Arthur tidak bisa diajak bernegosiasi. Hal ini membuat Alexa semakin geram. Pada akhirnya, upacara pengangkatan dirinya sebagai ratu tak dapat dihindari. Besok pagi adalah upacara pengangkatannya sebagai ratu. Entah mengapa tiba-tiba banyak sekali prajurit yang memperketat penjagaan di istana Alexa. Seolah mereka sudah tahu jika Alexa akan kabur dari sana.
Sayang sekali, dugaan mereka salah. Hari ini sudah terlalu melelahkan, berdebat dengan Arthur tanpa henti. Meski Arthur tidak mau mengalah dan terus beradu argument, tetapi Alexa sadar bahwa Arthur tidak sekali pun mengeluarkan amarah sepertinya. Alexa meninggikan suara, tetapi Arthur tetap memberi jawaban dengan nada rendah yang membuat telinga Alexa panas tentunya.
Malam ini, Alexa jelas tidak bisa tidur. Wanita itu menghabiskan waktunya di meja dan membaca berbagai laporan, khususnya daerah Silline yang akan ia datangi. Namun, meski hari telah menunjukkan waktu tengah malam, sedang Alexa tidak kunjung beranjak dari tempatnya, beberapa pelayan ada yang mulai hampir terjatuh karena mengantuk. Awalnya, mereka masih bisa menahan, tetapi makin bertambah waktu makin sering beberapa pelayan terjatuh. Hal itu membuat Yoana memberanikan diri untuk menegur majikannya.
"Yang Mulia, ini sudah malam, sudah waktunya tidur," ucap Yoana memperingatkan, tetapi Alexa mengacuhkannya.
"Yang Mulia," panggil Yoana lagi setelah beberapa saat. "Hari sudah sangat larut. Besok Anda harus bangun pagi-pagi."
"Yang Mulia ...."
Karena Yoana yang terus mengganggunya, Alexa menghentikan kegiatannya membaca parkemen. Ditatapnya Yoana dengan tajam.
"Siapa yang menyuruhmu berdiri di sana? Apakah kau pikir aku akan mematuhi perintah dari pelayan sepertimu?!"
Suara Alexa yang meninggi itu membuat Yoana tersentak. Wanita itu sontak menjatuhkan diri dan bersujud disusul para bawahan yang lain. Monareta yang melihat kemurkaan Alexa pun juga ikut bersujud. Di sini, Monareta 'lah yang sangat terkejut melihat kemarahan sang majikan. Pasalnya, tuan putri yang ia kenal meski tegas dan banyak tingkah, tetapi sangat jarang marah. Namun, kali ini sang majikan malah marah hanya dengan teguran. Hal itu membuat Monareta merasa asing sekaligus bersedih. Pasti tuan putrinya sedang memikul masalah besar sendirian.
"Ampun, Yang Mulia. Hamba pantas mati."
"Sekarang, kalian pergi! Aku tidak ingin melihat kalian!"
***
Alexa memakai gaun mewah dengan pernak-pernik berkilauan di sekujur tubuhnya. Saat merias wajah, Yoana datang membawa sebuah kotak perhiasan berisi kalung sederhana.
"Yang Mulia, ini adalah kalung hadiah pemberian dari Tuan Putri Amora. Ibu Suri berkehendak agar Yang Mulia memakai ini."
Alexa masih kesal atas kejadian semalam, ia tak menjawab. Ia hanya menatap kesal pada pantulan wajahnya yang tampak sangat jelita. Oh, sebenarnya wajah Alexa maupun Athea terlihat sama. Hanya saja, bedanya aura yang dikeluarkan dari Athea jauh lebih berwibawa dan berseri daripada Alexa versi abad 21.
Karena lama tak mendapatkan jawaban dari Alexa, Yoana hampir bertanya lagi. Namun, Monareta segera mengambil alih kotak itu dan menyuruh Yoana pergi. Yoana sendiri adalah kepala pelayan, tentu saja dia merasa tidak terima ketika pekerjaannya diambil alih oleh Monareta. Kedua pelayan itu sama-sama melempar tatapan tajam satu sama lain.
"Apakah kau tidak punya pekerjaan, Yoana?" Suara sinis Alexa itu membuat Yoana segera undur diri.
Kini tugas merias diambil alih oleh Monareta. Wanita itu dengan telaten menghias wajah dan memasangkan pernak-pernik, mulai dari anting, kalung hingga gelang kaki.
Upacara pengangkatan ratu yang dinanti-nantikan segera dimulai. Alexa datang menuju ruangan luas dengan altar di ujungnya. Di atas altar itu Arthur sudah berdiri bersama Calista yang membawa nampan yang dilapisi kain sutera emas berisi mahkota ratu. Melihat Arthur dan Calista bersama, tiba-tiba bara api mengendap dal diri Alexa.
Kini Alexa saling berhadapan dengan Arthur, sedangkan Calista yang membawa mahkota ratu berada di antara keduanya. Ah, entah mengapa dalam keadaan seperti ini Alexa merasa benar-benar seperti antagonis yang luar biasa. Alexa seperti perebut suami orang, di mana istri tuanya berada di antara mereka. Sebagai seorang wanita, Alexa bisa merasakan barang kali sepercik perihnya berbagi suami. Namun, mengingat Calista kelak akan berselingkuh dan memanfaatkan rasa cinta Arthur, mendadak membuat Alexa semakin marah.
"Nyonya Leyton, silakan menunduk!" titah Arthur yang langsung diangguki Alexa. Wanita itu sedikit menurunkan tinggi badannya.
"Athea mengikuti marga Leyton, hari ini Anda sebagai istri Raja Arthur Leyton akan dianugerahkan gelar Ratu dari Kerajaan Adney Land. Apakah Anda bersedia?"
"Saya Athea mengikuti marga Leyton, bersedia menerima anugerah sebagai Ratu dari Kerajaan Adney Land."
Arthur pun mengambil mahkota dari nampan Calista lalu memasangkannya ke puncak kepala Alexa. Mahkota yang tampak sangat indah dan menawan telah sempurna menjadi milik Alexa. Suara tepuk tangan meriah bersautan. Kini Calista turun dari altar, membiarkan Arthur dan Alexa menghadap para hadirin. Upacara pengangkatan ratu itu dihadiri banyak pejabat setempat. Seharusnya ada undangan untuk negara lain, tetapi Alexa memilih untuk tidak membuat acara yang terlalu meriah berhubung ia tahu betul berdasarkan dari novel, keadaan kesejahteraan rakyat Adney Land sangat rendah. Ia sudah bernegosiasi dengan Arthur untuk menyumbangkan separuh biaya yang seharusnya digunakan untuk pesta pengangkatan sebagai ratu untuk kegiatan kemanusiaan sekaligus membiayai rencana Alexa terhadap daerah Silline.
Setelah mengikuti sebagian acara, Alexa dan Arthur memilih undur diri lebih dulu. Sekeluar dari ruangan itu, Alexa langsung berjalan dengan langkah cepat mendahului Arthur diikuti para pelayannya yang sangat canggung dan takut atas kelantangan Alexa. Namun, mereka tidak bisa berbuat banyak. Pasalnya, Alexa suka sekali marah-marah belakangan ini.
Baru saja sampai di kediaman, Alexa sudah harus menerima tamu agung tak diundang. Orang itu adalah Ibu Suri bersama dua keponakan wanitanya, yaitu Tuan Putri Amora dan Emilia.
Jika tidak salah ingat, Amora dalam novel dijelaskan sebagai tokoh antagonis yang sangat matre dan mata duitan. Secara keseluruhan, Amora hanya lah remaja biasa. Hanya saja karena obsesi berlebihnya terhadap uang membuat dia juga harus menerima hukuman di ending cerita. Adapun Emilia adalah tokoh antagonis yang digambarkan sebagai wanita cerdas dan pandai dalam bidang kedokteran. Emilia sendiri juga menyukai Arthur, bahkan rencana pernikahannya sempat hampir terlaksana andai Arthur tidak memilih menikahi Calista. Maka dari itu, Emilia adalah sosok yang sangat membenci si protagonis. Seingat Alexa juga, Emilia adalah sekutu sekaligus setan yang suka memanipulasi pikiran Athea untuk berbuat jahat pada Calista.
Secara umum, tiga wanita yang ia temui ini adalah kawannya. Namun, Alexa tidak akan menjamin hubungan mereka akan tetap baik-baik saja atau tidak karena Alexa tidak ingin terlalu mengikat hubungan dengan politikus mana pun. Hanya saja, ia harus tetap menjaga hubungan baik secara formal dengan ketiga wanita ini. Adapun, Alexa akan menguat aliansi dengan para saudagar, tabib dan tukang bangunan untuk merealisasikan rancangannya untuk masa depan. Tentu masa depannya sendiri.
Pertemuan kala itu tidak terlalu spesial. Alexa bisa membaur dengan baik dengan Ibu Suri. Hanya dengan Ibu Suri dan Emilia, meski tidak tahu apakah sikap mereka adalah kejujuran atau sekadar formalitas. Hanya saja, sikap Amora sangat padanya. Jelas, tidak ada itikad baik dari Amora padanya. Hanya saja, Alexa juga tidak bisa menjamin bahwa hubungannya dengan Emilia juga dibilang baik karena Emilia adalah serigala berbulu domba sedangkan tokoh Athea adalah kambing hitam dari kebusukan Emilia.
Setelah kepergian ketiga wanita kerajaan, Alexa yang masih di depan istana setelah mengantar mereka sampai gerbang terdiam sejenak ketika dirinya merasakan seseorang mengawasi kediamannya. Benar saja, begitu ia menoleh ke sisi dinding bagian kiri, ia melihat sekelebat bayangan yang melintas. Menyadari ada sesuatu yang tidak beres, Alexa segera masuk ke dalam istana.
Di sisi lain, sosok pria berpakaian serba hitam seperti ninja segera memberikan isyarat tangan sebagai alat komunikasi dengan kelompoknya yang berpenampilan sama untuk menyebar. Enam orang berpenampilan serupa mengangguk dan segera pergi dari sana. Sedangkan si pria bersama satu orang temannya saling mengangguk sebelum akhirnya memanjat dinding dan menaiki atap istana bagian belakang.