2. Kesepakatan

1778 Words
"Bagaimana mungkin anda langsung setuju dengan permintaan ayah saya?!" Sentakan kasar langsung keluar dari bibir Kania begitu Suseno keluar dari ruang kerja untuk memberikan waktu bagi kedua pasangan itu untuk bicara. "Kita tidak saling mengenal satu sama lain, kita orang asing, kemudian kita akan dinikahkan begitu saja dan anda hanya diam dan setuju?! Anda pikir menikah itu mudah?! Anda pikir menikah itu bisa kawin cerai seperti orang pacaran kalau bosan bisa langsung putus?!" menatap tajam sosok pria asing yang kini berdiri di depannya, "Apa yang membuat anda setuju atas permintaan ayah saya?" "Ayah anda selalu membantu keluarga kami dan saya tidak bisa menolak saat beliau meminta saya untuk menikahi putrinya karena saya pikir inilah saatnya saya serta keluarga untuk balas budi atas seluruh kebaikan beliau." "Pernikahan bukan ajang balas budi!" Jerit Kania tertahan, ingin rasanya dia mencakar wajah tenang pria yang ada didepannya itu. "Pokoknya saya menolak hal ini! Aku akan bicara pada ayah sekarang!" Kania hendak meraih handle pintu namun sebelum gadis itu melakukannya, pintu sudah dibuka paksa dari luar. "Aa' Bagus!" Pekikan senang itu langsung meluncur dari bibir merah Catherine begitu pintu berhasil dia buka, "Kenapa tidak memberitahuku kalau kamu datang ke rumah." Gadis genit satu itu langsung menyerbu kearah pria menyebalkan yang berdiri di depan sofa bahkan dengan tidak tahu malunya Catherine memeluk lengan berbalut kemeja lengan panjang itu dengan erat. "Jadi ada apa Aa' Bagus datang ke rumah? Ada urusan dengan ayah?" Catherine mendongakkan kepalanya, menatap wajah pria bernama Bagus itu dengan manic berbinar bahkan wajah gadis yang biasanya bengis dalam penglihatan Kania kini terlihat bersemu merah dan semua itu tak luput dari pandangan Kania. 'Jadi ini alasan jalang satu itu suka sekali ke Bandung. Demi bisa bertemu pria ini?' sudut bibir Kania naik satu tingkat karena tahu kemungkinan besar bahwa Catherine suka pada pria itu. "Bisakah kau tidak memeluk calon suami orang sembarangan?" Kania langsung melepaskan pelukan Catherine dari Bagus secara paksa. "Apaan sih?!" Catherine yang biasanya akan mengamuk jika diusik kini hanya bisa merengek kecil dan menahan ekspresi murkanya terlebih melihat Kania melakukan perbuatan kasar padanya, "Kalau bicara yang benar, jangan ngawur." "Aa' Bagus memang calon suamiku. Ya kan a?" Kania yang kini memeluk lengan kekar Bagus mengangkat wajahnya kearah Bagus dan memberikan tatapan tajam penuh perintah pada pria itu yang lantas membuat Bagus langsung menganggukkan kepalanya patuh. "Ya, kami akan segera menikah." Kania tersenyum lebar pasalnya Bagus bisa diajak kerjasama untuk membuat Catherine kesal, ya anggap saja Kania sedang membalas perbuatan gadis itu kemarin. "Mana mungkin! Aku yakin kalian saja tidak pernah bertemu sebelumnya jadi bagaimana mungkin kalian berdua langsung mau menikah?!" Catherine menatap Kania marah. "Kalau tidak percaya, tanya saja pada ayah." Senyum Kania lebar, "A' katanya tadi mau cari cincin. Bagaimana kalau kita berangkatnya sekarang saja?" Kania menatap Bagus dengan pandangan berbinar-binar dan langsung menyeret pria itu keluar dari ruang kerja sang ayah begitu saja, meninggalkan Catherine yang hanya bisa menahan kesal disana. Kania menarik tangan Bagus untuk keluar dari rumah, berniat meminta pria itu untuk pergi namun langkah kaki kecilnya langsung terhenti saat dia mendengar sayup suara yang berasal dari lorong, Kania mendekat dan mencuri dengar sebisa, "Tidak akan mudah karena dia sendiri baru putus dengan kekasihnya. Mana mungkin aku diam saja, aku akan terus membuatnya gagal..." Kania yang mendengar itu semua lantas mengalihkan pandangannya kearah Bagus dan menarik pria itu untuk ikut dengannya. "Saya setuju menikah dengan anda." Kania yang kini membawa Bagus ke salah satu cafe tak jauh dari rumah langsung angkat suara, "Kita punya alasan masing-masing sekarang dan saya rasa apa yang kita lakukan bisa jadi win-win solution untuk kita berdua." Kania lantas mengangkat tangannya, meminta waiters sebuah kertas dan pena. "Kita buat perjanjian supaya semuanya berjalan sesuai rencana." Gadis itu mulai menuliskan beberapa rules kemudian memberikan hasil tulisannya pada Bagus untuk pria itu baca. 1. Masa pernikahan hanya berlangsung satu tahun dihitung sejak janji pernikahan diucapkan. 2. Pihak pertama dan kedua dilarang melibatkan perasaan selama masa pernikahan berlangsung dan pihak pertama maupun pihak kedua boleh memiliki pasangan lain selama masa pernikahan dengan syarat tanpa diketahui oleh pihak keluarga masing-masing. 3. Hanya boleh melakukan kontak fisik hanya dalam situasi mendesak. 4. Pihak pertama dan kedua harus menjalankan peran suami istri hanya dihadapan keluarga dan orang terdekat. 5. Pihak pertama yakni Kania Jasmine Djuaji akan memberikan beberapa imbalan yang pantas setelah masa pernikahan berakhir. "Jadi bagaimana? Ada yang perlu anda tambahkan?" "Nona, Saya tahu tujuan saya menikahi anda adalah demi balas budi pada ayah anda, tapi saya tidak pernah berpikir untuk mempermainkan pernikahan seperti ini. Dengan diikuti perjanjian seperti ini." Bagus lantas mengangkat wajahnya dan menatap Kania dalam. "Lalu anda mau menolak dan membuat ayahku kecewa?" Kania menatap Bagus dengan senyum mengejek. Situasi berbalik sekarang, jika sebelumnya Kania yang tidak mau menikah dengan orang asing karena masalah balas budi kini malah memaksa pria didepannya itu untuk menikahinya dengan segala paksaan. "Kita punya tujuan kita masing-masing, Tuan Bagus." Kania mengetukkan jari telunjuknya diatas kertas, "Jadi bagaimana?" "Maaf nona, Saya rasa saya tidak bisa." "Apa masalahnya? Bukankah anda menerima permintaan dari ayah saya karena terpaksa juga?!" Sentak Kania kesal. "Tapi tujuan saya adalah menikah secara normal seperti pasangan yang lain. Membangun rumah tangga sembari mengenal satu sama lain secara perlahan, Nona." Bagus menggelengkan kepalanya, "Saya menolak." "Apakah anda tahu bahwa ayah saya sudah membacakan surat wasiat meskipun nyatanya ayah saya masih hidup?! Kamu tahu kenapa itu bisa terjadi dan apa yang aku rasakan sebagai seorang anak?!" Kania menekan kata-kata yang keluar dari balik bibirnya, "Tidak ada satupun anak yang mau orang tuanya membacakan surat wasiat disaat orang tuanya masih hidup." Bagus sedikit terkejut atas ucapan yang keluar dari bibir Kania. Dia tahu pembacaan surat wasiat setelah orang meninggal bukannya saat masih hidup. "Bukankah anda tahu saya sempat menolak gagasan anda menikah karena balas budi? Sayapun tidak mau mempermainkan pernikahan tapi apakah anda juga dengar pembicaraan wanita diujung lorong, bukan?"Kania tersenyum perih, 'Wanita itu adalah ibu tiri saya. Saya berubah pikiran dengan cepat saat menyadari dia akan melakukan apapun demi tujuannya." Kania menarik nafas lelah, " Apakah anda tahu dia sempat b******u dengan kekasih saya sebelum saya diberitahu masalah wasiat ini?" Kania menarik nafas panjang, "Yang saya permasalahan disini bukanlah aset yang akan ibu dan saudara tiri saya dapatkan nanti tapi masalah bagaimana kedepannya mengenai ayah saya jika nanti mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Jika anda memang berniat membalas Budi, sebaiknya pikirkan ucapan saya dengan baik, Tuan Bagus yang terhormat." Kania bangkit dari duduknya hendak membalikkan tubuhnya dan pergi dari sana saat suara berat itu mengalun, "Saya bersedia menikah dengan anda." Kania langsung membalikkan tubuhnya dan menatap Bagus. "Dengan syarat..." Bagus meraih pena dan mencoret panjang klausal nomor 1, 2 serta 5, "Kita biarkan pernikahan kita mengalir apa adanya karena sayapun tidak berniat menjalin hubungan lain setelah saya menikah. Dan saya tidak butuh imbalan apapun dari anda karena yang saya lakukan murni untuk tuan Suseno Djuaji." Bagus meletakkan penanya diatas meja, "Jadi?" "Ok, deal." Kania lantas meraih pena dan membubuhkan tanda tangannya disana sebagai pihak pertama kemudian mengangsurkannya pada Bagus sebagai pihak kedua. "Kita akan menikah tapi kita belum berkenalan secara resmi. Saya Kania Jasmine Djuaji, umur 24 tahun. Lalu anda, Nama, nama, usia, pekerjaan." Kania mengangsurkan tangannya kedepan Bagus. "Bagus Dewangga Sutaji, umur 27, saya buruh kebun teh ayah anda." "Tunggu sebentar." Kania lantas membuka tasnya dan mengeluarkan ponsel, "Masukkan nomor telepon anda." Tanpa diminta dua kali, pria itu memasukkan nomor ponselnya dan menyerahkannya kepada Kania kembali. "KTP!" Pria itu mengeluarkan KTP dari balik dompet usangnya sedangkan Kania mengangkat ponselnya untuk membidik wajah pria itu. "Angkat KTP sejajar dengan wajah anda!" perintah Kania dan dalam satu kali tekan, wajah pria beserta KTPnya sudah berhasil ditangkap camera ponsel. "Untuk apa?" "Sebagai jaminan jika anda tiba-tiba mundur dari kesepakatan yang tadi kita buat." Kania tersenyum mengerikan, "Saya akan memakai identitas anda sebagai jaminan pinjol." Setelah perjanjian selesai dibuat, Kania memutuskan untuk kembali ke rumah untuk memberi tahukan rencananya secara langsung pada sang ayah dan waktu yang dipilih sangatlah tepat, disaat mereka bertiga duduk dengan santai di ruang keluarga. "Ayah." Kania langsung duduk disamping sang ayah, mendekap tubuh baya itu dengan sayang, Kania sudah buat keputusan. Kania akan menikah dengan Aa Bagus sesuai dengan keinginan ayah." "Kania, apa kamu yakin? Bukankah kamu tidak cukup mengenal nak Bagus untuk dijadikan calon suami? Kamu yang pacaran hampir satu tahun dengan Rico saja bisa putus. Menikah tidak sama dengan pacaran." Seruni ambil suara. "Iya, Kania tahu." Angguk Kania sembari melirik ekspresi Catherine yang menggertakkan giginya tertahan, menahan amarah meluap dari wajahnya yang perlahan memerah karena marah, "Tapi, bukankah kata Mama jika Kania ingin hak Kania, Kania harus menikah dan sekarang Kania ikuti apa kata mama, benar bukan?" Senyum Kania lebar tanpa rasa bersalah. "Iya Kania, tapi tidak secepat itu juga, Nak." Ujar Seruni selembut mungkin. "Sepertinya ada tugas yang belum Catherine kerjakan, Catherine pamit ke kamar dulu." Gadis satu itu langsung bangkit dari sofa dan berjalan menuju arah kamarnya, membanting pintunya keras hingga gaungnya terdengar sampai ruang tengah. "Mama mau siapkan Catherine camilan sebagai teman belajar." Seruni bangkit dari duduknya, wanita baya itu terlihat berlalu menuju dapur dan tak lama kemudian melangkah menuju kamar sang putri dengan membawa nampan berisi kue dan jus. Pintu kamar diketuk dan Seruni masuk setelahnya. "Kenapa mama diam saja?!" Suara Catherine mengalun keras dalam kamar disertai dengan bantingan kasar yang dia lakukan pada vas bunga disudut kamar. Catherine pikir tadi Kania hanya menggertaknya saja saat mengatakan bahwa Aa' Bagus yang dia suka adalah calon suami kakak tirinya itu, namun ternyata Catherine harus menelan ludahnya kesal saat tahu apa yang diucapkan Kania bukanlah gertakan tapi kenyataan. "Mama juga tidak menyangka kalau Ayahmu akan menjodohkan Kania dengan Bagus. Dan yang lebih mama tak sangka Kania setuju dengan hal ini, Catherine." "Mama harus melakukan sesuatu! Mama harus membujuk ayah untuk berpikir ulang mengenai masalah ini!" Pekiknya keras disertai jambakan pada surainya sendiri, "Mama tahukan kalau aku suka pada Aa' Bagus sejak lama?!" Pekiknya tertahan. "Mama tahu itu." Pekik Seruni kesal, tak terima dibentak oleh sang putri sekaligus kesal karena jika Kania menikah, gadis itu sudah cukup memenuhi syarat untuk mendapatkan warisannya. Seruni tidak sudi anak tirinya itu mendapatkan kebahagiaannya. Seruni pikir hanya dengan menyingkirkan Rico dan pacar-pacar Kania yang lain masalah akan usai namun kini hal yang lebih pelik datang. Dan setahu Seruni, Bagus bukanlah orang yang bisa dirayu oleh lawan jenis jadi dia tidak mungkin menggunakan cara lama untuk menyingkirkan pria satu itu. "Kita sudah melangkah sangat jauh saat tahu syarat yang diajukan Ayah untuk Kania." Catherine menarik nafas keras, "Aku tidak sudi usahaku selama ini sia-sia karena membiarkan pacar-pacar Kania menyentuhku dengan tangan kotor mereka tapi saat ini Aku tidak mungkin menggunakan tubuhku untuk merayu Aa' Bagus untuk meninggalkan Kania. Jadi sekarang ini adalah tugas Mama untuk mengambil alih."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD