(Bab 3)

1000 Words
"Apa itu yang kamu jadikan alasan? Perasaan bisa hadir seiring kebersamaan kita, Mas tidak memaksa kamu untuk langsung mencintai Mas, kamu bisa mempertimbangkan semuanya lagi Ay." Mas Juna bahkan menyunggingkan senyumannya menatap gue. Gimana bisa gue menyakiti perasaan laki-laki setulus dan sebaik ini? Semua orang bener, Mas Juna gak memiliki kekurangan apapun, gue yang merasa banyak kekurangan. Gue adalah perempuan bodoh yang menolak laki-laki sebaik Mas Juna hanya untuk lelaki yang gak sama sekali gak gue tahu keberadaannya, gue memang sebodoh itu. Tapi gue bisa apa? Perasaan gue menolak beranjak dan mencari tempat tujuan baru, gue masih berdiri ditempat tanpa masa depan apapun, akankah dia kembali atau pergi tanpa pernah bertatap muka aama sekali? "Tapi sesuatu yang dipaksakan gak akan berhasil Mas, Aya__" "Apa karena kamu mencintai laki-laki lain?" Tanya Mas Juna to the point, gue tersenyum kecut dengan pertanyaan Mas Juna barusan. Apa alasan gue terlihat begitu jelas? Apa setiap perempuan yang menolak dijodohkan dengan orang lain karena mereka mempunyai laki-laki lain yang benar-benar mereka inginkan untuk hidup bersama? Kenapa pertanyaan Mas Juna sama Ayah itu sama? "Kenapa Mas bisa nebak kaya gitu?" Tanya gue menggenggam erat kedua tangan gue. "Selama ini kamu masih bertahan sendiri itu pasti ada alasannya, kamu menunggu seseorang, Mas percaya itu." Gue gak bisa membantah ucapan Mas Juna. Walaupun yang gue ucapankan sebelumnya gak sepenuhnya bisa dipercaya sebagai sebuah alasan tapi itu juga sepenuhnya kebohongan, gue memang belum siap karena gue gak bisa memandang Mas Juna sebagai sosok lain. Mengenai gue yang menyukai laki-laki lain, gue juga gak bisa membantah itu walaupun gak bisa gue benarkan sepenuhnya juga, gue memang menyukai laki-laki lain tapi apa laki-laki itu yang menjadi alasan gue bertahan dengan kesendirian gue itu juga belum pasti. Gue gak tahu keberadaannya sekarang dimana, gue juga gak tahu apa dia akan kembali, dan andai kata kembali apakah hubungan kami akan berubah? Akankan ada perbedaan? Belum tentu. Kata menunggu hanya tepat diucapkan untuk sesorang yang sedang menanti tapi posisi gue sekarang gak dalam keadaan diberi harapan dengan menunggu kedatangan seseorang, gue hanya terlalu terpaku dengan masa lalu gue, cinta pertama gue. Cinta pertama yang seakan menjadi boomerang dalam hidup gue, gue tahu itu akan menyakitkan tapi gue masih tetap mengarah ke tempat yang sama, rela tersakiti tanpa ada harapan kalau ada kemungkinan gue akan bahagia nantinya. "Kalau memang Mas berpikir Aya menunggu seseorang, kenapa Mas masih setuju dijodohkan dengan Aya? Mas bahkan melamar Aya? Bukannya Mas tahu kalau Aya gak akan bisa nerima perasaan Mas?" Apa Mas Juna gak keberatan dengan keadaan gue? Mas Juna gak keberatan dengan perasaan gue? Mas juna gak keberatan dengan cinta pertama gue? Cinta pertama yang seakan menjadi bayang-bayang dalam keseharian gue. "Mas ingin membawa kamu keluar dari ruang tunggu kamu Ay! Kamu menunggu terlalu lama." Mas Juna mengusap wajahnya sekilas sebelum kembali menjadikan gue fokus utamanya. "Kalau kamu selesai dengan pemberitahuan kamu, sekarang giliran Mas. Ada saatnya kita terlalu terpaku disuatu tempat sampai kita gak sadar kalau yang kita tunggu itu terlewatkan begitu aja." Gue menatap Mas Juna sendu. Gue mengangguki tapi gue gak bisa membenarkan ucapan Mas Juna, gue mungkin melewatkan sesuatu yang gue tunggu selama ini tapi gue gak keberatan untuk balik ke antrian semula asalkan yang gue tunggu itu jelas dan pasti kedatangannya. Tapi gue memang gak nunggu karena laki-laki yang gue cintai gak pernah berjanji akan kembali, lelaki yang gue sayangi gak pernah tahu kalau ada gue yang masih berdiri ditempat yang sama untuk menanti. "Aya gak nunggu siapapun Mas jadi Aya gak melewatkan apapun, hati Aya hanya belum siap keluar dari titik ternyamannya, Aya masih berdiri menghadap arah yang sama, masih untuk orang yang sama." Mungkin akan lebih mudah gue melepaskan perasaan gue kalau seandainya orang yang gue sukai muncul dihadapan gue sekarang juga, gue bisa memastikan akan adakah kesempatan untuk gue? Andai gue tahu keberadaannya sekarang, gue akan menemui dan memastikan perasaan gue sendiri, benarkan selama ini gue mananti atau gue hanya belum berniat berbalik arah menyambut uluran tangan lelaki lain. "Mas tahu! Aya rasa Mas lebih beruntung karena Mas bisa mengungkapkan perasaan Mas, Mas bisa memastikan apakah perasaan Mas itu terbalaskan atau enggak, Mas jauh lebih beruntung." Lirih gue entah kenapa mulai berkaca-kaca. Hanya dengan memikirkannya bisa membuat gue menyunggingkan senyuman, hanya dengan memirkannya busa membuat gue meneteskan air mata tanpa alasan pasti. "Kamu juga bisa memastikan perasannya dan memberikan Mas jawaban ulang Ay! Mas bersedia menunggu." Tatapan Mas Juna begitu tenang. "Aya gak bisa memastikan apapun karena Aya gak tahu keberadaan orang itu sekarang dimana Mas, Aya gak tahu harus memastikan perasaan Aya ini ke siapa?" Lirih gue tersenyum perih. Gue gak seberuntung Mas Juna yang bisa berdiri bahkan duduk dihadapan orang yang gue cintai, gue bahkan gak punya kesempatan untuk bertatapan langsung apalagi sampai punya waktu untuk memastikan perasaan gue. "Jadi Mas gak perlu nunggu, Aya memberikan jawaban perasaan Aya untuk Mas sekarang juga, Mas bisa mendapatkan yang lebih baik dari Aya." Lagi-lagi gue memaksakan senyuman gue didepan Mas Juna. "Jangan memaksakan senyuman kamu didepan Mas Ay! Jangan menatap Mas dengan tatapan penuh rasa bersalah kamu." Ucap Mas Juna mengulurkan sapu tangannya. "Kalau memang kamu membutuhkan laki-laki itu untuk memastikan perasaan kamu, Mas akan menemukan orangnya." Gue yang awalnya menatap Mas Juna perih sama sekali gak bisa nutupin keterkejutannya gue. "Sama halnya kamu yang gak bisa berbalik arah menerima uluran tangan Mas, Mas juga gak bisa berpaling dan mengulurkan tangan Mas untuk perempuan lain." Ucap Mas Juna tersenyum dengan mata berkaca-kaca. "Ucapan kamu tadi juga benar, Mas lebih beruntung karena Mas bisa memastikan perasaan Mas untuk perempuan yang Mas cintai tapi Mas memilih memperjuangkan bukan malah berbalik arah." "Mas rasa Mas tidak melakukan sesuatu yang salah, kamu belum menjadi milik orang lain jadi Mas tidak merebut milik orang lain, Mas hanya memperjuangkan apa yang Mas rasa memang patut diperjuangakan." "Jadi, jangan minta Mas mencari perempuan lain, kamu yang duduj dihadapan Mas sekarang adalah pilihan terbaik, Mas akan menunggu, Mas akan membantu." "Tapi Mas__" "Akan Mas bawa lelaki yang kamu cintai berdiri tepat dihadapan kamu." Gue meneteskan air mata gue.   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD