7

2184 Words
“Kau cocok berada di sini. Mengapa tidak beralih profesi saja? Tampaknya, menjadi pelayan adalah jalan hidupmu.” Dylan terbahak mendengar pertanyaan bernada sinis dan mengejek dari mulut Daniella itu. Dylan tahu jika wanita itu pasti kesal karena harus menunggunya terlalu lama ketika ia sibuk membantu Sofia untuk melayani para pelanggan. Biasanya, ia memang kadang membantu Sofia, tetapi hal itu bisa dihitung dengan jari. Sofia jarang mengijinkannya membantu kecuali di saat-saat yang sangat ramai seperti ini. Wanita itu masih merasa sungkan padanya. Karena ia adalah pelanggannya seperti yang tadi dikatakannya pada Jade. Sebenarnya, Dylan merasa sedih mendengar Sofia mengatakan itu. Ia sudah menganggap Sofia seperti neneknya sendiri dan benar-benar berpikir jika Sofia adalah keluarganya sendiri. Sayang sekali, Sofia tidak menganggapnya seperti cucunya juga. Dylan tidak ingin Sofia merasa sungkan padanya. “Maafkan aku. Seharusnya aku mengajakmu makan di tempat lain.” Daniella mengangkat bahu dan meminum kopinya. “Kau dimaafkan karena kafe ini memiliki kopi yang luar biasa.” Bibir Dylan membentuk senyuman lebar. “Makanlah ini dan kau akan jatuh cinta pada tempat ini.” Daniella memutar bola mata gelapnya, mengambil satu buah muffin, menggigitnya, dan kemudian mengerang seraya memejamkan mata. Dylan mengangkat alis saat wanita itu membuka mata dan berkata ‘apa kubilang’ dengan sombong. “Sialan, Dylan! Aku rasa aku harus mulai mencari rumah sakit di sini yang mau mempekerjakan aku hanya demi bisa memakan muffin seenak ini setiap hari.” Daniella menghabiskan muffin pertamanya dengan cepat dan mengambil yang kedua. “Dan meskipun tidak ada, aku akan pindah kemari!” Selama ini, Dylan jarang bersama wanita yang menyukai makanan seperti Daniella. Para wanita-wanita itu akan memilih salad sayuran hijau atau keju untuk makan malam, dan bahkan tidak menghabiskannya. Ia benci menyia-nyiakan makanan, dan lebih membenci lagi wanita yang melakukannya. Sayangnya, semua wanita yang ia kencani seperti itu. Atau, memang para wanita sengaja melakukannya untuk menjaga sikapnya di depan pria? Mereka makan sayur karena itu aman. Tidak menimbulkan bau atau mengotori gigi. Yah, kecuali jika kau memakan bawang bombai. Berbeda dengan Daniella. Wanita itu sudah istimewa sejak mereka pertama kali bertemu di cakery. Dylan masih ingat bagaimana awal perkenalannya dengan Daniella. Saat itu, Dylan sedang ada urusan bisnis di Marseille dan merasa kelaparan. Sejak dulu, Dylan selalu lebih menyukai makanan manis, jadi ia berjalan kaki mencari cakery di tempat itu. Ia baru saja akan memasuki tempat itu ketika pintu yang ada di hadapannya tiba-tiba terbuka dan seorang wanita mungil dengan tangan penuh barang bawaan menabraknya. Kopi panas membasahi bagian depan kemejanya, sementara donat dan tiramisu mengotori celana panjangnya. Oh, yeah, ngomong-ngomong, celana dan kemeja itu dari Armani. Wanita itu memekik, tetapi bukan karena tidak sengaja menabrak Dylan. Ia memekik melihat kopi dan kue-kuenya jatuh berserakan di lantai yang kotor. Ia berlutut dan meratapi kue-kue itu tanpa memedulikan Dylan sedikit pun. Tentu saja Dylan kesal dan ingin memaki wanita itu. Namun, ia menyadari jas dokter yang dipakai wanita itu dan menoleh menatap bangunan rumah sakit yang berada tepat di depan cakery. Ah, wanita yang malang. Pasti ia sedang memanfaatkan waktu istirahatnya yang singkat setelah entah berapa lama ia bekerja. Dan sebagai orang yang juga selalu sibuk bekerja, Dylan tahu jika waktu istirahat adalah sesuatu yang sangat berharga. Jadi, ia ikut berlutut di hadapan dokter muda yang tidak mengangkat wajahnya sama sekali dari makanan itu dan berkata, “aku akan membelikanmu lagi makanan itu. Cepat pesan dan segera kembali ke rumah sakit. Waktu istirahatmu tidak banyak kan?” Barulah, wanita itu mendongak menatap Dylan. Hati Dylan berdesir saat melihat wajah polos itu. Matanya bulat seperti milik Nayla. Bibirnya berkerut antara kesal dan sedih, sementara wajah cantiknya tidak tertutup riasan apapun. Kemiripan dengan Nayla, membuat Dylan merasa harus bisa mendapatkan wanita itu di ranjangnya. Wanita yang kemudian ia tahu bernama Daniella. Dylan memperpanjang masa tinggalnya di Marseille hanya demi mendekati Daniella dan mendapatkan wanita itu di ranjangnya. Dan, seperti yang pernah ia katakan sebelumnya, Dylan sempat berharap hubungan itu akan berlanjut. Ia berharap jika Daniella akan mengakhiri masa pelariannya dan menjadi rumah untuk Dylan menetap. Sayangnya, hal tersebut tidak terjadi. Namun, satu hal yang tidak Dylan sesali setelah itu adalah, ia menemukan seorang sahabat. Yah, walaupun ia sempat tidak mengenali suara wanita itu tadi. “Jadi, apa yang membuatmu sampai mengganti nomor ponselmu? Aku rasa pria ini pasti sangat b******k. Apa aku perlu mencari dan menyuruh orang untuk memukulinya?” Pertanyaan itu membuat Daniella mendesah. Ia meletakkan muffin ketiga yang baru saja digigitnya, kemudian meminum kopinya. Baru setelah itu kembali menatap Dylan. “Tidak perlu. Bukan dirinya yang salah, tetapi aku.” “Apa yang terjadi sebenarnya?” Daniella memandangnya sendu. “Aku jatuh cinta. Dan sayangnya, pria itu tidak merasakan hal yang sama denganku. Dia membenciku.” “Kenapa?” “Karena aku berbohong padanya. Aku tidak mengatakan apapun tentang Sidney padanya padahal kami berhubungan cukup lama.” Oh, jika ada satu hal yang Dylan lupakan untuk diceritakan, itu adalah tentang Sidney, putri kecil Daniella. Sidney baru berusia enam tahun dan selama ini lebih sering diasuh oleh ibu Daniella ketika ia sibuk bekerja. Dylan pernah beberapa kali bertemu Sidney. Sejak awal, Daniella berkata jujur kepadanya bahwa ia memiliki seorang anak dan Dylan tidak pernah membenci Daniella karena hal tersebut. Dirinya juga bukan orang bersih, jadi berhubungan dengan wanita yang memiliki anak bukanlah hal yang tidak bisa ia terima. Terlebih, Daniella tidak memiliki suami atau kekasih. “Kenapa dia marah padamu? Maksudku, Sidney sama sekali tidak ada urusan dengan hubungan kalian kan? Ia juga tidak pernah menganggu hubungan kita dulu. Anakmu sangat manis.” Daniella tersenyum hambar. “Kecuali fakta bahwa pria itu adalah ayah kandungnya.” Sial! Dylan sudah bisa menebak ke arah mana cerita itu. Pria itu pasti tidak tahu sama sekali mengenai fakta bahwa ia memiliki seorang putri, dan ketika Daniella mengatakannya, pria tersebut marah karena Daniella telah membohonginya. “Aku berpacaran dengannya saat kami masih kuliah di Jerman, kemudian putus begitu saja saat sama-sama sibuk dengan ujian akhir dan sebagainya. Aku tidak tahu jika ketika kami putus, aku sedang mengandung.” “Kenapa kau tidak menghubunginya saat itu?” Itu pasti tidak mudah bagi Daniella. Terutama ketika ia sedang menempuh pendidikannya. Dylan tahu bagaimana Daniella begitu mencintai pekerjaannya. Daniella menggeleng. “Dia sedang berusaha dalam pendidikannya dan aku tahu bagaimana ia sangat ingin menjadi dokter. Mengatakan diriku hamil hanya akan menghambat jalannya. Jadi, aku pulang ke Marseille dan mengatakan apa yang terjadi pada orang tuaku. Beruntung, Mom dan Dad tidak menyalahkanku. Mereka bahkan mau menjaga Sidney saat aku sibuk dengan profesi baruku.” Sebelumnya, Daniella tidak pernah menceritakan tentang hal ini kepada Dyla. Dirinya juga tidak bertanya lebih jauh karena Dylan menyadari batas dalam hubungan mereka. Hubungan mereka dekat, tetapi juga berjarak, dan saat itu, Dylan menganggapnya hal yang bagus. Sekarang, setelah Daniella menceritakan itu, semuanya menjadi berbeda. Dylan ingin tahu lebih banyak dan berharap ia akan bisa menolong wanita yang pernah menjadi bagian dari hidupnya ini. Meskipun jelas, Daniella pasti akan berkata jika ia tidak membutuhkan bantuan Dylan. “Bagaimana dia bisa tahu? Kau mengajaknya bertemu Sidney?” Dylan mengangkat tangan sebelum Daniella menjawab. “Tunggu, bagaimana kau bisa bertemu lagi dengannya dan menjalin hubungan dengannya? Kau tidak mungkin lupa jika dia adalah mantan pacarmu kan?” Daniella terkekeh pelan. “Masih seperti Dylan yang kukenal. Kau sangat ingin tahu secara mendetail tentang semuanya. Yang mengingatkanku…” Mata Daniella melirik ke arah dapur. “…bahwa ada sesuatu yang menarik di dapur tadi. Sesuatu yang tidak kau ceritakan padaku.” Kepala Dylan langsung menoleh ke dapur. Para tamu tidak bisa melihat apa yang terjadi di dapur dari balik kaca gelap itu, tetapi semua orang yang ada di dapur bisa melihat apa yang ada di sini. “Kau berkata jika bisa menemukanmu di dapur, jadi, aku langsung ke sana saat sampai di sini. Dan aku melihatmu tidak bisa mengalihkan pandangan dari gadis pirang yang cantik itu.” “Aku memperhatikannya karena dia membuatku kesal.” Sekarang, mata Dylan menatap sisa kue muffin yang ada di atas meja. Mulai sekarang, ia tidak akan bisa menatap muffin lemon tanpa teringat pada pertengkaran mereka. Juga, pada aroma tubuh gadis itu yang sangat harum seperti kue yang baru saja dikeluarkan dari oven. “Atau karena dia membuatmu sangat tertarik. Gadis pirang? Itu pasti menyegarkan setelah semua gadis berambut gelap dan bertubuh kecil sepertiku.” “Daniella,” katanya sambil kembali menatap wanita itu, “tadi, kita sedang membahas dirimu. Bukan aku. Jadi, bukankah sebaiknya kita kembali ke topik tersebut?” “Aku lebih senang mendengar ceritamu. Sudah berapa banyak wanita yang kau kencani setelah denganku?” Dylan mendesah, tahu jika ia tidak akan menang melawan wanita ini. Daniella adalah definisi dari keras kepala yang sesungguhnya. Sama seperti Nayla. Meskipun begitu, Dylan juga tahu jika ia tidak akan bisa menjauh dari gadis-gadis seperti itu. Seperti juga Jade. Wanita yang keras kepala, selalu mengajaknya berdebat, dan suka makan, adalah kelemahan terbesar Dylan. Nayla, Daniella, dan sekarang Jade. Wanita-wanita seperti itu membuat hidupnya yang kesepian menjadi lebih berwarna dan menyenangkan. Sialnya, kenapa Jade harus berambut pirang dan bertubuh seksi yang tinggi? Jika penampilan Jade sama seperti wanita-wanita yang selalu ia kencani, Dylan pasti tidak akan berpikir dua kali untuk merayunya. Terlepas dari hubungannya dengan Sofia. Yah, mungkin Sofia akan marah padanya jika tahu ia merayu cucunya, tetapi, Dylan yakin itu akan sepadan dengan kenikmatan yang ia rasakan dengan Jade. “Kau memikirkannya,” tebak Daniella sambil kembali meraih muffin-nya. “Dia memang sangat cantik. Terutama dengan mata birunya itu.” Dylan setuju. Itu adalah mata paling biru yang pernah Dylan lihat. Mengingatkannya pada Samudra Pasifik yang tenang, tetapi juga menyimpan kesenangan yang sengaja ia sembunyikan. Mata itu indah. Dylan pasti akan betah berlama-lama menatapnya jika saja Jade bisa diam selama satu menit atau lebih dan membiarkan Dylan memandangi matanya. Lupakan dia! Dia terlarang untukmu! Dylan memang tidak boleh merayu atau memiliki pikiran tentang melakukan seks bersama Jade karena wanita itu jelas-jelas tidak sesuai tipenya. Wanita pirang dan berdada besar terlarang untuknya karena itu akan membuatnya melupakan Nayla. Dan Dylan tidak ingin itu terjadi. “Aku tidak tahu apa yang membuatmu hanya berhubungan dengan wanita berambut gelap dan bertubuh mungil, tetapi aku tahu itu pasti berhubungan dengan masa lalu yang buruk,” ucap Daniella sambil menggenggam tangan Dylan dari seberang meja. “Tetapi,” lanjutnya kemudian, “kau harus meraih kebahagiaanmu sendiri, Dylan. Apapun yang terjadi pada masa lalumu, kau tidak berhak menjalani hidup dalam bayang-bayang wanita itu selamanya.” “Dan hal itu dikatakan oleh wanita yang tidak bisa lepas dari mantan pacarnya. Bagus sekali.” Daniella terkekeh tanpa merasa tersinggung dengan apa yang Dylan katakan. Ia melepaskan tangan Dylan, lalu kembali meraih cangkir kopinya. “Setidaknya, salah satu dari kita harus bisa meraih kebahagiaan kita sendiri kan?” “Mungkin saja orang itu kau,” balas Dylan tidak mau kalah. “Ada Sidney yang mengikat kalian.” Daniella menggeleng. “Dia kabur kembali ke Jerman setelah tahu kenyataan itu. Apa menurutmu kami masih bisa kembali? Hanya pria pengecut yang kabur ketika tahu ia memiliki seorang putri. Lagipula, aku juga tidak butuh dirinya. Aku bisa menghidupi putriku sendiri.” Meskipun mengatakannya dengan enteng, Dylan tahu jika Daniella menyimpan luka hatinya sendiri rapat-rapat. “Aku menyesal telah jatuh cinta lagi kepadanya dan tahu jika seharusnya saat itu aku langsung pergi darinya sebelum semua memburuk. Tetapi, sial, aku tidak bisa berkutik saat ia mulai menciumku lagi.” Alis Dylan terangkat. “Hanya karena sebuah ciuman dan kau luluh lagi di kakinya?” “Di pahanya jauh lebih tepat.” Dylan tertawa. “Tetapi itu konyol, Daniella. Itu hanya sebuah ciuman! Seharusnya kau jauh lebih kuat daripada itu.” Sekarang, giliran Daniella yang mengangkat alisnya. “Kau meremehkan kekuatan sebuah ciuman, Galahault?” Lalu, ia melirik lagi ke arah dapur. “Cium dia dan rasakan efeknya pada dirimu.” “Kau konyol! Aku tidak akan melakukannya.” Dylan merasa kegerahan. Ia sudah membayangkan tadi bagaimana melesakkan tubuh sintal Jade ke dinding dan menciumnya, jadi ia juga tahu bahwa apa yang ia katakan pada Daniella tadi memang sia-sia. Sebuah ciuman memang selalu merubah segalanya. Oke, dalam beberapa kasus, itu mungkin akan menuju pada gairah. Namun, dengan orang yang tepat, hal tersebut bisa bermuara ke arah lain seperti yang terjadi pada Daniella. Yang menjadi pertanyaan, apa Jade adalah orang yang tepat bagi Dylan? Ia tahu bagaimana gadis itu mengusiknya. Atau, lebih tepatnya, mengusik gairahnya meskipun Jade sama sekali bukan tipenya. Dan itu aneh, sebelum ini, Dylan tidak pernah terusik pada wanita-wanita seperti Jade. “Kau memikirkannya lagi.” Dylan menatap Daniella dan merengut. “Jika kau hanya bicara omong kosong, apa tidak lebih baik kau pergi saja?” “Aku memang akan pergi.” Wanita itu melirik jam tangannya. “Seminarku akan dimulai sebentar lagi. Apa kau senggang sore ini?” “Jika kau mengajakku berkencan, aku selalu ada waktu untukmu.” Daniella memutar bola mata. “Aku butuh kau untuk menemaniku mencari apartemen.” “Apartemen? Maksudmu, kau akan tinggal di sini?” Wanita itu mengangguk. “Aku serius tentang pindah kemari sepertu yang tadi kukatakan. Ada rumah sakit di sini menawariku bekerja. Lagipula, jika ingin lepas dari masa lalu, kita harus mencoba suasana baru. Dan hal itu, berlaku juga untukmu.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD