Firasat adalah sesuatu abstrak, tidak terlihat, tidak tersentuh, pun tidak dapat didefinisikan. Keberadaannya tidak dapat terdekteksi, tetapi mampu dirasakan secara desiran lembut dalam lubuk hati terdalam. Alexa duduk dengan gusar di kamarnya. Sudah satu jam sejak ia menyuruh para pelayannya pulang, menyisakan beberapa pelayan yang bertugas jam malam. Namun, pengangkatannya menjadi ratu benar-benar mengusik Alexa.
Karena masih tak kunjung terlelap, akhirnya Alexa hanya duduk sambil membaca beberapa laporan problematik di daerah Silline. Masih terngiang di kepala Alexa, di mana Arthur menentang keras keinginan Alexa. Alih-alih menyerah, Alexa akan bersikeras untuk membuat Arthur mempercayainya. Awalnya, Alexa pikir rasa tidak tenang itu berasal dari kerisauan sebab adu argumen dengan Arthur. Namun, semakin larut malam, tak kunjung membuat Alexa mengantuk.
"Hah ...." Alexa menghela napas panjang ketika ia berhasil menyelesaikan bacaannya. Ia menggulung parkemen dan menumpuknya bersama beberapa gulungan parkemen yang juga telah ia selesaikan.
Entah mengapa, malam ini firasat Alexa sangat tidak tenang. Dirinya kembali diserang insomnia. Bahkan, meski telah minum dua gelas s**u dan menyelesaikan beberapa bacaan parkemen, tak juga membuatnya merasa mengantuk. Alexa yang jengah pun bangkit, berjalan keluar dari kamarnya.
Begitu pintu terbuka, kedua pelayan langsung membungkukkan tubuh mereka sekilas. Alexa keluar dengan gaun tidur yang terbuat dari satin berlengan balon sepundak. Kain tipis yang membalut tubuhnya langsung berkibar diterpa angin malam. Embusan dingin angin malam terasa menggelitik pori-pori kulitnya, sedikit membawa rasa gigil yang menyengat.
"Yang Mulia, Anda hendak ke mana?" tanya salah seorang pelayan.
Alexa tidak langsung menjawab, ia menatap kedua pelayan yang ada di sana bergantian. "Bukankah malam ini sangat dingin? Kalian pulanglah dan katakan agar para penjaga itu juga pergi saja."
Sampai di sini, Alexa berpikir mungkin dirinya tidak bisa tidur karena merasa diperhatikan oleh para pelayan dan penjaga dengan cara mereka berjajar di sepanjang koridor istana. Karena memang sejak kecil, Alexa sudah terbiasa tidur sendiri dan melakukan berbagai hal sendirian. Bukan tanpa sebab, itu karena kedua orang tuanya meninggal dunia sejak Alexa kecil dan menyisakan warisan yang cukup untuk membiayainya hingga lulus akademis kepolisian.
"Kami tidak berani, Yang Mulia," jawab cepat kedua pelayan.
Pikiran Alexa kembali pada saat ini. Ia menatap kedua pelayan dengan tagapan tegas gak terbantah.
"Ini perintah."
Kedua pelayan itu sempat saling bertukar tatap satu sama lain ragu. Namun, Alexa segera menyahut dengan tegas.
"Apakah kalian ingin melanggar perintah?"
Setelah mendengar Alexa berkata demikian, kedua pelayan itu tak sanggup lagi mengelak. Pada akhirnya, keduanya pergi dengan perasaan gamang, tetapi juga tak berani melanggar perintah sang ratu. Kini tinggallah Alexa sendiri yang berjalan bertelanjang kaki ke teras istana. Berdiri menatap pemandangan taman istana yang tampak hanya didominasi warna hitam dan gelap, sumber cahaya samar dari rembulan membuat pandangan Alexa tak tajam, tetapi sudah cukup untuk menikmati kesunyian malam.
Srek!
Di tengah acara menikmati suasana malam itu, tiba-tiba terdengar suara asing yang mengusik gendang telinganya. Alexa segera memasang tatapan waspada ke sekeliling. Sekelebat bayangan hitam tampak memantul di atas permukaan tanah dari atap istana miliknya. Alexa memiliki firasat buruk. Awalnya, ia hendak berteriak memanggil penjaga. Namun, seketika itu ia tersadar bahwa semua orang di istana sudah ia suruh pergi.
Tak ingin terjadi hal yang tidak diinginkan, Alexa segera berlari ke sisi samping istana. Ia melewati sisi bangunan itu seraya menatap waspada sekeliling, terutama ke atap barang kali ada sesuatu yang akan terjadi. Alexa meraba tatanan rambut sanggulnya, mengambil tusuk rambut yang ia pegang sebagai senjata untuk waspada. Rambut panjangnya terurai, sesekali terbang lembut tertiup oleh angin.
Di saat ia mencapai sisi belakang istana, Alexa dibuat menajamkan mata ketika ia melihat beberapa orang berpakaian serba hitam seperti ninja sedang berkumpul di sisi taman. Dari penampilan mereka, tak butuh waktu lama bagi Alexa menyadari bahwa mereka bukanlah orang yang bertugas menjaga kediamannya.
Kini Alexa mulai menemukan titik terang, alasan mengapa perasaannya terus tidak tenang sejak tadi. Tidak boleh begini, Alexa harus segera pergi dari sana dan mencari bantuan. Namun, baru saja ia hendak memundurkan langkah, tiba-tiba ia tak sengaja menginjak ranting pohon yang membuat sebuah bunyi patahan. Suara itu memang tidak keras, tetapi karena suasana malam itu sangat hening, maka perhatian orang berpakaian serupa ninja yang jika tidak salah hitung ada sekitar enam orang langsung teralih ke arah Alexa.
Sempat meruntuki kecerobohannya, tetapi untung saja dengan keadaan bertelanjang kaki, Alexa bisa pergi dari sana dengan lebih tenang tanpa menimbulkan suara. Alexa segera menuju halaman istananya untuk menuju gerbang. Namun, ia merasakan pergerakan samar di belakangnya, membuat Alexa berpikir bahwa ia akan ketahuan jika memaksa terus melangkah. Pada akhirnya, Alexa memilih untuk melempar diri ke sebuah semak-semak yang cukup lebat untuk menyembunyikan diri.
Entah para orang berpakaian ninja itu sempat menyadari keberadaan Alexa atau tidak. Yang jelas ketika mereka menyebar sekitar tiga orang menyisir halaman, terdapat seorang yang mendekat ke arah persembunyian Alexa. Debar jantung Alexa terasa menggila bersamaan dengan matanya yang menajam. Alexa menggenggam tusuk rambutnya semakin erat, bersiap mengangkatnya untuk menyerang. Sosok itu semakin mendekat, Alexa sudah menyiapkan kekuatan kakinya untuk melompat dan menyerang.
Namun, belum sempat niatnya terlaksana, tiba-tiba suara langkah keras dan cepat menuju ke sana. Si pria berkostum ninja berhenti dan segera berpaling karena menyadari posisinya terancam. Sejenak, Alexa sempat terhenyak melihat bagaimana cara berlari pria itu yang sangat cepat dan mampu meloncat ke cabang pohon sebelum melompat ke atap istana dan menghilang bagai bayangan.
Tak lama berselang, para prajurit datang ke sana dan segera berlari menuju ke kediaman. Alexa segera keluar dari tempat persembunyiannya, dia hendak pergi dari tempat itu karena merasa kediamannya sudah tidak aman. Namun, begitu ia menapakkan kaki di luar gerbang istana, betapa terkejutnya ia kala mendapati kedua pelayan yang sempat ia temui tadi dan ia suruh pergi sudah tergeletak bersimbah darah.
Melihat keadaan mereka berdua yang sangat tragis, membuat kedua bola mata Alexa nyaris menggelinding dari tempatnya. Ia sangat terkejut, pasalnya ketika mereka berdua pergi bersama prajurit penjaga, tidak terdengar suara sedikit pun yang mencurigakan. Sejenak Alexa teringat, akan beberapa prajurit yang berjaga di tempatnya. Alexa menatap sekeliling dengan waspada, tetapi tak menyadari ada seorang pun di sana. Sedangkan, tadi Alexa ingat jelas bahwa kedua pelayan tadi pergi bersama prajurit penjaga istananya.
Alexa kembali tersadar, ternyata prajurit yang berjaga di tempatnya tadi adalah penyusup, kemungkinan juga salah stau dari orang-orang berpakaian ninja. Alexa berusaha menerka, di mana kiranya keberadaan prajurit penjaga sebenarnya berada. Ia mulai menelisik ke sekeliling kamar, menyibak semak-semak barang kali bisa menemukan mereka. Namun, hasilnya nihil.
"Yang Mulia Ratu tidak berada di kediaman!" teriak salah satu prajurit yang tak lama kemudian disusul anggota mereka yang menyebar. Tatkala melewati pintu utama istana, baru 'lah mereka menyadari keberadaan Alexa di sekitar taman dengan pakaian tidur tipis dan wajah linglung.
"Yang Mulia di sana! Cepat amankan, Yang Mulia!"
Namun, saat beberapa prajurit itu hampir mendekati Alexa, tiba-tiba sebuah panah melesat dari sisi berseberangan yang tepat mengenai beberapa prajurit hingga tumbang. Alexa terhenyak, ia menatap waspada ke sekeliling dan tepat di puncak gerbang istananya, Alexa melihat para ninja itu bertengger di atas sana dan melesatkan panah-panah ke arah prajurit. Alexa merasa terdesak, ia segera berlari keluar dari gerbang, mengendap pergi tak tentu arah asal bisa menyelamatkan diri. Satu hal yang membuat Alexa merasa aneh adalah mengapa para ninja itu tidak menyerangnya, sekalipun mereka tahu Alexa berlari pergi dari sana.
Salah satu dari ninja itu sempat bersitatap dengan Alexa sebelum wanita itu berbelok ke sebuah bangunan. Warna mata pria itu tampak kecokelatan, satu hal yang bisa ditangkapnya adalah ninja itu berasal dari Adney Land. Tentang siapa sosoknya, Alexa belum tahu. Namun, melihat sikap mereka yang membiarkan Alexa pergi begitu saja, sedangkan mereka menyerang para prajurit, tentu tidak bisa dikatakan hal baik juga. Mengapa? Karena bisa saja tugas para ninja itu menggiring Alexa ke sebuah bahaya yang lebih besar. Alexa tidak tahu bahaya apa yang akan menantinya di depan sana, tetapi ia juga tidak mungkin menetap di tempat benda tajam saling menghujam.
Alexa dilanda rasa gamang. Sialnya, di kepalanya malah melintas satu nama orang yang paling tidak ingin ia pikirkan.
Arthur.