56. Another Crew

2387 Words
Hari-hari Letty menjadi semakin berwarna ketika gadis itu mulai menjalin hubungan dengan pria bernama Alexander Oliver. Menghabiskan waktu seharian sambil berpegangan tangan dan kadang kala menyelesaikan tugas kampus. Berdiskusi dan berdebat soal pelajaran kampus yang kadang membuat keduanya bisa bertengkar lalu kemudian Alex akan berusaha menenangkan Letty dengan kalimat-kalimat romantis kemudian berakhir dengan ciuman mesra berlanjut saling menyalurkan gairah namun tidak sampai  berlanjut pada hal yang berbahaya. Di sisi lain, Letty akhirnya resmi menjadi ketua sindikat mafia bernama Black Glow. Fredrick telah secara resmi mengumumkan pada seluruh anak buahnya jika dia akan berbagi tanggung jawab dengan putrinya. Letty sepenuhnya bisa mengontrol semua terotori yang berada di bawah kekuasaan Black Glow. Waktu sabotase pun telah di tentukan dan Letty telah berhasil mengumpulkan sekelompok tim tanpa nama. Letty sangat beruntung bisa bertemu dengan Jo. Di luar dugaan ternyata gadis ninja itu punya banyak kolega yang semuanya adalah orang-orang handal. Malam ini, Jo kembali mengirim sebuah pesan pada Letty untuk segera pergi kesebuah kota untuk menjemput anggota barunya. **** Jame Flame's Apartemen 21.42 pm _______________________ Letty berjalan menuju walk in closet. Meraih skinny jins bermerek dunia dengan warna biru tua lalu dengan cepat memasangkan pada kaki jenjangnya. Gadis itu lalu beralih mengambil t-shirt hitam, memakainya dengan cepat kemudian menumpuknya dengan jaket kulit berwarna hitam. Bisa di bilang pakaian ini menjadi ciri khas Letty ketika malam dan misi menanti untuk di selesaikan. Bibir Letty masih mengunyah permen karet. Belakangan ini gadis itu menemukan sebuah metode untuk membuat gugupnya hilang, yaitu dengan mengunyah permen karet. Entah itu benar atau tidak tapi nyatanya gadis itu menikmati metode ini. Letty memang punya kemampuan khusus, dia tidak harus mengeluarkan banyak tenaga untuk bertarung. Gadis itu sangat ahli menggunakan senjata. Jangan lupa mata elangnya, ketika dia fokus, busur dan pelurunya bisa langsung mendarat di jantung lawan dan bahkan, Letty bisa dengan mudah mengendalikan pikiran seseorang. Di kebanyakan misi yang dia jalankan, Letty  memang lebih sering menggunakan kekuatan supranaturalnya ketimbang menggunakan kekuatan fisik. Sebab, Letty tidak ingin ada pertumpahan darah. Tapi, jika dia ingin sebuah kematian, dia hanya akan mengincar orang-orang tertentu. Letty memutar jam di tangannya. Lima menit lagi sebelum pukul sepuluh malam. Gadis itu bergegas mengambil sepatu boot kesayangannya. Dia berdiri lagi lalu berjalan mendekati lemari sepatunya. Letty menyelipkan jari-jemarinya pada sepasang sepatu hak tinggi berwarna biru tua. Dia meraih sebuah tombol dan menempelkan jari telunjuknya di sana. Terdengar bunyi 'bip' kecil kemudian lemari besar itu berputar seratus delapan puluh derajat. Lemari kaca yang sebelumnya di penuhi berbagai macam jenis sepatu kini tergantikan dengan deretan senjata api, FN FAL, rheinmetall, machine gun, revolver bahkan pistol sekelas desert eagle mark ada di sana. Tak terhitung ada berapa jenis senjata api di sana namun, ketahuilah, dari semua senjata berbahaya itu, hanya satu dari benda pembunuh dalam hitungan detik itu yang di pakai Letty saat menjalankan misi. Letty hendak meraih revolver dari barisan senjata api itu, hanya untuk berjaga-jaga jika suatu hal yang tak terduga mungkin akan terjadi. Lantas gadis itu menyelipkan revolver di tangannya kedalam jaket kulit yang dia kenakan. Setelahnya,Letty kembali menaruh jarinya pada tombol yang berbeda namun memiliki fungsi yang sama. Lemari itu berputar dan kembali pada posisi semula. Setelah semua persiapan selesai, terakhir Letty mengambil helm fullface. Bergegas keluar apartemen, matanya melirik ke kiri dan kanan hendak mengecek keadaan sekeliling. Setelah memastikan semuanya aman, Letty dengan cepat menuju pintu darurat. Seperti biasa, gadis itu akan memilih pintu darurat yang letaknya ada di samping unit apartemen tempat tinggalnya. Letty dengan lihai mengaitkan tali ke besi penyanggah. Setelah memastikan tali itu telah terikat sempurna, dengan cepat dia melompat sambil memegang tali itu. Hanya hitungan detik dan Letty kini telah berada di basemant tepat di samping sebuah motor produksi negara Italia yang merupakan hadiah dari ayahnya ketika Letty menyelesaikan misinya di London. Letty bergegas membuka kain yang menutupi motor itu. Bergegas menungganginya lalu memakai helm. Gadis itu lalu mengisi kunci kemudian memutarnya dan segera melesatkan motor sport itu keluar dari apartemennya. Ducatti corse yang di tunggangi Letty melesat dengan cepat di antara banyaknya kendaraan yang lalu lalang di jalan raya. Dia terus mengisi gigi sambil menambah kecepatan hingga jarum di speedo meter hampir menunjuk pada garis akhir. Islington adalah kota yang hendak di datangi Letty. Sebuah jalan yang terlalu sepi, sangat sepi. Lorong gelap tanpa penerangan yang cukup. Suasana yang tampak mencekam ketika angin malam seolah berubah menjadi lagu menyeramkan namun tidak serta merta menghentikan kendaraan gadis itu, hingga dia tiba di depan sebuah frat. Berjejer banyak sekali kendaraan di sana mulai dari roda dua hingga roda empat, sepertinya ada pesta di dalam sana. Letty memarkirkan motornya di antara banyak motor yang berjejer di halaman itu. Kaki jenjang gadis itu mulai melangkah mamsuki frat . Di luar ada beberapa pasang pria dan wanita yang tengah asik b******u, sementara di dalam terlalu banyak orang dan musik elektronik yang menganggu. Well, Letty bukannya tidak suka. Dia sering ke club dan menghabiskan semalam di sana tapi, disini berbeda. Kebanyakan dari mereka sudah mabuk oleh ganja dan Letty benci semua itu. "Sialan." Gadis itu bergumam sambil mengibaskan tangan di depan wajahnya. Matanya masih memantau situasi di depan sambil menerka-nerka dimana pria yang dimaksud Jo. Letty menutup mata, dia berharap bisa menemukan pria itu lewat kemampuannya. Insting gadis itu menuntunya untuk berjalan menuju lantai dua. Menaiki anak tangga yang terbuat dari kayu. Lorong tanpa lampu di lantai dua. Ada beberapa pintu di sana. Letty memicingkan mata. Rungunya sangat tajam mendengar suara kecil di salah satu ruangan yang membuat gadis itu akhirnya mendekat. Manik abu-abu biru itu mengintip lewat celah pintu yang tidak tertutup. Mengangkat tangan lalu perlahan mulai mendorong pintu di depannya. Matanya kembali mengecil. Dia masih mencari-cari sumber suara itu. Dia yakin sekali berada di dalam ruangan ini. "Gunakan password kedua. Servernya berbeda dari sebelumnya. Sepertinya mereka mengganti sistemnya. Sialan, kenapa makin susah di tembus, hah?" Letty berhenti di samping lemari kayu, mengintip dari sana dan dia mendapati seorang pria memakai kacamata tengah asik di depan sebuah layar komputer. Satu sisi tangannya mengepal di depan bibir sementara tangannya yang lain terihat sibuk menggerakan mouse komputer. "Dapat!" Tangan yang mengepal itu melayang ke udara saat dia terlalu senang. "Sekarang, masukan nomor rekening," ucapnya lagi. Kini sepuluh jarinya sibuk mengutak-atik keyboard di depannya. Terdengar bunyi ketukkan cepat dari keyboard yang di timbulkan oleh jari-jemarinya yang terlalu lihai. Letty masih memantau dari tempatnya, dia mulai penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. "Hei!" Letty memutar tubuh dengan cepat saat tiba-tiba seseorang bersuara di belakangnya. Seorang pria bertubuh besar, dan seorang lagi bertubuh jangkung. Mereka memiliki banyak tato di sekujur tubuh dan leher mereka. Letty bisa melihat semua itu. "Ha - hai ...." Letty tersenyum sambil melambaikan tangannya.  Pria berbadan besar itu mendecih. "Sepertinya ada tikus yang tersesat, hah?" ucapnya. Temannya berseringai. Pria jangkung itu membawa ibu jarinya ke bibir lalu menjilatnya. Letty berbalik lagi dan hendak melihat pria berkacamata tadi lalu tiba-tiba saja mata Letty bertemu sebuah balok yang siap menghantam kepalanya. "Ups ..." Letty menjungkir balikkan badannya kebelakang. Mata elangnya berhasil menangkap gerakan cepat dari tangan yang hendak mengayunkan balok ke kepalanya. Dia berhasil menghindari pukulan itu lalu dengan cepat Letty berdiri — berbalik badan dan langsung melayangkan pukulan lewat kaki jenjangnya. BUK ... Tidak ada yang tidak bisa di raih kaki jenjang itu. Tubuh pria berkacamata itu pun berputar seperti spinner kemudian tubuhnya terlempar menabrak tembok di belakangnya. "Uhh ... ternyata kau kuat juga, yah." Pria  jangkung di belakang akhirnya bersuara. Letty telah berdiri dengan posisi sempurna. Dia mengibaskan tangan kepundaknya. Memberi tatapan menantang pada dua pria yang tengah berdiri di depannya. Gadis itu melipat tangan di depan d**a lalu jari telunjuknya terangkat. Bergerak di depan dadanya memberi kode pada dua orang pria itu untuk mendekat. "Cih ...." Salah satu dari mereka mendecih. Itu si jangkung. Manik matanya mengecil, dagunya terangkat lalu dia membawa ibu jarinya ke bibir kemudian menjilatnya sekali lagi. "Gadis sepertimu harus di hukum di ranjang," ucap si badan besar. Dua orang lelaki itu saling menatap, lalu tertawa dengan nada mengejek. Si gendut menunjuk ke arah Letty dengan menggerakkan kepalanya. Dia memberi kode untuk menyerang bersamaan tapi di luar dugaan ternyata si jangkung malah mengeluarkan senjata. DOR ... Dia tidak menunggu waktu lama untuk menarik pelatuknya namun, setelah itu dia malah tercengang. Sangat tercengang sampai pria itu merasa dia tidak bisa bernapas. Di sisi lain Letty terkekeh. Kaki jenjang itu melangkah dengan langkah gontai menghampiri pria jangkung. "Ba - bagaimana bisa ...." Si gendut bergumam. Satu detik sebelum pelatuk si jangkung melayang, Letty sebenarnya telah siap dengan revolvernya. Saat si jangkung menarik pelatuk, mata elang Letty pun menyala di tengah kegelapan dan dengan cepat dia menarik pelatuk dan menghadang peluru yang sedang menuju cepat ke arahnya. Peluru dengan peluru itu bertabrakan di ruangan kecil ini, menimbulkan bunyi yang cukup kuat dan membuat dua orang pria itu tercengang. Letty berada di depan tubuh si jangkung. Dia meraih tangan pria itu yang masih memegang pistol, lalu mengarahkan mulut pistol ke dadanya. "Tembak," ucap Letty. Namun si jangkung tidak berkutik. Dia masih termangu-mangu. Kemudian si gendut menggerakkan tangannya meraih bangku di belakangnya lalu dengan cepat melayangkan ke udara dan hendak melemparnya ke arah Letty tapi, dengan cepat Letty memutar tubuhnya dan menghadang benda keras itu dengan kakinya. PRANG .... Kursi kayu itu hancur di udara lalu kerangkanya jatuh di kepala si gendut. Masih tidak menyerah si gendut akhirnya mulai menggunkan fisiknya. Menyerang Letty dengan kepalan tangan sementara si jangkung yang telah sadar akhirnya berinisiatif untuk menambak Letty lagi. Letty tersenyum. Matanya benar-benar berfungsi di tengah kegelapan, dia sedang berusaha menghindari pukulan dari si gendut namun instingnya juga tidak melupakan si jangkung. Satu trik lama akan membuat permainan ini berakhir. DOR ... "Awh!" Si gendut meringis. "What the f**k, you doing!" Dia berteriak pada si jangkung tapi tampaknya pria itu semakin tercengang. Tangan si jangkung bergetar dan dia hanya bisa menggeleng pelan. "Tanganku bergerak sendiri," ucap si jangkung. Letty melirik kebelakang. Ada kursi kecil di sana lalu Letty duduk di sana sambil memangku kakinya. "Hah ...." Letty mendesah kecewa. Dia melipat tangan di d**a sambil menggelengkan kepala. "Kupikir aku akan bertemu gengster, ternyata hanya ikan badut," ucap gadis itu. Si gendut sudah tidak bisa bergerak lagi sebab temannya menembak kakinya. Dia masih terus meringis dan si jangkung sudah tidak bisa memegang pistolnya dengan benar karena tangannya terus bergetar. "Siapa kau? Gadis sialan," ucap si gendut. Raut wajahnya sangat kesal. "Katakan padaku, siapa dia antara kalian yang bernama Mike," ucap Letty. Si jangkung dan si gendut saling menatap. "Kenapa kau mencarinya?" tanya si gendut. "Bukan urusanmu," ucap Letty. Si gendut menundukkan kepala, lantas Letty melempar tatapan pada si jangkung tapi dia juga menundukkan kepala. "Hell ...." Letty memutar bola mata sambil melayangkan tangan ke udara. "Apa kita perlu bertarung lagi?" Letty berdiri. "Tidak ... tidak," sergah si gendut. Dia berlutut di depan kaki Letty. "Mike, dia ...." "Dia ada di bawah," sergah si jangkung. Letty menggeleng. Tatapannya beralih pada pria berkacamata yang sudah pingsan sedari tadi. "Kalian pikir bisa membodohi aku?" ucap Letty. Dia bisa melihat dengan jelas isi kepala dari dua orang bodoh itu. Letty mendorong wajah si gendut yang sejak tadi di depan kakinya lalu dengan cepat dia menuju ke arah pria berkacamata. Letty berjongkok lalu memutar tubuh pria itu tapi sialnya tiba-tiba saja si kacamata itu membuka matanya dan langsung meraih kepala Letty. Dalam hitungan sepersekian detik dia sudah melilitkan kabel di tangannya ke leher Letty. "Ck!" Letty berdecak. Pria itu sangat brutal dan langsung menarik kabel dan membuat Letty sesak napas. Mata gadis itu membesar. Dadanya mendadak perih lalu dengan cepat Letty meraih kepala pria itu kemudian membenturkan dahinya dengan dahi pria itu. Tidak berhenti di situ, Letty lalu menarik tangan pria itu, membantingnya ke depan membuat d**a pria itu menabrak lantai dengan sangat kuat. Kemudian untuk menghentikan pergerakan brutalnya, Letty menarik dua tangan pria itu kebelakang punggung kemudian menguncinya di sana. "Uhuk ...." Letty berbatuk dengan keras. Dia tidak bisa bohong jika semenit yang lalu pria itu hampir saja membuat Letty kehilangan napasnya. "Sialan!" Letty menghadiahkan bogem mentah di wajah pria mungil itu saat pria itu hendak memutar kepalanya. "Kenapa Jo merekomendasikan pria bodoh ini," gumam Letty. Dia sudah mengunci pergerakan pria ini sehingga dia tidak bisa berkutik lagi. "Tunggu, tunggu ...." Pria mungil itu berusaha keras memiringkan wajahnya ke samping. Dia sudah pasrah sebab Letty sudah mengunci dua tangannya di belakang punggung lalu kemudian Letty juga sudah duduk di atas punggungnya. "Apa tadi kau bilang Jo?" tanya pria itu. "Ya!" jawab Letty dengan nada keras. Pria itu tertawa dengan suara yang keras kemudian dia membenturkan wajahnya ke lantai berulang kali. Letty mengerutkan dahi. "Astaga ...." Gadis itu memutar bola mata lalu menggelengkan kepala. "Apa jalang itu sudah kembali?" ucap pria itu dia masih tertawa konyol di bawah sana. "Ben, Zack," panggilnya. Sepertinya dia memanggil dua orang antek-antek di belakang. "Sepertinya kita akan mulai makan di restoran lagi," lanjut pria itu. "Hei, nona ...." Pria itu berusaha keras menepuk-nepuk tangan Letty dengan kedua tangannya yang terikat oleh kuncian Letty. "Apa jalang itu menyuruhmu menjemput kami?" tanya pria itu. "Iya, tapi tidak untuk bekerja padanya," ucap Letty. Pria itu berusaha keras memalingkan wajahnya. Dia ingin sekali menatap Letty lalu akhirnya Letty berdiri dan melepaskan kunciannya pada pria itu. "Berdiri," perintah Letty. Pria itu lalu memutar tubuhnya. Tak tampak ketakutan di wajah konyolnya yang masih terus tertawa tanpa arti yang jelas. "Mulai sekarang kalian ikut denganku," lanjut gadis itu. Dia  mengibaskan kedua tangannya. "Nona apa kami juga?" ucap si gendut. Letty lalu menatap dua orang yang sebelumnya beradu tenaga dengannya. "Tadi kubilang kalian, berarti semuanya," ucap Letty. Gadis itu tahu apa yang bisa di lakukan oleh dua orang konyol itu. Mereka adalah anak buah loyal milik Mike dan juga bekerja sama cukup lama dengan Jo. Pria bernama Mike itu berdiri. Dia masih tertawa hingga terpingkal-pingkal. Sebelumnya dia terlihat lugu dengan kacamata kuda tapi ternyata dia punya sifat yang jauh berbeda dari penampilannya. Mike mengulurkan tangannya. Raut wajahnya kembali berubah tegang namun di detik selanjutnya bibirnya terangkat membentuk seringaian. "Welcome my bitches Madam," ucap Mike. "Psycho," gumam Letty. Dia tersenyum kemudian meraih tangan yang terjulur itu lalu menjabatnya. Letty teringat isi pesan Jo yang diterimanya kemarin malam. 'Dia seorang sikopat yang memiliki banyak kepribadian tapi, otaknya melebihi para ilmuan. Dia punya jari ajaib. Ambil dia dan jadikan dia anak buahmu. Kau akan kaget saat melihat bagaimana caranya meretas sistem keamanan.'
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD