8. MENGHINDAR

1056 Words
Daniel membuka kunci ruko milik tantenya. Pintu rooling door itu membuat suara sangat berisik saat didorong. "Masuklah Mia." Daniel membawa tas ransel milik Mia. Sebelumnya mereka menyarankan mampir sebentar ke kontrakan Mia untuk mengambil beberapa pakaian dan perlengkapan pribadinya. Sangat tidak nyaman jika Mia memakai gaun untuk tidur. Mia mengedarkan pandangan ke sekeliling ruko. Tempat itu memiliki dua Lantai. Lantai pertama digunakan sebagai kantor. Banyak meja dan kursi yang tertata rapi. Juga banyak komputer ada disetiap meja dan masih tertutup plastic buble "Sepertinya masih baru, Apa tempat ini belum pernah digunakan?" Mia menyentuh sebuah lukisan indah pada koridor menuju tangga ke arah lantai 2 ruko. Ia sangat mengagumi lukisan itu. Terlihat begitu indah dan menarik di matanya. Rayhan tersenyum melihat Mia yang terlihat menyukai lukisan itu. "Belum, kemungkinan dua hingga tiga bulan ke depan. Tanteku masih menyiapkan segala sesuatunya." Daniel menoleh kebelakang, dia tidak mendengar suara langkah kaki Mia dan Rayhan. "Kamu menyukainya?" tanya Rayhan kepada Mia. "Iya ini bagus sekali," ucap Mia sambil meraba lukisan wajah dengan banyak warna. Menghasilkan karya epik yang memukau. "Itu lukisan Rayhan, tanteku membelinya dari Rayhan," ucap Daniel. "Benarkah?! Rayhan bisa melukis? " Mia mengalihkan pandangannya pada wajah Rayhan. Ia terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya. "Iya dia pandai melukis. Rayhan mendapatkan bakat dari ayahnya yang seorang pelukis, mereka punya galeri lukisan di kota ini." Daniel mulai menaiki anak tangga. "Iya Rayhan? Benar begitu?" tanya Mia, dia melihat ke arah Rayhan. "Aaaah, Daniel berlebihan, tapi sayangnya dia benar." Rayhan tersenyum. Dia melihat dalam ke mata Mia. "Kantor ini akan digunakan tante-mu untuk perusahaan apa." Mia mengalihkan pandangannya. Dia gugup saat Rayhan menatapnya begitu lekat. Pelan-pelan dia berjalan menapaki anak tangga sambil berpegangan pada gagang pagar yang dilas menyatu dengan anak tangga. "Untuk kantor pemasaran perumahan. Tante-ku berencana menjalankan perusahaan developer" "Nah Mia, kamu bisa istirahat di sini. Kamar mandi di sana." Daniel menunjuk ke arah pintu yang ada pada sudut dinding. Sejajar dengan tangga. Mereka telah sampai di lantai 2 bangunan ruko itu Mia takjub melihat ruangan itu. Cukup besar, tidak ada kamar tapi ada kasur, lemari dan juga peralatan dapur. Tertata sangat rapi, terdapat juga sofa dan meja makan Daniel kemudian meletakan tas milik Mia dan menyandarkannya pada dinding "Kamu istirahatlah dulu, aku harus pulang. Besok subuh ibuku minta antarkan berbelanja ke pasar subuh. Daniel melihat ke arah arlojinya menunjukan Pukul 23.15. "Rayhan, aku pulang dulu," ucap Daniel. "Ok." Ucap Rayhan. Mia merebahkan tubuhnya yang letih. Daniel pun pergi, derap langkah kakinya terdengar menuruni anak tangga. Rayhan juga merebahkan dirinya di sofa. Meraka sama-sama lelah dan mengantuk. *** Rayhan tertegun, dia terbangun saat mendengar Mia mengigau. Mia tidur dengan meringkuk dan menggigil. Terlihat gurat kesedihan di wajahnya. Rayhan mengambil selimut yang ada di ujung kasur, dia menutupi tubuh Mia. Ia kemudian membelai rambut Mia dengan lembut. Tidak sengaja dia menyentuh keningnya. "Panas?!" Rayhan menyentuh lagi bagian pipi dan leher Mia, "Iya panas. Ternyata Mia demam," ucap Rayhan di dalam hati. Apakah ada hubungannya sakit Mia kejadian yang baru saja dia alami, Rayhan tak tahu pasti. Namun, wajah gadis di depannya terlihat sangat tertekan. Rayhan setengah berlari menuruni anak tangga. Menyusuri kota Batu pada jam 1 malam mencari apotek. Untunglah ada apotek yang buka selama 24 jam. Rayhan memacu sepeda motornya lebih cepat untuk kembali ke ruko. Ia ingin segera memberikan obat yang ia beli kepada Mia Ketika sampai, Rayhan melihat Mia terlihat lebih buruk daripada saat Ia meninggalkannya. Mia terus mengigau. "Mia...Mia bangun." Rayhan menggoyang goyangkan tangan Mia dan menepuk-nepuk pipinya dengan lembut. Mia membuka matanya Mia tak dapat melihat dengan jelas siapa lelaki di depannya yang telah membangunkan nya. Ia menutup mata dengan telapak tangannya. Saat Matanya mulai beradaptasi dengan cahaya, Dia melihat senyuman indah milik seseorang yang dikenalnya. "Mia kamu demam, minum obat dulu." Rayhan menyerahkan obat dan segelas air. Mia kemudian meminumnya. "Aduh.... kepalaku sakit sekali, badanku juga terasa mau lepas." Mia meringis. Rayhan duduk di samping Mia dan memijat kepalanya. Beberapa menit kemudian… "Rayhan aku sangat kedinginan tolong peluk aku." Tubuh Mia gemetar. "Baiklah...." Rayhan berbaring di sisi Mia kemudian memeluknya. Wajah mereka sangat dekat. Mia dapat merasakan hembusan napas Rayhan di wajahnya. Mia Memejamkan matanya, menahan sakit di kepala dan di sekujur tubuhnya. "Sepertinya sakit ini membawa berkah," ucap Mia di dalam hati. Dia tersenyum. Tanpa Mia sadari, sepasang mata indah, bulu mata panjang, lentik dan hitam sedang memandanginya "Cantik sekali." Rayhan bergumam mengagumi gadis yang sedang dia peluk. Mia merasa sangat nyaman di dalam pelukan Rayhan, tapi lama kelamaan dia merasa ada desiran aneh di dalam dadanya. Napasnya juga berubah menjadi lebih cepat. Mia Memajukan wajahnya, dekat sekali dengan Rayhan. Bibir mereka hanya berjarak beberapa senti. Rayhan mulai merasa gelisah dan tidak nyaman. Ia dapat merasakan hembusan nafas Mia yang terasa berbeda. Rayhan kemudian melepaskan pelukannya. Ia segera beranjak dari tempat tidur. Mia membuka matanya, Ia terkejut mendapati Rayhan berdiri tiba-tiba. "Mia Sepertinya demammu sudah turun." Rayhan menyentuh kening Mia," iya sudah turun. Syukurlah, sepertinya reaksi obatnya sudah mulai bekerja." Rayhan berjalan melangkah ke arah dapur. Dia menuangkan air ke dalam gelas. "Benarkah?" Mia menyentuh kening nya sendiri. Mia memajukan sedikit bibirnya. Ada kekecewaan yang bergelayut di dalam hatinya Rayhan memberikan gelas berisi air kepada Mia "Minumlah, ketika demam kamu harus banyak minum air." Mia meminumnya setengahnya saja. Ia memberikan kembali gelas yang telah kosong kepada Rayhan. "Istirahatlah Mia... " Rayhan berjalan ke arah sofa dan berbaring di atasnya. "Aku sudah tidak kedinginan lagi." Mia membuka selimutnya. "Aku berkeringat dan merasa kepanasan." Mia kembali berbaring. Sofa tempat rayhan berada dan kasur Mia berbaring, posisinya saling berhadapan. Rayhan melihat baju T-shirt Mia dengan V neck yang rendah membuat gunungan indah di baliknya terlihat menyembul keluar. Hot pants yang dia kenakan juga membentuk lebih indah pinggul dan paha Mia yang berisi. Rayhan berjalan melangkah mendekat ke arah Mia. Sangat dekat… Wajah mereka hanya berjarak beberapa Inci. Jantung Mia berdebar lebih kencang, wajah Rayhan sangat tampan, hidung yang mancung. Bibirnya Indah. "Aaah!" Mia mendesah dalam hati. Tangan Rayhan mendekat ke arah wajah Mia. Mia memejamkan matanya menantikan bibir mereka bertemu. "Mia... "Panggilan pelan Rayhan membuat seluruh tubuhnya merinding. Mia merasakan kepalanya semakin turun. Mia membuka matanya. "Aku minta bantalnya satu, kau memiliki dua bantal." Rayhan menarik pelan bantal dari kepala Mia. "Ah pantas saja aku merasa kepalaku turun. Dia mengambil bantal rupanya." Mia melengos kecewa Rayhan kembali berbaring di sofa, dia tidur dengan memunggungi Mia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD