* dengan cepat tanpa aba-aba ibu Aditya langsung berlutut bahkan hampir bersujud jika tidak ditahan Nafisah.
Wanita yang baru saja kehilangan suaminya itu mendunduk malu tidak berani menatap wajah Nafisah sama sekali.
" berdamai. Biarlah masalah ini hanya menjadi kapasitas dirinya dengan Aditya, jangan ada campur tangan orang lain meskipun keluarga sendiri."Kamu serius, Nafisah?"
Nafisah kembali mengangguk. ia menatap suaminya dengan sendu, lelaki itu yang telah ia bela mati-matian dan ia jaga namanya, nyatanya menjadi sosok yang paling memberikan luka di hatinya. Entah bagaimana ia harus bersikap nanti, yang jelas saat ini ia hanya tidak ingin membuat nama suaminya jelek dan ibu mertuanya yang menangis meminta maaf secara terus menerus.
Setelah sidang keluarga itu selesai, Nafisah memilih masuk ke dalam kamar dengan air mata yang sudah menetes dengan deras tanpa ada seorang pun yang tau. Ia masuk ke dalam kamar mandi dan terduduk dengan lemas di lantai yang dingin itu.
"Ya allah. Betapa sakit hati aku sat ini, entah bagaimana lagi caranya agar sembuh dan tidak terluka. Ajarkan aku untuk lebih ikhlas dan sabar ya Allah."Nafisah menangis senggugukan tanpa ada orang yang tau. hingga tak lama pintu kamar mandi terbuka memperlihatkan Aditya yang melihatnya dengan mata yang memerah menahan tangis.
Langsung saja pria itu merengkuh tubuh ringkih Nafisah ke dalam pelukan hangatnya, membuat tangis Nafisah semakin menguat dan terdengar sangat menyakitkan bagi Aditya. Ia yang telah membuat wanita sekuat dan setegar Nafisah menangis dan menjadi lemah.Tadinya ia hendak beristirahat di kamarsetelah mengantarkan Andini pulang dan tidak mengetahui jika istrinya beraa di dalam kamar juga. Hingga ketika dirinya hendak masuk di kejutkan dengan suara isak tangis pilu yang membuat badannya bergetar danhatinya terasa sakit. Ia mendengar rintihan dan doa dari Nafisah yang meminta keikhlasan serta kesabaran dalam dirinya bisa ditambah untuk menghadapi rasa sakit yang sejatinya berasal dari suaminya sendiri.
"Maaf, Maaf. Jangan nangis lagi, Nafisah. Hati gue sakit," ujar Aditya sembari engecup kening wanita itu berulang kali.
"Gimana caranya Nafisah gak nangis, Mas? Coba kasih tau Nafisah, Nafisah pun pengen gak nangis lagi, Nafisah pengen juga ikhlas dan nerima semuanya dengan lapang d**a, tapi tetep aja gak bisa. Nafisah hanya wanita biasa yang juga punya perasaan, sebelumnya Mas ngelakuin ini hanya di depan Nafisah, tapi tadi mas ngelakuin itu di depan keluarga besar,Nafis sakit, Mas. Nafisah sakit."Aditya meneteskan air matanya karena merasa amat sangat sakit mendengar ucapan dari istrinya, ia telah melukai seorang wanita yang tidak pernah melakukan kejahatan kepad."