Bab 2

3253 Words
Amara melangkah keluar dari lift menuju basement tempat di mana ia memarkirkan mobilnya. Di sana sudah ada seorang pria yang sangat dikenalannya berdiri menunggu di dekat mobilnya, Rishyad Kelly. Pria yang mati-matian dihindarinya seharian ini karena perasaannya yang mulai tidak menentu. “Sayang kamu sibuk banget ya?” tanya Rishyad saat melihat Amara berjalan ke arahnya. “Lumayan, jangan panggil seperti itu. Kita di tempat umum,” protes Amara yang sudah mengikis jarak di antara keduanya. “Maaf, jadi bisa kita bicara serius tapi tidak di tempat ini,” ucap Rishyad yang berusaha meraih tangan Amara namun langsung ditepis gadis itu. “Ya sudah kita bicara di apartemen, tidak perlu menjemput seperti ini,” ucap Amara yang membuka pintu kemudi mobilnya. Gadis itu telah berada di dalam mobilnya dan membiarkan Rishyad masih mematung menatapnya bingung. Karena Amara tidak pernah memperlakukannya seperti ini. Rishyad segera berjalan menuju mobilnya dan menyusul Amara yang telah berlalu meninggalkan basement gedung perkantoran milik kakak iparnya. Kedua orang itu tidak sadar jika ada orang lain yang sedari tadi memperhatikan interaksi mereka. Walaupun orang itu tidak bisa mendengar apa yang kedua orang berbeda jenis itu bicarakan. Tapi dari bahasa tubuh sang pria sudah dipastikan ada hubungan spesial yang terjalin di antara keduanya. Huda sudah mengepalkan kedua tangan tepat di sisi tubuhnya, buku jarinya memutih karena ia mengepalkan tangannya sangat keras. Gadis yang menarik perhatiannya tadi siang terlihat memiliki hubungan spesial dengan omnya. Seketika itu juga rasa tertarik Huda pada Amara hilang menjadi rasa jijik. Hanya tidak menyangka gadis yang dikatakan baik itu bisa melakukan hal menjijikan seperti ini. Dengan kekesalan yang meliputi perasaannya, Huda memasuki mobil dan segera mamacunya keluar dari basement. Sepanjang perjalanan pulang pikirannya tidak bisa lepas untuk memikirkan gadis bermata coklat itu. Terlalu menarik baginya namun jika apa yang dipikirkannya benar tentang hubungan Amara dan Rishyad, maka sudah dipastikan gadis itu akan berada pada urutan teratas dalam Huda's The Hates Things. *** Amara telah memasuki apartemennya yang berada di kawasan elit Jakarta Selatan disusul Rishyad di belakangnya. Setelah menutup pintu apartemen Rishyad segera menghambur memeluk Amara yang sedang berdiri di depan kulkas untuk mengambil minuman. Tubuh Amara menegang mendapati pelukan Rishyad dari belakang, walau ini bukan kali pertama pria itu memeluknya secara tiba-tiba. Hanya saja Amara tidak merasa senyaman hari-hari sebelumnya saat tangan kekar pria itu melingkar dipinggang hingga perutnya. “Mas tolong lepaskan, Ara mau mengambil minuman,” tolaknya berusaha melepaskan diri dari pelukan Rishyad. Pria itu menyadari perubahan pada diri kekasihnya, gadis yang sudah menemaninya hampir 1 tahun belakangan. Setelah berjuang sangat keras untuk mendapatkan Amara, Rishyad segera mengikatnya dengan sesuatu yang membuat Amara sulit untuk melepaskan diri. Hal paling berharga bagi gadis itu telah dengan suka rela diserahkan Amara pada Rishyad. Tentu dengan rayuan dan janji-janji yang memang akan ditepati pria itu. Karena memang Rishyad amat sangat mencintai Amara. “Kamu berubah, Ra,” ucap Rishyad yang telah mendudukkan dirinya di kursi yang ada pada mini bar. “Ternyata Mas sadar ya?” Amara ikut mendudukkan dirinya tepat di depan Rishyad. “Tentu, kau pikir kita baru kenal?” Rishyad berdecih kesal mendengar nada bicara Amara yang datar. “Ara akan kembali ke rumah Ayah dan Ibu,” ucap Amara masih dengan nada datar namun berhasil membuat Rishyad membulatkan matanya karena terkejut. Rishyad tidak pernah menyangka akan mendengar kalimat itu keluar dari mulut Amara, karena ia sangat yakin bahwa gadis itu akan bertahan bersamanya.  “Ada apa, Sayang? Kita bisa selesaikan semua masalahnya dan aku juga sedang melakukan proses perceraian dengannya,” ucap Rishyad berjalan ke arah Amara dan berusaha untuk meraih tangan gadis itu namun sekali lagi ditepisnya. “Ini salah, Mas.”  “Aku tahu tapi cinta kita tidak salah, Amara. Mungkin memang pertemuan kita terlambat tapi aku yakin Tuhan memberikan kita jalan untuk bersatu.” “Tuhan yang mana, Mas? Tidak ada satupun Tuhan yang membenarkan perbuatan kita ini?” teriak Amara frustasi. “Agama kita bahkan mengizinkan poligami,” Rishyad masih berusaha meraih tangan Amara membuat gadis itu beringsut mundur untuk menjauh. “Poligami Mas tapi kita tidak melakukannya. Selama ini kita hanya berzina menumpahkan nafsu binatang dalam diri kita,” Amara semakin histeris tidak setuju dengan ucapan Rishyad tentang hubungan mereka. “Maka dari itu aku mengajakmu menikah",” Rishyad memelankan suaranya agar Amara yang sedari tadi menangis histeris menjadi lebih tenang. “Tidak Mas, sudah cukup kesalahan kita hampir setahun ini. Aku tidak ingin semakin disalahkan ketika orang lain tahu tentang hubungan ini. Kita cukup sampai di sini Mas, aku akan kembali ke rumah Ayah dan tolong berhenti untuk menghubungi satu sama lain,” ucap Amara berlalu meninggalkan Rishyad yang masih mematung di pantry. Amara mengambil koper yang ada diatas lemari pakaiannya dan membuka lemari untuk memasukkan pakaiannya. Gadis itu benarbenar serius dengan apa yang dikatakannya. Mengatakan bahwa hubungannya dengan Rishyad telah berakhir. Amara menghentikan kegiatannya  ketika Rishyad mengambil paksa pakaian yang baru diambilnya dari lemari. Mengembalikannya ke dalam lemari dan meraih tangan Amara yang masih gemetar karena tangis yang belum juga reda. “Sayang tolong jangan seperti ini,” pinta Rishyad yang telah berlutut menggenggam tangan gadis tercintanya. Amara terduduk di lantai dengan air mata yang masih menggenangi wajah cantiknya, membuat Rishyad juga berkaca-kaca melihat bagaimana hancurnya gadis tercintanya. Dia tidak menyangka bahwa kegilaannya terhadap Amara akan berdampak seperti ini. Kalau saja waktu itu dia tidak jatuh cinta pada Amara. Kalau saja waktu itu dia tidak menggoda Amara  dan memperlakukan gadis itu dengan lembut. Mungkin saja semuanya tidak akan seperti ini, gadis itu tidak akan tersakiti sebegini dalam. “Maafkan aku, Sayang. Tolong biarkan aku bertanggung jawab atas hubungan kita,” Rishyad memohon dan membawa tubuh ringkih Amara kedalam pelukannya. “Salah, Mas. Ini salah, tolong berhenti sampai di sini... Tolong Ara, Mas. Jangan jadikan Ara perempuan yang lebih jahat lagi dengan menginginkan Mas. Tolong, Mas...” lirih Amara dalam pelukan Rishyad. “Baiklah kalau itu memang keinginanmu, tapi aku tetap akan menceraikannya. Tidak ada yang berubah dari keputusanku, biarkan aku mengantarmu sampai ke rumah Hermawan Adhiguna,” ucap Rishyad yang akhirnya memilih untuk mengalah dan melepaskan Amara seperti kemauan gadis itu. Rishyad membantu Amara membereskan semua barang-barangnya untuk dibawa pulang ke rumah orang tua gadis itu. Kebetulan Rishyad mengenal Hermawan Adhiguna, ayah Amara yang juga seorang pengusaha. Namun selama ini dia tidak mengetahui bahwa gadis itu adalah putri teman bisnisnya, jika saja ia tahu mungkin tidak pernah ada keberanian untuk mengejar cinta Amara. Tapi nasi telah menjadi bubur, semua yang sudah terjadi tidak mungkin akan kembali lagi. Mereka saling mencintai tapi karena caranya salah jadilah semuanya menjadi seperti ini, terlalu menyakitkan untuk keduanya. Amara berubah yang entah apa alasannya, Rishyad menyadari pasti ada hal lain di balik berubahnya sikap Amara atas hubungan mereka. Tapi saat ini Rishyad lebih memilih diam dan membiarkan Amara untuk melakukan apapun yang diinginkannya. Amara lebih memilih diam di sepanjang perjalanan dari apartemen menuju rumah orang tuanya, sedangkan Rishyad fokus mengendarai mobil gadis itu. Dia ingin memastikan gadis itu sampai dengan selamat di kediaman orang tuanya. Sesekali Rishyad melirik Amara yang menatap kosong keluar kaca mobilnya. Entahlah apa yang sedang dipikirkannya, hanya saja Rishyad benar-benar tidak mengerti. Sesampainya di depan kediaman Hermawan Adhiguna, Rishyad keluar dari mobil Amara dan membiarkan gadis itu mengendarai mobilnya sendiri. Sehingga ia hanya perlu memantau Amara memasuki gerbang rumah orang tuanya sendiri. Senyum lega menghiasi wajah pria dewasa yang masih terlihat tampan itu ketika Amara sedang dipeluk kedua orangtuanya yang baru keluar dari rumah untuk menyambut kepulangan putri mereka. *** “Sayang...” “Huh?” “Kenapa melamun dari tadi? Ada yang sedang mengusik pikiranmu?” tanya seorang gadis yang duduk di kursi penumpang dengan tangan yang membelai lembut tangan Huda. Saat ini Huda sedang mengemudikan mobilnya menuju sebuah hotel berbintang untuk menemani kekasihnya menghadiri sebuah pesta. Intan Putri Wiroharjo, putri seorang pejabat yang sudah menjadi kekasihnya lebih dari 3 tahun ini. Memang sejak tadi Huda nampak melamun walaupun ia sedang dalam keadaan menyetir. Pikirannya terus memutar kejadian tadi sore di basement. Saat Rishyad Kelly yang tidak lain adalah omnya sedang memegang tangan Amara, gadis yang mencuri perhatiannya. “Tidak ada, aku hanya kelelahan,” kilahnya atas pertanyaan Intan bukan tipe perempuan yang mudah percaya. Gadis itu sering kali cemburu buta dengan siapapun perempuan yang mendekatinya. “Yakin?” “Sangat yakin, ya sudah sekarang sudah sampai. Yuk kita turun...” ajak Huda yang kini sudah membukakan pintu mobil untuk Intan. Gadis yang berprofesi sebagai model itu turun dari mobil sport Huda dengan begitu anggunnya, membuat puluhan pasang mata menatapnya kagum. Tangannya melingkar manja pada lengan kekar Huda, lelaki itu selalu menjadi pusat perhatian di manapun dia berada. Siapa yang tidak mengenal Huda Adnan? Putra pertama Ammar Adnan, seorang pengusaha perusahaan telekomunikasi terkemuka di Indonesia dan lagi ia cucu pertama Christian Kelly pengusaha perhotelan asal Australia. Sepanjang berlangsungnya pesta, Huda tidak benar-benar bisa menikmatinya. Berbeda dengan Intan yang nampak asik berbincang dengan teman-temannya. Hati dan pikiran Huda sedang tidak di tempat saat ini, semua ini karena gadis cantik bermata coklat itu. Rasanya ia tidak pernah sepenasaran ini dengan seorang gadis. Atau mungkin ia hanya merasa tidak nyaman saat melihat kedekatan omnya dengan Amara. Entahlah, Huda tidak tahu. Setelah pesta berlangsung Huda mengantarkan Intan pulang, namun masih sama seperti tadi. Sepertinya lelaki itu benarbenar menjadi sosok yang pendiam malam ini, mulutnya seakan terkunci dengan rapat. Mengabaikan semua celotehan tidak penting yang keluar dari mulut Intan. Gadis itu sedari tadi hanya membahas berbagai trend mode terbaru yang tujuannya agar Huda membelikannya. Karena selama ini cara itulah yang paling ampuh untuk membuat Huda menuruti semua kemauannya. Dan bodohnya Huda selalu menurutinya, bahkan black card lelaki itu diserahkannya dengan sukarela pada Intan. Itulah yang membuat Assyifa dan Haura kesal bukan main dengan kebodohan kakak mereka. “Kamu mau kan Sayang belikan aku brand itu?” pinta Intan setengah merengek pada Huda yang memang sedari tadi tidak memperhatikannya. “Huh? Apa, Sayang?” tanya Huda saat tersentak kembali pada kesadarannya. “Kamu cuekin aku dari tadi, sebenernya ada apa sih ini?” Intan bersungut kesal pada Huda yang tengah menatapnya bingung. “Maaf ,Sayang. Aku kan fokus nyetir,” ucap Huda mencubit dagu Intan dengan manja. “Jangan bohong! Kamu sedang memikirkan perempuan lain kan?” Intan memicingkan matanya pada Huda yang sedang menatapnya lekat. “Perempuan? Siapa? Yang mana?” tanya Huda pura-pura bego mencoba untuk berkilah dari tuduhan Intan yang memang benar adanya. “Cuma kamu yang tahu,” ucap Intan yang langsung turun dari mobil Huda ketika sudah sampai di depan rumah mewah milik orang tuanya. Huda diam menatap kepergian Intan yang sudah menghilang di balik pintu besar rumah itu, tanpa ada keinginan untuk mengejar dan menjelaskan pada gadis manja itu. Mungkin benar apa yang dikatakan Assyifa untuk tidak melanjutkan hubungannya dengan Intan. Memang pikirannya sedari tadi berada pada Amara dan Rishyad, tapi dia masih dapat mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Intan.  “Perempuan gila!!!” Huda menggeram dengan tangan yang menghantam setir mobil. Huda meninggalkan kediaman keluarga Wiroharjo menuju kediaman orang tuanya, karena walau ia telah dewasa tapi tidak ada pikiran sedikitpun untuk tinggal sendiri. Sebenarnya saat ini ia sedang bingung siapa yang dikatainya “Perempuan Gila”. Intan atau Amara? Benar-benar ia tidak mengerti dengan isi otaknya saat ini. *** “Sudah bosan tinggal di apartemen?” tanya Hermawan Adhiguna pada anak semata wayangnya. “Ayah nggak suka kalau Ara pulang?” Amara balik bertanya pada sang ayah yang duduk di samping ibunya. “Bukan begitu, Ayah hanya bingung kenapa tiba-tiba Ara memutuskan untuk pulang. Bukankah dulu Ara sendiri yang memaksa untuk tinggal di apartemen?” Hermawan pindah duduk di samping Ara dan memeluk putrinya dengan sayang, kebiasaan yang sudah tidak pernah dilakukannya lagi semenjak Amara beranjak dewasa. “Ara kangen sama Ayah dan Ibu, jadi seterusnya Ara akan tinggal di sini,” ucap Amara membalas pelukan ayahnya. Jujur saja rasanya saat ini ingin rasanya Amara menangis sejadi-jadinya, betapa ia sudah mengecewakan kedua orang tuanya. Menghancurkan harapan mereka dan masa depannya sendiri. Sekarang lelaki mana yang mau bersama dengannya jika tahu bagaimana masa lalunya dulu. Bahkan besok rencananya Amara akan menyerahkan surat pengunduran dirinya di perusahaan tempatnya bekerja selama 2 tahun ini. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan untuk menghindar dari bertemu dengan Rishyad. “Ara resign, Yah,” ucap Amara membuat kedua orang tuanya terkejut, ibunya pun yang sedari tadi diam akhirnya ikut bicara. “Ara bicara apa, Nak? Kenapa resign dari sana? Bukankan perusahaan itu yang selama ini Ara incar?” tanya ibu penasaran dengan keputusan mendadak putrinya. Mengingat bagaimana bahagiannya Amara saat diterima bekerja di perusahaan telekomunikasi raksasa itu. “Ara mau bantu Ayah saja, Bu. Sudah waktunya kan Ara belajar mengelola perusahaan Ayah,” jawab Amara yang mendapat anggukan dari sang ayah. “Benar. Kalau memang itu keputusanmu, Ayah hanya bisa mendukung,” ucap ayah menepuk bahu Amara lalu berlalu dengan ibu menuju kamar mereka di dekat ruang keluarga. Amara masih diam dalam duduknya menghadap TV yang tidak menyala, menatap bayangan dirinya yang sangat kacau. Dilihat dari luar memang ia nampak baik-baik saja, tapi hatinya saat ini hancur. Dia begitu mencintai Rishyad yang sampai kapanpun tidak akan pernah bisa dia raih. Terlalu jauh dan beresiko untuk digapai, keputusannya untuk mengakhiri hubungan mereka sudah bulat.  Terlebih saat seminggu lalu Amara tanpa sengaja mendengar sebuah ceramah di TV setiap pagi. Rasanya ia begitu nista pernah melakukan kesalahan selama hampir 1 tahun ini dan ia merasa jijik pada dirinya sendiri.  Malam ini Amara tertidur dalam tangisnya memeluk boneka panda miliknya. Memikirkan bagaimana harinya esok tanpa Rishyad, tanpa ada senyuman hangat pria itu. Terlalu menyedihkan baginya yang telah terbiasa dengan kehadiran seorang Rishyad Kelly. Keesokan harinya Ara diantar oleh supir keluarganya menuju gedung perusahaan tempatnya bekerja selama 2 tahun ini. Niatnya adalah untuk menyerahkan surat pengunduran dirinya serta menyelesaikan beberapa pekerjaan. Ada yang berbeda dengan penampilan Amara hari ini. Rambut hitam long bob yang biasanya tergerai indah kini tertutup jilbab berwarna tosca. Biasanya ia mengenakan setelan celana panjang dengan blazer lengan pendek, kini menjadi long dress dengan blazer panjang. Semua mata tertuju padanya, terpukau oleh perubahan drastis Amara yang saat kemarin pun masih memperlihatkan rambutnya.  Sofia sangat terkejut dengan keputusan mendadak yang dilakukan oleh Amara. Mengenai pengunduran dirinya dan juga jilbab yang dikenakannya. Karena setahunya Amara tidak pernah tertarik untuk mengenakan atribuk keagamaan seperti itu. Setidaknya itulah yang biasa Sofia dengar dari mulut Amara.  Amara mengundurkan diri saat belum genap 6 bulan menjabat sebagai Asisten Manager Marketing. Dan lagi kelihatannya Ammar Adnan, owner perusahaan sangat menyukai pekerjaannya.  Apa kata orang-orang nanti saat mengetahui Amara mengundurkan diri. “Aku baik-baik aja, Sof. Cuma sudah saatnya bantuin Ayah di perushaannya,” ucap Amara memberikan alasan yang terdengar masuk akal di telinga temannya itu. “Iya juga sih. Tapi kita masih bisa jalan bareng kan? Nonton dan belanja juga?” tanya Sofia penasaran dengan nasib pertemanan mereka. “Terus kenapa tiba-tiba kamu jadi jilbaban begini? Kesambet apa semalam?” Sofia masih penasaran dengan alasan perubahan penampilan Amara. “Sudah waktunya jadi lebih baik, Sof. Masa iya hidup mau begitu-begitu saja?” jawab Amara santai. “Amara, dipanggil Pak Ammar ke ruangannya sekarang!” suara Gunawan dari ambang pintu yang langsung membaut Amara menarik nafas panjang. Dengan hati berdebar Amara melangkahkan kakinya masuk ke dalam lift dan menekan tombol lantai teratas gedung, tempat di mana owner dan jajaran direksi berada. Amara memang cukup dekat dengan orangorang lingkup atas perusahaan, selain karena prestasinya di bidang pekerjaan gadis itu juga baik dan ramah. Bahkan sudah beberapa kali Amara diundang ke acara-acara yang diadakan oleh keluarga Ammar Adnan. Tapi tidak sekalipun dia tahu bahwa Rishyad Kelly adalah bagian dari keluarga itu, mungkin karena sifat cueknya. Amara melangkahkan dengan pasti melewati koridor menuju ruang kerja owner. Langkahnya terhenti tepat di depan pintu kaca yang sedikit buram dilapisi logo perusahaan. Dia berdeham pelan dan merapikan penampilannya, karena bagaimanapun juga ia akan bertemu dengan orang yang menduduki posisi tertinggi di perusahaan ini dan juga Jaya Group. “Mbak Amara sudah ditunggu Bapak, langsung masuk saja,” ucap sekretaris Ammar Adnan yang baru keluar dari ruangan di depannya. “Selamat siang, Pak. Bapak memanggil saya?” ucap Amara saat berada di dalam ruangan dengan nuansa putih itu. “Selamat siang, Amara. Wah ada yang berbeda dari penampilan kamu hari ini,” ucap Ammar Adnan ramah sembari memperhatikan penampilan Amara yang berubah. “Iya, Pak. Jadi ada apa Bapak memanggil saya?” tanya Amara langsung pada intinya. “Kamu selalu to the point seperti biasa. Saya dengan kamu mengundurkan diri? Ada apa?” Ammar mempersilahkan Amara duduk di kursi hadap yang ada di depan meja kerjanya. “Iya, Pak. Perusahaan Ayah membutuhkan bantuan saya,” jawab Amara sopan dan tetap tenang. “Bukan karena Rishyad?” Amara membeku di tempatnya setelah mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut pemilik perusahaan. Bagaimana bisa Ammar Adnan mengetahui hubungannya dengan Rishyad? Amara mulai panik dan duduk dengan gelisah, rasanya ingin menjawab tapi belum menemukan jawaban apa yang tepat. “Kamu pikir saya tidak tahu tentang hubungan kalian?” Amara mendongakkan kepala menatap Ammar Adnan dengan mata sudah berkacakaca. Pertahanannya nyaris runtuh saat mendengar suara pintu ruangan itu terbuka, segera Amara menengadah ke atas agar air matanya tidak tumpah. “Papa apa maksudnya Opa dengan pernikahan itu?” ucap suara bariton di belakang Amara. “Opamu sudah menjelaskannya kan?” tanya Ammar yang sesekali melirik Amara. “Huda tidak mau menikah dengan jalang simpanannya Om Rishyad!” sontak saja suara itu bagai palu godam yang menghantam kepala Amara yang sejak tadi diam mendengarkan suara Ammar Adnan dengan seorang lelaki yang tidak lain adalah Huda Adnan, CEO perusahaan. “Huda!!! Jaga bicara kamu! Ada orang lain di sini!” bentak Ammar pada Huda karena putranya itu tidak bisa menjaga bicaranya saat ia sedang ada tamu. “Orang lain siapa? Dia kan jalangnya Om Rishyad?” Huda menunjuk Amara yang masih diam membisu dalam duduknya. “Huda!!!” teriak Ammar pada putranya yang tidak pernah berkata kasar sebelumnya tapi kini bisa berucap seperti itu. “Fakta, Pa. Aku melihatnya sendiri kemarin. Mungkin Opa, Papa dan Mama bisa menutupi semua ini dengan alasan pernikahan bisnis dengan keluarga Adhiguna. Tapi Huda tidak sebodoh itu dan kamu, Amara. Aku tidak menyangka kamu yang aku pikir baik ternyata tidak lebih dari seorang p*****r menjijikan yang merusak rumah tangga orang. Dan lagi untuk apa kamu mengenakan jilbab seperti itu? Tidak pantas!” Satu tamparan keras mendarat di pipi Huda, rupanya Ammar sudah sangat emosi dengan tingkah putranya. Dia hanya tidak menyangka bahwa Huda bisa mengatakan hal sekasar itu. Awalnya Ammar dan Hermawan memang menjodohkan Amara dengan Huda, itulah sebabnya Hermawan membiarkan putrinya bekerja di perusahaan milik Ammar. Namun semuanya menjadi kacau ketika Ammar mengetahui bahwa adik iparnya, Rishyad menjalin cinta terlarang dengan calon menantunya.  Ayah mertuanya sangat murka ketika mendengar kabar perselingkuhan Rishyad dengan Amara. Sehingga dengan segera ia mengusahakan agar Huda kembali ke Indonesia dan menikah dengan Amara. Sebelum Rishyad dan Amara melangkah lebih jauh. Namun saat semalam keluarga Kelly mendengar bahwa Amara kembali ke rumah keluarga Adhiguna, Christian Kelly segera menghubungi Ammar Adnan untuk mempercepat pernikahan Huda dan Amara.  Amara berdiri dari duduknya, dengan air mata yang telah luruh membasahi pipi ia menatap manik hitam Huda. Persaannya terluka walaupun ia tahu bahwa dulu memang bersalah. Tapi apakah dalah jika sekarang ia ingin berubah menjadi lebih baik. Dan lagi ada apa dengan pernikahan? Dia tidak tahu sama sekali tentang pembicaraan antara Ammar dan Huda. Kenapa dia menangis? Apa benar aku terlalu kasar padanya? Tapi bukankah memang benar jika dia tidak lebih dari seorang jalang simpanan Om Rishyad? Jangan terbuai dengan tatapannya Huda, dia hanya perempuan menjijikan. Gumam Huda dalam hati saat melihat Amara menatapnya dengan tatapan kesakitan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD