Rare

1195 Words
Tokyo, Jepang. Adelia Randis tak pernah menyangka bahwa kegemarannya menggambar akan membawanya ke beberapa belahan dunia. Menerima penghargaan sebagai salah satu ilustrator muda berbakat pada acara International Emmy World Television Festival yang dihelat di New York, lalu saat ini diundang ke Tokyo oleh salah seorang penulis penerima nobel di bidang sastra. Siapa yang tak kenal Mr. Kaito Murakami? Dia digadang-gadang sebagai salah satu sastrawan terbaik yang masih hidup saat ini. Usianya sudah tujuh puluh, tapi Adelia bisa melihat bagaimana semangat yang menyala-nyala dan passion berkelindan dari sorot mata tuanya yang ramah. “Mr. Murakami melihat gambar-gambar Anda di salah satu website galeri seni dan jatuh cinta. Dia bilang dia ingin Anda yang menggambar ilustrasi untuk sampul bukunya yang akan diterjemahkan ke Bahasa Indonesia.” Yakub, mahasiswa Tokyo Daigaku asal Indonesia, hari ini menjadi penerjemah bagi Mr. Murakami dan Adelia. “Ah, begitu rupanya. Ini suatu kehormatan buat saya.” Adelia meletakkan telapak tangan kanannya di d@da dan sedikit membungkuk sebagai bentuk penghormatan. Seketika itu juga Yakub menoleh kepada Mr. Murakami dan menerjemahkan apa yang baru saja Adelia katakan. Mr. Murakami tersenyum dan mengucapkan kalimat-kalimat dalam bahasa Jepang kepada Yakub. “Mr. Murakami bilang dia senang pada anak-anak muda yang memiliki talenta dan hidup dengan menjalankan passion-nya. Semua bukunya yang diterjemahkan ke berbagai bahasa, dia pasti menggunakan ilustrator dari negara tersebut untuk menggambar sampul bukunya.” Adelia mengangguk sambil tersenyum. Meeting penting namun dengan suasana santai ini dilaksanakan di restoran hotel tempat Adelia menginap. Hotel dan seluruh akomodasi Adelia selama di Jepang menjadi tanggungan Mr. Murakami sebagai pihak yang mengundangnya. Sungguh sebuah keberuntungan yang berlipat ganda. Andaikan Mr. Murakami tidak menanggung sepeser pun biaya akomodasi, Adelia tetap akan pergi menemui penulis legendaris ini. Bukankah ini adalah kesempatan yang sangat langka? Adelia tidak akan pernah menyia-nyiakannya. “Mr. Murakami juga bertanya apakah Anda sudah mengetahui isi dari buku itu?” Yakub kembali menerjemahkan apa-apa yang diucapkan oleh Mr. Murakami. “Ah, ya tentu saja! Katakan pada Mr. Murakami bahwa saya telah membaca buku itu dalam versi bahasa Inggrisnya.” Itu adalah novel berjudul ‘Rare’. Novel ke-13 yang ditulis oleh Mr. Murakami. Dipublikasikan pertama kali pada tahun 2013 di Jepang dan terjual sebanyak satu juta copy hanya dalam satu bulan penjualan. Di tahun berikutnya, buku itu menduduki top list buku best seller kategori hard copy di Amerika Serikat. Bayangkan bagaimana reaksi Adelia saat ada yang mengiriminya email dan menelepon untuk mengundangnya datang ke Tokyo demi bertemu dengan Mr. Murakami. Adelia pikir dia sedang mengalami salah satu modus penipuan hingga dia mendapatkan email kode booking tiket pesawat menuju Tokyo atas namanya. Adelia melompat-lompat kegirangan sambil berteriak histeris sampai membuat Rinai, sahabat sekaligus flatmates-nya berpikir Adelia sedang kerasukan. “So desu ne….” Ah, begitu rupanya. Mr. Murakami tersenyum lebar saat mengetahui bahwa Adelia sudah membaca novel tersebut sehingga rasanya tidak susah untuk membuat Adelia paham gambar seperti apa yang Mr. Murakami kehendaki sebagai sampulnya. “Saya sudah ada beberapa calon ilustrasi yang mungkin akan Mr. Murakami sukai.” Adelia menatap ke arah Yakub meminta pemuda itu untuk menerjemahkannya. Setelah itu Adelia mengeluarkan buku sketsa berukuran A4 dari dalam tasnya. Novel Rare bercerita tentang seorang pemuda yang mencoba mengurai apa yang terjadi pada hidupnya sepuluh tahun yang lalu saat teman-teman kuliah tiba-tiba menjauhinya dan enggan berteman dengannya lagi. Hal yang membuat pemuda tersebut merasa depresi. Pencarian alasan ke masa lalu itu kemudian menguak beberapa misteri dan membuat pemuda tersebut menemukan jawaban-jawaban tak terduga atas pertanyaan yang dia simpan selama bertahun-tahun. Membuatnya menjadi orang yang berbeda. Membuatnya menjadi lebih bijaksana. Mr. Murakami mengamati gambar demi gambar yang Adelia perlihatkan pada buku sketsanya. Mata tuanya bergerak-gerak teliti serupa kurator yang tengah mengamati sebuah lukisan di galeri seni. “Mr. Murakami bertanya, siapa siluet laki-laki dalam lukisan Anda ini?” Yakub sedikit menegejutkan Adelia yang sedari tadi tegang menunggu tanggapan dari Mr. Murakami. “Ah, itu….itu….” Adelia tergagap. Bagaimana dia menjelaskan tentang hobinya yang tidak dia sadari sejak kapan dimulai. Ya, tentu saja sejak dua tahun yang lalu saat dia memutuskan mengepak beberapa barangnya dan memaksa Rinai berbagi flat dengannya. Dia akan membayar separuh biaya sewa flat asalkan Rinai bersedia menampungnya. Adelia tak tahan dengan ocehan sang ibu tentang keputusan-keputusan yang dia buat dalam hidupnya. Selain itu, dia juga sedang mengalami patah hati yang parah setelah mendapatkan pengkhianatan dari Beno, kekasih yang sudah dipacarinya selama hampir tiga tahun. Flat milik Rinai terletak di salah satu gedung apartemen di pusat kota. Di seberang gedung apartemen itu berdiri menjulang kompleks apartemen elit yang memiliki taman yang sangat indah dan tertata. Di sana juga ada ada beberapa alat olahraga. Adelia sering sekali datang ke taman itu di malam hari. Tentu saja bukan untuk berolahraga. Dia akan duduk di salah satu bangku taman dan mulai menggambar pada buku sketsanya. Menggambar apa saja yang dilihatnya atau yang melintas di kepalanya. Di saat-saat seperti itulah seorang pemuda juga sering terlihat datang ke taman tersebut untuk berolahraga. Adelia tidak mengenal pemuda itu dan kondisi penerangan di taman membuat wajah pemuda itu juga tidak begitu jelas. Namun, Adelia tak mengetahui pastinya sejak kapan dia jadi suka menggambar siluet pemuda tersebut. Saat dia berolahraga, saat dia duduk karena kelelahan, atau bahkan saat pemuda itu hanya berdiri menatap ke langit. Pada suatu gerhana bulan yang pernah terjadi dan kebetulan dapat dilihat di langit ibu kota, Adelia dibuat sangat terpesona dengan kombinasi siluet si pemuda yang berdiri menatap gerhana bulan itu. Adelia tak menyia-nyiakan momen tersebut untuk merekam baik-baik bayangan sang pemuda di bawah sinar bulan yang membulat sempurna dan segera menggambarnya. Dia menuliskan sebuah catatan kecil di bawah gambar yang dia buat. Once in a blue moon. “Itu hanya gambar siluet random.” Akhirnya jawaban seperti itulah yang lolos dari mulut Adelia. Yakub gegas menerjemahkannya untuk Mr. Murakami. “Kata Mr. Murakami dia suka gambar ini. Dapatkah Anda menggambarnya untuk sampul buku Rare versi bahasa Indonesia?” Yakub menunjuk sebuah gambar yang juga sangat Adelia sukai. Gambar siluet pemuda di bawah gerhana bulan. Gambar yang dia buat hampir setahun yang lalu. Sejak saat itu, pemuda tersebut sudah tak pernah lagi terlihat di taman apartemen. Adelia datang ke taman itu setiap hari dan menunggunya berjam-jam namun pemuda itu tak kunjung muncul hingga Adelia menyerah karena mungkin saja pemuda yang tak pernah dia ketahui namanya, bahkan tak pernah dia lihat dengan jelas wajahnya itu, memang sudah tidak lagi tinggal di gedung apartemen tersebut. “Ya, tentu saja!” Adelia mengangguk antusias. “Kalau begitu nanti ada tim Mr. Murakami di Indonesia yang akan menghubungi Anda untuk kontrak dan pengerjaan lebih lanjut.” Yakub menjelaskan. Setelah Yakub mengatakan hal tersebut, Mr. Murakami beranjak dari tempat duduknya. Lelaki tua itu berdiri dan membungkuk pada Adelia membuat Adelia gegas berdiri, hampir menumpahkan gelas jus di atas mejanya, dan membalas membungkuk dengan lebih dalam pada Mr. Murakami. “Doumo arigatou,” Terima kasih banyak. Gumam Mr. Murakami sambil menampilkan senyum dan wajah yang bahagia karena mengetahui bahwa dia tidak salah telah memilih Adelia untuk proyek novel versi Bahasa Indonesianya itu. “Enjoy Tokyo.” “Sure. Arigatou gozaimasu.” Tentu saja. Terima kasih banyak. Adelia tersenyum lalu kembali membungkuk hingga Mr. Murakami menghilang di balik pintu restoran dengan disusul Yakub di belakangnya. []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD