghindar seperti kucing yang tercebur ke dalam air. Namun, sesuatu menahan punggungnya. Sebuah tangan kekar menarik tubuhnya kembali jatuh dalam air hangat itu. Memaksa Alexa untuk berhadapan kembali dengan pria pemilik mata elang dan rambut ... perak? Kedua mata Alexa tak mampu berbohong jika kepalanya sudah mendapatkan titik terang. Hatinya mencelus, seperti disentil dari dalam. Wajah Alexa mendadak kaku. Ini gila! "Jadi, besok kita akan menikah dan membuat anak, hm?" Pertanyaan itu sekali lagi membuat Alexa ingin menenggelamkan diri ke dalam air laut. Malu setengah mati sekaligus takut jika pria itu tersinggung lalu malah jadi sumber bahaya. Oh, ayolah! Masuk ke sini saja sudah bukan hal yang masuk akal! Masa dia mau mati di sini juga? Tidak! "I-itu ...." Tiba-tiba Raja Arthur mendorong pundak Alexa hingga membuat punggungnya membentur dinding kayu. Tenggorokannya tercekat, matanya terkunci sampai membuat tubuhnya mendadak dikutuk menjadi batu. Kaku. Raja Arthur berada di atas tubuh Alexa, wajahnya mendekat, sangat dekat bahkan hanya berjarak tidak lebih dari satu kepalan tangan. Embusan napas hangat juga menerpa lembut dan hangat di atas kulit wajahnya. Uap napasnya juga menyusup ke leher Alexa, membuat tubuh wanita itu mengejang. Refleks, tangannya yang ada di atas d**a pria itu mengepal erat. "Aku ingin memakanmu." Setelah Raja Arthur berkata dengan tegas, tiba-tiba Alexa merasakan lumatan lembut di bibirnya. Kedua matanya terbelalak penuh kejut. Otaknya berteriak untuk lari, tetapi tubuhnya seolah berkhianat. Ia tak mampu bergerak barang seinchi pun. Bahkan, ia juga tak mampu menolak ketika tangan pria itu menyusul ke belakang tengkuknya dan mendorong ciuman itu lebih dalam. Kelopak mata Alexa berubah sayu. Ia tak ingin pasrah, tetapi tubuhnya yang kaku mendadak jadi lemas tak berdaya. Hampir saja Alexa ambruk, tetapi sebelah lengan kekar pria itu memeluk tubuhnya, menahannya agar Alexa tidak tumbang. Napas Alexa tersenggal, tetapi bodohnya ia malah memejamkan mata menikmati sensasi lembut dan hangat yang menggerayapi perutnya. Rasanya geli, tetapi juga aneh. Hingga beberapa saat setelah oksigen di paru-paru mereka hampir habis, Raja Arthur melepaskan tautan bibir mereka. Ia menyatukan dahinya dengan Alexa. Napas keduanya tersenggal-senggal, berirama dengan d**a mereka yang kembang kempis tak karuan. "Nona, aku menginginkanmu."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD