bc

HEARTBEAT

book_age18+
411
FOLLOW
2.1K
READ
billionaire
love-triangle
family
badboy
goodgirl
CEO
comedy
campus
city
school
like
intro-logo
Blurb

GRATIS SAMPAI TAMAT!!!

SPIN OFF BROKEN LOVES

Pernah gagal dalam hal percintaan, membuat Sevda Alvendra menutup hatinya untuk lelaki manapun. Namun pertemuannya dengan Serkan Basaglu mengubah pemikiran itu. Sevda menaruh hati pada sosok yang tak pernah menganggapnya penting. Di saat yang sama, Ayaz Navruz hadir di kehidupan Sevda sebagai pria dingin berkepala batu.

Masa perkuliahan akhir, mahasiswa dituntut menyelesaikan tesis sebagai syarat kelulusan. Di saat itu pula, Sevda dan Ayaz terjebak di suatu pulau. Insiden itu mengharuskan keduanya mengesampingkan ego dan hidup dalam kebersamaan. Namun apa jadinya jika perasaan tak pernah disangka hadir dalam benak mereka dan berdetak bagai denyut jantung?

Lantas bagaimana kelanjutan kisah cinta Sevda terhadap Serkan sementara ada Ayaz di tengah-tengah mereka?

HEARTBEAT!

chap-preview
Free preview
1. Dua Sisi Berlawanan
Istanbul, Turkey. DERING ponsel membising, mengusik gendang telinga seorang gadis yang tengah terlelap di balik selimut. Gadis itu mencoba tak acuh, tetapi suara getarannya semakin keterlaluan dan tak mau berhenti. Sehingga membuat tangan sang gadis terulur, meraba-raba nakas dan menemukan benda pipih berteknologi canggih. Dengan mata yang masih terpejam, gadis itu mengangkat teleponnya lalu menempelkan pada daun telinga. "Halo?" sapanya dengan suara malas. "Halo, selamat pagi, Putri rajaku!" Suara seorang pria di seberang sana langsung membuat mata gadis itu membola. "Papa Aydin?" Gadis itu sontak membangunkan tubuhnya. Sedikit terkejut saat menyadari kalau sang ayah yang menelpon. "Sevda, kau sudah bangun, kan?" tanya Aydin. Gadis bernama Sevda itu menguap. Menghembuskan karbon dioksida dari mulutnya, lantas membungkam bibir dengan tangan. "Iya, Papa. Aku baru saja bangun," ujarnya masih mencoba mengumpulkan nyawa sepenuhnya. "Jadi aku mengusik tidurmu, ya? Di Istanbul sudah jam tujuh pagi, kan?" Sevda melirik jam beker yang menunjuk pukul tujuh lebih lima menit. "Uufff… Papa Aydin, kau benar. Sepertinya aku harus segera bersiap." Sevda beranjak dari ranjang. "Baiklah, selamat menempuh pendidikan tahun terakhirmu, ya! Semoga kau sukses. Oh iya, nanti sore kau ada turnamen berkuda, kan? Semoga kau menjadi juaranya!" "Thanks, Papa Aydin. Sampaikan salamku juga untuk Ibu Aisha, ya. Oh iya, sama adik kecilku juga, Trisha. Bye. I love you all!" Sevda mencium ponselnya dua kali sebelum akhirnya sambungan itu terputus. Gadis itu meletakkan benda pipih tersebut di nakas. Bergerak ke arah jendela dan menyingkap tirainya. Lalu membuka kaca jendela, membiarkan udara pagi merasuk ke dalam. "Hufftt…!" Sevda menyedot oksigen pagi ini. Rambutnya beterbangan kala angin esok hari menerpanya. Dua iris hazelnut itu langsung bugar begitu menyaksikan pemandangan kota Istanbul dari lantai tiga kamarnya. Selat Bosphorus tampak indah terbelah oleh jembatan Bogazici Koprusu, dengan kedua sisinya yang menampilkan pesona dua benua berbeda sekaligus—Eropa dan Asia. Kapal-kapal wisata hingga kargo melintas lancar di lautan biru, yang diantarkan langsung oleh sekawanan burung camar di sekelilingnya. Sungguh begitu memanjakan mata. Usai menikmati keindahan pagi sejenak, gadis itu langsung bergerak ke ranjang. Merapikan tempat tidurnya dan bergegas untuk membersihkan diri. "Cucuku, kau sudah bangun?" Alvendra menurunkan surat kabarnya, membuka sedikit kaca matanya guna melihat seorang gadis yang baru menuruni tangga. "Kakek, aku berangkat kuliah dulu, ya!" Sevda yang sudah tampak rapi—dengan ransel kecil yang mengalung di lengan kanannya—berjalan mendekati pria baya yang duduk di sofa dekat perapian. "Kau tidak sarapan dulu?" Pria baya itu kembali berujar. "Tidak, Kakek. Aku makan di kantin universitas saja nanti." Sevda mendekat, mencium pipi keriput kakeknya. "Sampai jumpa nanti ya, Kek. Oh iya, nanti sore jangan lupa menyaksikan pertandingan berkudaku." "Iya, cucuku. Semoga kau berhasil!" seru Alvendra dengan senyum tuanya. "Sudah mau berangkat?" Seorang pria paruh baya tampak menuruni tangga. "Paman Mustafa!" Sevda berseru dan mulai melangkah ke arahnya. "Iya, Paman. Aku sudah mau berangkat ke kampus." "Oke. Selamat menempuh tahun terakhir perkuliahanmu, ya!" Mustafa memeluk keponakannya itu. "Mau aku antar?" "Aku di antar supir saja!" Sevda merenggangkan pelukannya. "Kalau begitu aku berangkat dulu, ya!" Gadis itu lekas melenggang menuju pintu keluar, setelah melambai dan melemparkan senyum penuh kasih pada mereka. Sevda Alvendra. Kini gadis periang itu sudah tumbuh menjadi sosok yang mandiri dan jenius. Tubuhnya langsing berkat pola diet yang ibu angkatnya—Sonya—ajarkan. Kepintarannya diwarisi langsung oleh sosok ayah tiri yang sudah seperti ayah kandungnya—Aydin. Sementara kesopanan, kerendahan hati serta kecantikannya menurun dari ibu kandungnya—Aisha. Gadis itu juga keras kepala, mungkin itu didapatkannya dari ayah kandungnya yang sudah lama meninggal—Elvan. Tiga tahun lalu Sevda memutuskan kuliah di Turki, tepatnya di Istanbul University. Ia tinggal bersama kakek dan pamannya yang sudah lama menetap di Turki, sementara kedua orang tuanya berada di Indonesia. Mobil putih tampak mengkilat kala sinar mentari pagi menerpanya. Mobil itu menyusuri jalanan kota Istanbul yang diapit bangunan gedung serta laut Bosphorus yang luas. Hingga akhirnya sampai di gerbang sebuah perguruan tinggi terbesar di kota Istanbul. Sevda turun dari mobil setelah seorang supir membukakan pintu untuknya. Tak lupa ia mengucapkan terima kasih pada pria supir tersebut, sebelum akhirnya supir itu membawa kembali mobilnya meninggalkan universitas. "Sevda!" Seorang gadis seumurannya datang menghampirinya. "Oyku!" Sevda memeluk gadis itu. "Kau akan menyaksikan turnamen berkudaku nanti sore, kan?" tanyanya sembari merenggangkan pelukannya. "Tentu saja Kau adalah sahabat terbaikku. Aku bisa kau bunuh kalau tidak datang, hahaha." Gadis berambut ikal di ujung itu terbahak dengan candaannya sendiri. "Oh iya, apa kau sudah memberi tahu pria idamanmu untuk datang juga?" Sevda hendak menjawab, tetapi suara dari belakang mengusiknya. "Hi, Girl!" Seorang pria dengan kacamata dan gadis berambut firank datang menghampiri mereka. "Ozan, Cansu!" Sevda tampak gembira menyambut dua pasangan kekasih tersebut. Tampaknya mereka memang sudah saling kenal akrab. "Apa yang kalian bicarakan?" tanya Cansu. "Kami hanya berbicara soal turnamen berkuda nanti sore." "Dan juga pria idaman Sevda!" Oyku menyahut ucapan Sevda dengan wajah berbinar. "Siapa?" tanya Ozan penasaran, sembari melepaskan kacamata hitamnya dan mengaitkannya di kerah kaus. "Honey, kau seperti tidak tahu saja kalau Sevda sekarang tertarik dengan…." Cansu menggantung ucapannya saat suara bak mesin perahu terpadu dengan desau angin memekakkan telinga. Mereka pun turut terkejut, mencari sumber suara yang kedengarannya dari atas sana. Sebuah helikopter tampak merendah, hendak landing di halaman universitas. Tentu itu menjadi sorotan setiap mata yang memandang. Seakan takjub dan bertanya-tanya siapa pemilik benda terbang tersebut dan kenapa mendarat di sini? Suara baling-baling semakin membising kala helikopter itu mulai mencapai permukaan. Sambaran angin juga kian mengencang, membuat rambut serta pakaian orang-orang di sekitar beterbangan. Begitu bagian landing skids-nya menyapa daratan, seorang co pilot berseragam putih turun dan mulai membukakan pintu belakang. Terjawablah sudah rasa penasaran mereka kala melihat sosok pria berkacamata hitam yang mulai muncul dari dalam helikopter. Decak kagum orang sekitar pun kian bergemuruh mengalahkan desingan baling-baling. "Itu dia! Dialah sosok yang menjadi pria idaman Sevda!" Cansu berseru dengan kedua mata yang terpaku pada seorang pria tampan, yang berjalan menjauhi kendaraan terbangnya. "Lihatlah, Sevda! Bukan pangeran berkuda putih yang kau tunggu, tetapi pangeran dengan helikopter putih! Wow!" Oyku memeluk lengan Sevda dengan wajah yang masih takjub ke arah sang pria. "Serkan?" Ozan berkata dengan mengerling. "Jadi, Serkan pria idamanmu, Sevda?" "Exactly!" Oyku yang menjawab cepat. Dengan pandangan yang terus memperhatikan pergerakan pria di sana, ia memulai mendeskripsikan sosok pemuda tersebut. "Serkan Basaglu. Putra dari pengusaha kaya raya, Sinan Basaglu. Ibunya bernama Dilara Basaglu. Lihatlah penampilannya. Tampan, gagah, berani, pandai, dan yang paling menarik yaitu hatinya sangat ramah. Cara dia tersenyum pada orang lain, lihatlah, Sevda!" Oyku meluruskan pandangan Sevda yang juga takjub dengan sosok pemuda itu. "Gadis mana yang tidak akan jatuh cinta dengannya?" "Sevda memang pandai dalam memilih pujaan hati. Serkan itu memang sangat memesona!" Cansu menyahut, dan itu membuat pria di sampingnya menjadi cemberut. "Jadi menurutmu aku tidak memesona?" protes Ozan dengan nada becanda. "Ayolah, Sayang. Kau juga mempesona, buktinya aku mau jadi pacarmu. Haha!" seru Cansu sembari memeluk Ozan dari samping. "Yah, Serkan memang selalu menjadi incaran para gadis. Aku ini teman dekatnya juga, makanya aku tahu banyak tentangnya," sahut Ozan. "Lalu, yang itu siapa?" Sevda bertanya saat seorang pria juga keluar dari helikopter setelah Serkan. "Ayaz Navruz! Sepupunya Serkan!" jawab Ozan sembari memperhatikan pria tersebut. Cansu menyelidik. Memperhatikan pria tersebut dan mulai ikut mendeskripsikannya. "Tapi sikapnya itu sangat bertolak belakang dengan Serkan. Dia itu pria dingin berkepala batu. Jarang senyum, apalagi menyapa orang. Berbicara saja hanya dengan orang tertentu. Kalau kau menyapanya, jangan harap dia bakal menyapa balik. Sombong dan dan tidak pernah mau bergaul. Itulah dia!" "Tapi wajahnya tampan." Oyku menyahut dengan suara hanyut. "Lihatlah, tubuhnya juga seksi. Dia pasti rajin olahraga. Kalau saja dia sedikit memperhatikan penampilan, pasti dia akan menjadi jauh lebih bersinar daripada Serkan. Iya, kan, Sevda?" "Kalau begitu pacari saja dia!" timpal Sevda sekenanya. "Aku tidak suka pria yang seperti itu. Dingin dan sombong. Sungguh bertolak belakang denganku." "Yah, kau benar. Kau memang cocoknya bersama Serkan. Sama-sama pintar dan ramah," puji Oyku membuat Sevda tersenyum jengah.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.8K
bc

My Secret Little Wife

read
98.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook