BAB 19. PERSAHABATAN YANG TERPECAH

1115 Words
Seorang lelaki dengan rupa sangat menawan mendekati Mia Ia memiliki tinggi 175 cm, serta tubuh yang atletis. Ia memakai kemeja agak ketat berwarna biru berlengan panjang yang dilipat hingga ke siku. "Mia ..." Nada suaranya terdengar sangat khawatir melihat seorang wanita meringkuk di bawah pohon. Sedang sesegukan menangis. Mia melihat kearah pemilik suara. Rambutnya hitam dengan style *pompadour yang sedang trend di seluruh dunia nampak sangat sesuai untuknya. kelihatannya Ia sangat perduli pada penampilannya. Ia juga memiliki alis yang yang tebal lagi hitam gelap tersusun rapi. Bola matanya besar, dia memiliki iris mata berwarna kuning terang seperti madu. Hidungnya sangat mancung, dan lancip pada ujungnya "Maaf kamu harus menunggu lama, aku sudah lama datang ke sini, hanya saja aku tidak dapat menemukanmu. Aku telpon kamu. Hp kamu tidak aktif." Lelaki itu tersenyum manis. Terlihatlah gigi putihnya yang tersusun rapi, bak kalung mutiara seorang ratu, sangat kontras dengan gelap nya malam. Kata Ibunya, wajah demikian rupawan itu diwarisi dari gen kakeknya seorang lelaki berkebangsaan Yordania, entah kenapa lelaki dengan tampilan begitu menarik seperti dia tidak juga memiliki kekasih. Padahal dengan penampilan seperti itu, tentu saja dengan sangat mudah Ia akan mendapatkan wanita. Lelaki itu duduk di sebelah Mia, "Kamu kenapa.....?" "Daniel.... Rayhan... ?!? $@#?" ?#"$@" #?!"$@" Mia terus menangis tersedu sedu.Tak jelas apa yang disampaikan nya. Kata-katanya bercampur dengan tangisan dan sedu sedan. Daniel memeluk Mia dengan sangat erat penuh kasih sayang dielusnya punggung gadis itu perlahan dan penuh kehangatan. Sebenarnya Daniel tidak mengerti sama sekali apa yang dikatakan Mia, tapi hatinya sangat sakit melihat Mia terpuruk seperti itu Cukup lama tangis Mia baru mereda, ketika gadis itu melepaskan pelukannya, barulah dia kembali bertanya, "Mia, ada apa? Kamu bicara bercampur dengan tangisan, maafkan aku, aku tidak bisa memahaminya." Masih dengan linangan air mata yang deras Mia berkata "Rayhan marah kepadaku." "Kenapa?! Bagaimana bisa?" Daniel sangat terkejut. Mia menceritakan semua yang terjadi. Daniel tak bereaksi sedikit pun. Dia hanya diam. Hanya napasnya yang terdengar berat dan kilatan matanya yang berubah dingin. Tentu saja hal tak terlihat oleh Mia. Mia terus saja menangis tanpa henti lalu Daniel kembali memeluknya. "Sudahlah ... berhentilah menangis." Ia melepaskan pelukannya lalu berdiri dan menarik lengan Mia, "Ayo aku kita antarkan kamu pulang." Ia memandangi wajah gadis itu yang sembab dalam kegelapan. Tak sepatah kata pun terlontar dari bibir Mia, dia mengikuti langkah kaki Daniel meninggalkan tempat itu. ***** Daniel memacu sepeda motornya dengan kecepatan maksimal. Ia menuju ke galeri milik Rayhan. Namun sayangnya, dia tak melihat mobil Rayhan terparkir disana. "Kemana dia?" Daniel mengeluarkan ponsel lalu menelpon Rayhan. Setelah beberapa kali dia mencoba, tidak jua ada jawaban. dirinya begitu gelisah. "Kemana aku harus mencarinya?" Daniel bersungut-sungut. Dia coba berpikir ke mana Rayhan pergi? Daniel punya harapan terakhir. Segera Daniel menuju ke sana. Berharap menemukan Rayhan di tempat itu. ***** Daniel memarkir sepeda motornya saat melintasi jalanan, dia melihat mobil Rayhan yang terparkir di sisi jalan. "Ternyata benar dia ke sini." Daniel senang tebakannya benar. Rayhan pergi ke taman di pinggir sungai, tempat dia pergi pertama kali dengan Mia. Daniel mengedarkan pandangannya, mengamati keadaan di sekeliling mereka. Tak ada seorang pun terkecuali Rayhan yang tengah duduk pada anak tangga disisi sungai. Temannya itu mencelupkan kedua kaki ke dalam air. Di sampingnya terdapat botol minuman beralkohol dengan kadar tinggi. Minuman itu berjenis whiskey yang hanya tinggal setengahnya. Daniel melihat arloji di pergelangan tangannya. Waktu menunjukkan 2:30 hampir subuh ujarnya di dalam hati. Dirinya melangkah pelan mendekati temannya. Rayhan menengok ke belakang saat mendengar suara derap langkah kaki yang datang mendekat. Tak ada ekspresi yang dia tunjukkan saat melihat pemilik langkah kaki itu adalah Daniel Daniel ikut duduk di anak tangga itu, bersebelahan dengan Rayhan "Di sini kamu rupanya," ujar Daniel datar dan dingin sambil meraih botol minuman itu dan ikut menenggaknya dalam beberapa tegukan. Kesunyian hadir menghampiri keduanya. Mereka tak bicara sepatah kata pun hingga minuman pada botol itu habis. Secara bergantian mereka meminumnya bersama Bunyi dedaunan yang saling bergesekan tertiup angin kecang menciptakan suara yang khas, beriringan dengan hawa dingin yang datang menyergap tubuh. Gemericik riak air sungai terdengar laksana simfoni pembawa kedamaian. Mereka membisu menikmati suara indah yang disuguhkan alam Setelah beberapa waktu terlewati. Daniel bersiap untuk pulang. Ia berdiri seraya berkata, "Rayhan, kamu harusnya memahami keadaannya." Daniel berkata dengan nada yang dingin. "Hummh." Rayhan tersenyum sinis, "Kamu siapa? Apa kamu kekasih bayangannya? Selalu membelanya dengan alasan sahabat tapi mencintainya?" Rayhan berkata dengan nada meremehkan. Daniel naik pitam, amarah telah melewati ubun-ubun dan menenggelamkannya. Hingga membuat napasnya terasa sesak. Ditariknya kerah baju Rayhan dengan kuat, "Kamu hanyalah orang asing yang tiba-tiba masuk ke dalam hidupnya. Aku melihat setiap tangisan kepedihannya!” ucapnya dengan rahang mengeras. “Aku menyaksikan setiap penderitaan yang dilaluinya. Aku selalu menjaganya, berusaha menyebuhkan lukanya. Dan Kamu! Siapa Kamu?! Kamu hanya seseorang yang tiba-tiba datang ke dalam kehidupannya, lalu kamu merasa berhak mengatur masa lalunya?!" Daniel berkata dengan kemarahan yang membara. Napasnya tersengal dan tubuhnya gemetar berusaha membendung emosi yang siap meledak kapan saja. Rayhan melepaskan paksa tangan Daniel dari kerah bajunya seraya berkata "Kenapa kamu begitu peduli kepadanya?! Kamu mencintainya?! Kenapa tidak kamu katakan kepadanya? Kenapa kamu biarkan bertahun-tahun para lelaki itu menikmati tubuhnya?!" Rayhan tersenyum sinis, "Apakah kamu juga sedang menunggu waktu yang tepat agar bisa ikut mencicipinya? Sehingga kamu tidak mencegahnya?!" Lelaki itu terus meracau dalam mabuknya. Bahkan dia tidak sadar atas apa yang dikatakan. Di dalam pikirannya hanya ada kecemburuan yang membabi buta karena Mia bersama lelaki lain. Sedikit pun dia tidak bisa menerimanya, meski itu hanya masa lalu. "b*****t! DASAR BODOH!!! Daniel berteriak nyaring. BUGH! BUGH! BUGH!!! Rayhan mendapatkan hadiah dari Daniel karena perkataan kasarnya. Hujan pukulan bertubi-tubi mendera tubuhnya. Rayhan mencoba melawan tapi dia minum terlalu banyak hingga dirinya tidak berdaya. Tubuhnya sempoyongan dan limbung lalu jatuh ke tanah. Jangankan untuk melawan, membuat dirinya tegak berdiri saja dia tak mampu. Rayhan terkapar di lantai, reaksi alkohol yang tinggi membuatnya tidak sadarkan diri. "Kamu menyusahkanku saja!" Daniel membopong tubuh Rayhan kedalam mobilnya. Bahkan Daniel harus menyeret tubuh Rayhan karena dia tak mampu lagi melangkahkan kaki. Ia mengantarkan Rayhan pulang ke galeri memakai mobil temannya itu. Adzan subuh berkumandang dari segala penjuru jalanan. "Untung saja ini hari minggu. Aku tidak perlu bekerja hari ini," ucap Daniel di dalam hati sambil membuka beberapa kancing bajunya di bagian d**a. Ia hendak melonggarkan pernapasanya yang terasa sesak. Ia sangat kelelahan mengurus kedua sahabatnya. Daniel memandang wajah Rayhan sambil mengemudi. Ia sangat terlelap, beberapa lebam menghiasi wajah tampannya. Ia teringat hari empat bulan yang lalu di mana Rayhan memintanya memperkenalkan pada Mia. Wajahnya berubah sedih "Harusnya aku tak memperkenalkan kalian," ucap Daniel di dalam hati dengan penyesalan yang mendalam. Daniel menyelami perasaannya yang tak tentu arah. Dia memikirkan perkataan Rayhan "Apakah aku mencintai Mia?" Daniel bergumam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD