bc

The Beauty Inside (Sequel My Sugar)

book_age12+
884
FOLLOW
7.5K
READ
self-improved
confident
student
drama
sweet
bold
highschool
enimies to lovers
friendship
weak to strong
like
intro-logo
Blurb

*Louis Family 3*

Laura adalah gadis cantik yang menutupi kecantikannya dibalik penampilannya yang culun. Ia tidak suka menjadi pusat perhatian orang banyak karena kecantikannya tersebut. Hal ini dikarenakan trauma yang ia dapatkan di sekolah lamanya. Baginya, kecantikan hanya akan mendatangkan kemunafikan dan malapetaka. Maka dari itu ia memilih untuk menyembunyikan identitasnya yang mana ia adalah anak dari pemilik sekolah yang ia tempati saat ini.

Walaupun dia memiliki paras yang cantik, namun itu tidak menjamin kisah percintaannya berjalan mulus. Ia mencintai kakak tirinya, namun Austin, sang kakak hanya menganggap dirinya sebagai adiknya semata. Bisa dikatakan cintanya bertepuk sebelah tangan. Sampai akhirnya ia bertemu dengan Carlos, seorang pria asing yang mengetahui identitas Laura.

Carlos berjanji akan menjaga rahasia tersebut jika gadis itu mau menuruti apapun yang pria itu inginkan dan demi terjaganya rahasianya, gadis itu pun setuju. Akankah identitas Laura akan terus terjaga hingga ia lulus nanti?

"Kak, aku menyukaimu," -Laurania Elora Louis-

"Bagaimana aku tidak menyukai dirimu? Bukankah kamu itu adikku?" -Austin Demian Louis-

"Ingatlah, aku yang memegang rahasiamu di sekolah ini, turuti aku atau aku akan menyebarkannya," -Carlos Johannes Burg-

chap-preview
Free preview
001 Rencana Masuk Sekolah (1)
Author’s POV Tidak ada topik apapun yang sedang dibahas, semuanya sibuk dengan makanan mereka masing-masing. Berbeda dengan Laura yang tampak melirik sang ayah dan ibu yang tidak menyadari jika gadis itu tengah bersiap untuk membuka topik yang pastinya membuat geger keluarganya. Sembari mengunyah, gadis itu mempersiapkan dirinya, merangkai kata-kata yang benar untuk ia nantikan katakan kepada keluarganya. Setelah ia menilai dirinya siap, gadis itu membuka mulutnya, “Pa, ma… Laura mau ngomong sesuatu,” Baik Peter maupun Sandra, keduanya mengalihkan pandangan mereka kepada anak gadis mereka yang sedang mencengkram kuat sendok yang ia pegang. Bukan hanya Peter dan Sandra, Austin dan Aldrich juga melakukan hal yang sama, “Laura diterima masuk ke sekolah papa,” ujar gadis itu, membuat Peter membulatkan matanya dengan sempurna. “Laura masuk melalui jalur prestasi,” ujarnya lagi, “Kamu mendaftar di sekolah papa melalui jalur beasiswa?!” ujar Peter yang sangat kaget ketika putrinya, Laura mengatakan hal yang sama sekali tidak dia sangka. Selama ini Laura sedikit tertutup dengan apa yang menjadi kehidupannya terhadap kedua orang tuanya. Tapi kali ini ia mengatakan hal yang mengejutkan ini di hadapan keluarganya disaat mereka tengah dinner, “Kamu tinggal bilang ke papa kalau kamu mau-“ “Gak mau. Aku ingin masuk dengan usahaku sendiri, pa...” ujar Laura, memotong perkataan Peter dengan cepat. Ia sudah tahu apa yang akan dikatakan oleh Peter, maka dari itulah dia memotongnya. Peter terdiam sesaat, mencerna perkataan dan keinginan Laura untuk sesaat, “Bukankah hasilnya akan sama saja? Semua orang akan mengetahui kalau kamu adalah anak pemilik sekolah. Mau kamu jalur beasiswa atau tidak, tidak akan ada bedanya, Laura...” ujar Austin, seakan ingin melanjutkan perkataan Peter, ayahnya. Dengan tegas, gadis itu berkata,“Aku tidak ingin orang tahu kalau aku adalah anak papa,” tuturnya dengan yakin, “Maksud kakak?” ujar Aldrich, si bungsu yang masih bingung dengan perkataan kakaknya,  “Aku akan mengubah penampilanku dan menjalani hidupku seperti anak beasiswa yang cupu. Aku tidak ingin menjadi sorotan nantinya kalau mereka tahu bahwa aku adalah anaknya papa,” ujarnya sebelum ia mengalihkan pandangannya kepada sang ayah, Peter, “Jadi aku ingin bantuan papa untuk merahasiakan identitasku,” lanjut Laura yang membuat Peter berpikir keras. Tidak hanya Peter, tampaknya Sandra selaku ibu dari Laura juga merasa keberatan dengan usul anak gadis itu tersebut. “Laura... kamu yakin dengan semua ini? Maksud mama... apa kamu tidak merasa berlebihan? Bagaimana kalau kamu di bully karena penampilanmu?” tanya Sandra dengan khawatir. Pembullyan memang bukanlah hal yang tabu dan sudah menjadi hal yang terbiasa terjadi di dunia pendidikan. Dan sebenarnya itu juga tidak asing dari kehidupan Laura. Gadis itu menjadi sasaran bullying ketika ia baru saja menginjak pendidikannya di bangku SMA. Gadis berparas cantik itu menjadi target kebencian sekolah lamanya karena kecantikannya yang membuat lelaki lainnya malah menyukainya. Dia selalu disalahkan atas bertepuknya cinta sebelah tangan teman-teman sekolahnya dahulu. Ia bahkan tidak memiliki teman karena banyak yang takut jika berteman dengan Laura, mereka akan menjadi target kebencian yang selanjutnya. Bullying gadis itu tidak hanya secara verbal, namun juga secara fisik. Gadis itu dikunci di toilet dan jika saja seorang security tidak berkeliling, dipastikan gadis itu tidak akan keluar dari toilet tersebut. Hal itu sangat membekas di dalam benaknya, ia bahkan sampai menderita Claustrophobia, sebuah phobia terhadap ruangan tertutup. Namun karena insiden tersebut juga, orang tua gadis itu akhirnya mengetahui apa yang anaknya alami. Laura bukannya tidak berani memberitahu orang tuanya dan orang tuanya bukannya tidak mampu untuk menghukum para pembully tersebut. Dirinya hanya tidak ingin membuat orang tuanya mengkhawatirkan dirinya. Gadis itu mengalami trauma yang hebat sehingga ia sempat rawat inap di rumah sakit karena trauma dan phobia yang ia miliki. Seiring berjalannya waktu, gadis itu memang semakin membaik. Hanya saja hal itu lah yang melandaskan gadis itu membenci kecantikannya. Ia tidak pernah ingin menjadi pusat perhatian orang banyak dan ia juga tidak pernah berniat membuat siapapun jatuh hati kepadanya. Semua itu bukanlah salahnya… Laura menunduk dan berpikir. Perkataan Sandra benar adanya, ia mungkin akan menghadapi bully karena penampilannya. Namun yang ia tahu pasti, ia tidak ingin menjadi sorotan dan ingin menggunakan usahanya sendiri untuk berjuang tanpa embel-embel anak pemilik sekolah. Selain itu, ia memang sangat benci menjadi pusat perhatian. “Laura?” panggil Austin, kakak lelakinya yang membuatnya menegakkan kembali kepalanya, “Aku tidak masalah dengan itu, ma. Aku pasti akan menjaga diriku. Mama tidak usah khawatir.. aku akan minta papa atau kak Austin untuk ajarin aku bela diri dasar supaya aku bisa menjaga diri,” ujar Laura dengan senyuman manisnya. Sandra menghela nafas, ia menatap kepada suaminya, berharap jika Peter juga mengomentari keputusan Sandra, “Baik... kalau kamu ingin seperti itu,” ujarnya setelah ia berpikir dengan keras. “Peter...” panggil Sandra, seakan ingin suaminya untuk berpikir kembali. Pria itu menatap sang istri guna menenangkan Sandra yang sudah berpikiran yang tidak-tidak. Setelah itu, ia kembali menatap kembali Laura dan mengutarakan apa yang hendak ia beritahu kepada sang anak, “Identitasmu akan di jaga, yang akan mengetahuinya adalah kepala sekolahmu nantinya. Jika ada terjadi bully atau kejadian yang tidak mengenakkan, kamu bisa beritahu dia. Dan mengenai penampilan kamu... papa tidak terlalu keberatan,” Laura tersenyum dengan sumringah,”Terima kasih pa!” ujarnya dengan semangat. “Tapi bagaimana jika nanti temenmu ingin belajar di rumahmu kak? Masa iya mereka kesini?” celetuk Aldrich yang benar adanya. Laura bahkan terdiam memikirkannya. Peter melihat sekilas sang putri yang tampak kebingungan untuk menjawab perkataan anak lelakinya, Sandra berpikir cukup lama sebelum dia mendapatkan sebuah ide, “Masalah itu, aku ingin papa memberikanku rumah kecil di dekat sekolah. Aku akan tinggal disana,” ujarnya yang dengan cepat Austin dengan terang-terangan menolak hal tersebut, “Laura... kakak gak setuju dengan itu,” ujar Austin yang membuat gadis itu sedikit tidak senang mendengarnya. “Memangnya kenapa kak?” tanyanya dengan lugu. Austin mengalihkan pandangannya ke depannya, di tempat dimana gadis itu sedang duduk berseberangan dengan dirinya, “Apa tidak apa kamu sendirian disana? Lebih baik kamu disini saja...” ujarnya sembari menyuapkan sesuap nasi ke dalam mulutnya. Ketika ia mengunyah, ia tersedak ketika Peter mengatakan sesuatu yang menentang dari keinginannya, “Papa akan sediakan rumah disana... tapi setiap sabtu dan minggu, kamu tidur di rumah ini,” ujarnya, membuat pria itu tersedak. Dengan segera ia meminum air tersebut dan menatap sang ayah dengan tidak percaya, Laura terlihat sangat senang ketika Peter, ayahnya ternyata sangat mendukung dirinya. Ia bahkan tidak bisa menyembunyikan kesenangannya ketika ia mendengar perkataan ayahnya tersebut, “Tapi Laura... papa ingin tegaskan kepada kamu beberapa hal...” ujar Peter, membuat gadis itu langsung sigap di tempatnya,  “Apa itu pa?” tanyanya dengan penasaran. Dilihat dari Peter sendiri, pria itu tampak sangat serius sekali kepada dirinya, “Kamu harus menerima konsekuensi jika suatu saat nanti identitasmu terbongkar,” ujarnya, membuat gadis itu menelan ludah. Memang hal tersebut adalah hal tidak bisa terelakkan jika identitasnya terbongkar. Ia harus mempersiapkan mentalnya untuk hari itu terjadi. Kali ini ia tidak boleh gagal untuk menutupi identitasnya. “Papa mau kamu menghadapi konsekuensi ini, papa tidak ingin kamu melarikan diri atau menyesali semua yang kamu telah kamu lakukan,” ujar Peter dengan serius. Sandra hanya bisa menatap suaminya, seakan memohon untuk menarik perkataannya kembali, namun nasi sudah menjadi bubur karena Laura sudah mengangguk dan menerimanya.  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tuan Bara (Hasrat Terpendam Sang Majikan)

read
114.4K
bc

Enemy From The Heaven (Indonesia)

read
60.7K
bc

UN Perfect Wedding [Indonesia]

read
75.9K
bc

The crazy handsome

read
465.4K
bc

Hurt

read
1.1M
bc

His Secret : LTP S3

read
651.3K
bc

My Hot Boss (Indonesia)

read
661.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook