My Cold Husband 16

1073 Words
Sesampainya di rumah Jeni tidak langsung masuk ke dalam kamar. Wanita itu duduk di sofa ruang tamu memainkan ponselnya. Sedangkan Naswa sudah berlalu ke kamarnya. Suara mesin mobil menderu. Jeni bangkit saat tidak lama Reza masuk dengan wajah lelahnya. Melihat wajah lesu suaminya Jeni langsung menghampiri Reza tapi lelaki itu sedikitpun tidak menatap Jeni bahkan melirik saja tidak. Jeni jadi kesal sendiri merasa tidak dihiraukan. Wanita itu berjalan mengikuti Reza masuk ke dalam kamar mereka. Jeni duduk di ranjang setelah selesai mengganti bajunya. Merenungkan apa ia ada berbuat kesalahan lagi. Tetapi tadi pagi mereka baik-baik saja. Tadi pun ia pergi setelah mendapatkan izin dari suaminya itu. Tapi kenapa sikap Reza menunjukan seperti sedang marah. Pintu kamar mandi terbuka. Reza keluar dengan pakaian santainya. Memakai celana selutut dan kaos hitam. Jeni berdiri menghadang Reza. "Kamu kenapa?" Tanya Jeni di hadapan Reza. "Saya capek," Reza langsung berlalu keluar kamar. Jeni memandang tidak percaya pintu kamar yang baru saja tertutup. Capek katanya. Jeni yang sudah terlanjur sangat kesal menjatuhkan tubuhnya di ranjang. "Cih. Tua tua ga jelas," maki Jeni. Ponselnya berbunyi Jeni bingung karena mendapati nomor asing yang menelpon nya. Dengan ragu Jeni menggeser layar hijau dan menempelkannya ke telinga. Tidak lama suara seorang wanita menyapanya. Setelah mengangkat telepon dari nomor asing itu Jeni memilih tidur. Sudah dua hari lebih Reza bersikap sangat dingin dengan nya dan Jeni memilih tidak terlalu peduli. Buat apa memikirkannya toh Reza saja tidak peduli dengan dirinya. Berkomunikasi pun terkahir kemarin. Jeni tidak terlalu mempermasalahkan nya. Seperti sekarang ini mereka menikmati sarapan dengan hening. Naswa sudah pergi kuliah pagi pagi sekali. Sepupunya itu sekarang jadi terlihat sering pergi pagi dan pulang malam. Untuk itu Jeni tidak heran karena mungkin pergaulan nya selama di luar memang seperti itu. Jeni membuat secangkir kopi instan lalu membawanya ke meja makan. Untuk dirinya bukan untuk Reza. Pelan-pelan Jeni menurunkan nya ke atas meja tetapi karena ganggang cangkir yang basah secangkir kopi hangat itu meluncur langsung ke atas meja mengenai sebuah map yang ada di hadapan Reza. Reza langsung menjauhkan map nya lalu mencoba membersihkan nya menggunakan tisu tapi noda hitam masih ada di berkas miliknya itu. Matanya menatap wanita di depan nya yang menunduk itu dengan tajam. Tanpa bicara Reza mengambil tas kerja nya langsung berlalu pergi. Jeni hanya diam saat Reza melengos melewatinya. Wanita itu langsung membersihkan meja karena kecerobohannya itu. ●●●●● "Kakak lo itu cewek atau cowok?" Tanya Jeni pada lelaki di sebelahnya. "Cewek." "Emang dia itu tipe cewek yang kaya gimana? biar gua bisa lebih mudah cariin kado yang pas buat kaka lo." Audi yang sedang menyetir terlihat sedang berpikir "dia itu tipe cewek yang tomboy." "Itu sih mudah," ucap Jeni. Sekarang kedua orang itu sedang menuju pusat perbelanjaan. Tadi Audi menghubunginya meminta ditemani mencari hadiah untuk kakaknya dan Jeni langsung mengiyakan. Daripada ia lama-lama setres di rumah lebih baik ia ikut Audi sekalian jalan-jalan tanpa meminta izin kepada Reza pastinya. Mengingat kejadian tadi pagi membuat Jeni kembali kesal. Memang dia yang salah tetapi melihat sikap Reza yang seperti itu ia tidak merasa bersalah sama sekali malah ia senang. "Udah sampai." Jeni terkejut saat pintu mobil di sebelahnya di bukakan oleh Audi. "Kenapa melamun?" Tanya Audi ketika mereka masuk ke Mall. "Ga papa." Audi menatap Jeni sambil tersenyum. Tangan nya terangkat mengacak gemas rambut Jeni yang tergerai. Keduanya terlihat seperti sepasang kekasih. Jeni yang memakai dress coklat dan Audi yang memakai kemeja hitam dengan celana bahan warna hitam. Mereka berbelanja banyak barang untuk hadiah kakaknya Audi yang akan berulangtahun besok. "Ini saja bu belanjanya?" Tanya kasir nya saat Jeni menyerahkan troli belanjaan mereka. Jeni mengangguk. "Ini pakaian untuk perempuan semua. Suaminya ga belanja bu?" Pelayan kasir itu menatap Audi. Jeni dan Audi tertawa mendengar perkataan mbak mbak kasir yang mengira bahwa mereka sepasang suami istri dan mereka tak menyangkal sedikitpun. Setelah membeli hadiah mereka berjalan menuju toko khusus pakaian wanita. Audi hanya membuntuti Jeni dengan tangan penuh dengan tas belanjaan. Jeni memilih milih baju yang cocok untuknya. "Menurut lo bagusan yang mana?" Tanya Jeni memperlihatkan dress berwarna hijau dan hitam dengan motif sama. Audi menatap kedua dress itu bergantian lalu kembali menatap Jeni "dress hitam kayanya cocok banget buat lo." Jeni mengangguk lalu membawa dress hitam pilihan Audi tadi ke kasir. Saat akan Jeni mengambil kartu miliknya Audi lebih dulu menyodorkan blackcard miliknya membuat Jeni menatap lelaki itu bingung. "Rasa terimakasih gua karena lo udah bantuin gua cari hadiah." Jeni mengangguk membuat Audi tersenyum karena Jeni tidak menolaknya. "Biar gua bawain," Audi mengambil tas belanjaan Jeni. "Gua laper," ucap Jeni sambil menyentuh perutnya. Audi terkekeh gemas lalu menggandeng Jeni menuju sebuah restoran seafood. Jeni yang sangat suka makanan laut pun merasa senang tidak menghiraukan tangannya yang digandeng oleh Audi. Mereka duduk di kursi tengah-tengah restoran. Jeni sudah pasti memesan lobster asam manis kesukaannya. "Lo suka makanan laut?" Tanya Audi ketika Jeni dengan lahap makan dua lobster yang ada di piringnya. "Bawnget," Jeni menjawab dengan mulut penuh. "Ntar kesedak tau rasa," Audi menggelengkan kepalanya gemas melihat cewek di depannya. "Menurut lo gua cantik ga?" Tanya Jeni tiba-tiba. Audi yang tengah asik menikmati makanannya menatap wajah Jeni ketika cewek itu melontarkan pertanyaan kepadanya. Audi tersenyum tidak menjawab lalu kembali menikmati makanannya. "Gua nanya?" Tanya Jeni kesal karena Lelaki di depannya tidak menjawab pertanyaannya. "Kenapa tiba-tiba nanya kaya gitu?" Audi bertanya balik. "Kalo orang nanya tuh dijawab bukan malah balik kasih pertanyaan," wajah Jeni cemberut. Audi tertawa melihat wajah Jeni yang sangat lucu. Lelaki itu meletakkan sendok nya lalu membersihkan tangan nya menggunakan tisu. Menatap Jeni lekat. "Lo cantik di mata orang yang suka sama lo," jawab Audi. "Tapi menurut lo gua cantik ga?" Tanya Jeni sekali lagi. "Cantik." "Berarti lo suka sama gua?" Tanya Jeni dengan senyum meledek. "Siapa sih ga suka sama cewek cantik kaya lo," Audi menjadi-jadi saat melihat cewek di depannya berusaha menahan senyumnya. "Dasar buaya darat," Jeni melemparkan tisu ke wajah Audi lalu tertawa. "Cemburu?" Tanya Dimas dengan senyum meledeknya saat Reza memandang tajam dua orang yang sedang tertawa tidak jauh dari mereka. "Heran deh sama lo. Istri tuh dibaikin bukam dicuekin," heran Dimas saat Reza menceritakan beberapa hari belakangan lelaki itu sengaja tidak menghiraukan Jeni. "Gua ngerasa bersalah Dim," ucap Reza tak terima Dimas yang terus-terusan menyalahkan dirinya. "Kalo ngerasa bersalah perbaiki Za bukan malah nambah masalah," perkataan Dimas membuat Reza tertohok. Reza berdiri ketika melihat Jeni dan temannya pergi keluar dari restoran. "Lo pulang sendiri," Reza meninggalkan Dimas yang memasang wajah kecut karena ditinggalkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD