BAB 17. PENCURI?!

703 Words
"Maaf, nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi." "Aduh, kemana perginya anak ini, Dia terus saja tidak dapat di hubungi." Mia menggerutu. Entah telah berapa ratus kali Dia sudah mencoba menghubungi Rayhan. Mia sangat gelisah, sudah tujuh hari Rayhan tak jua bisa di hubungi. Dia begitu khawatir terjadi sesuatu pada kekasihnya. "Daniel kamu di mana?" Mia menelpon Daniel. "Di rumah. Aku Siap-siap mau berangkat kerja. Kenapa Mia?" Daniel menjadi khawatir mendengar nada cemas dari Suara Mia. "Kamu tau di mana Rayhan? Aku telpon tidak pernah aktif. Dia tidak ada kabar sudah seminggu." "Kamu udah coba datang ke galerinya atau kerumahnya?" "Aku merasa tak enak pada orang tuanya jika datang ke rumahnya langsung atau ke galerinya." Mia terdengar sangat tidak sabar dan cemas. "Nanti aku coba mampir mencarinya. Kamu tenang dulu.Apakah kau bertengkar dengan Rayhan sebelumnya?" "Tidak. Seminggu yang lalu kami baik-baik saja. Dia tiba tiba menghilang." "Ok nanti aku coba cari tau apa yang terjadi." Daniel menutup telponnya dan segera berangkat ke rumah Rayhan. ***** "Assalamualaikum. Permisi__" "Wa alaikum salam Daniel! Masuk__" Seorang wanita paruh baya tergopoh menyambutnya. Daniel memasuki pintu rumah itu dan menyambut tangan Noura serta mencium punggung tangan kanannya. Dialah wanita yang telah melahirkan Rayhan. "Apa kabarmu, Nak?" "Baik, Bu." Daniel tersenyum. Wanita itu sangat lembut. Dia memperlakukan Daniel bagaikan anaknya sendiri. Maklumlah Daniel dan putranya berteman sejak mereka masih ingusan. Daniel dan Rayhan tinggal satu lingkungan perumahan dan satu sekolah TK. "Yaaaah! Ini ada Daniel, Sebentar nak ya ibu bikinin minum." Wanita itu hendak berdiri Dia meminta suaminya menemani Daniel. "Tidah perlu repot Bu, saya cuma sebentar. Rayhan mana, Bu? Saya sudah lama tidak bertemu dengannya." "Rayhan tidur di galeri udah satu minggu, katanya kemarin ada pencuri mau mengambil lukisan." Wajah cantiknya menggambarkan kecemasan. "Apa? Benarkah?" Daniel sangat terkejut. "Iya, Nak. Untunglah pencuri itu tak sempat mengambil apa-apa. Keburu Rayhan datang. Galery jadi berantakan." "Baiklah, Bu. Kalau begitu saya permisi mau menengok Rayhan." Daniel pergi dan pamit pulang. ****** Bak ... Bak ... Bak ... "Rayhaaan!" Daniel mengedor pintu sekuat tenaga, tak ada tanda tanda kehidupan di galery itu. "Hufhh!" Daniel menarik nafas panjang sambil berjalan ke arah belakang. Jendela kamar belakang adalah tujuannya. Galery itu memiliki kamar tidur pada bagian belakang. "Rayhaaan!" Tok ... Tok ... Tok! Daniel mengetuk jendela, masih tidak ada jawaban. Ia pun menggedornya lebih keras lagi. "Heemmm! Iya iyaaaa!" Terdengar sahutan dari dalam. "Aiiiih kamu masih tidur di jam segini? cepatlah buka aku sudah terlambat bekerja!" Daniel berteriak dari luar jendela. Terlihatlah sesosok manusia yang sangat berantakan yang membuka pintu. Rambut Rayhan yang panjang hampir menyentuh bahunya itu menutupi sebagian wajahnya. "Kamu sangat mengerikan!" Daniel melangkah masuk, saat melewati Rayhan dia mencium bau alkohol yang kuat dari tubuh temannya itu. "Kamu mabuk?" Daniel duduk di atas kursi yang di sediakan untuk tamu. Daniel menggelengkan kepala dengan keras "Bukankah kamu tidak minum alkohol? Apa sebenarnya yang tejadi?" Dia marah karena khawatir pada sahabatnya. "Bukan urusan kamu." Rayhan berkata dengan lirih dan tidak bersemangat. Dia duduk berhadapan dengan Daniel "Sekarang aku tau cerita pencuri itu akal-akalan kamu saja." Daniel sinis memandang Rayhan. "Ada masalah apa kamu sama Mia?" Daniel memandang Rayhan seperti polisi yang mengintrogasi seorang penjahat. Rayhan diam seribu bahasa... "Jika kau ada masalah bicarakan, selesaikan masalah kalian baik-baik. Jangan berdiam diri dan menghilang. Itu tidak akan menyelesaikan masalah." Krik... krik... krik... Tak ada jawaban. Rayhan tetap hanya diam "Baiklah aku mau kerja dulu. Selesaikan baik-baik. kasihan Mia. Gadis itu kalang kabut mencari kamu." Daniel menepuk Pundak Rayhan. **** Mia tengah berjalan seraya berbincang hangat dengan temannya sesama pekerja di resto pizza. Mereka berjalan beriringan menuju tempat parkir. Gadis itu meraih sepedanya. Sekarang tepat jam 12 malam, dia mendapat shift kerja di sore hari, "Sekarang waktunya pulang," Mia berbicara sendiri. "Mia, itu seperti nya Rayhan." Rhena teman Mia menunjuk ke arah lelaki yang duduk di bawah lampu taman di area parkiran mobil. "Iya itu dia." Mia tersenyum pada Rheyna dan melambaikan tangan padanya sebagai tanda berpisah jalan. Mia bernafas lega. Bersyukurlah tak terjadi sesuatu kepada kekasihnya. Dengan langkah ringan gadis itu mendekati Rayhan. Namun, dia melihat sesuatu yang berbeda dari diri Rayhan. Tatapan dingin mata lelaki itu menyiratkan sesuatu yang tak dapat Mia artikan. "Mia. Mari kita bicara. Kamu ikutlah denganku."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD