INCREDIBLE LOVE

"Lo gak tau apa yang gue rasain Zi, lo gak pernah ada di posisi gue." Pandangan Sabrina tampak lurus ke depan, membiarkan semilir angin menyapu rambutnya hingga menutupi setengah wajah nya. Zeta yang berdiri di belakang gadis itu, hanya diam dan membiarkan Sabrina berdamai dengan perasaan nya sendiri. Apa yang di lalui gadis itu, sangat berat, dia tau itu. "Seperti yang pernah gue bilang sama lo dulu. Hidup lo sempurna, lo gak akan ngerti jika berada di posisi gue. Lo punya segala hal yang gak gue punya Zi, lo miliki semua nya. Hingga kalau gue di sandingkan dengan lo, gak akan pernah sebanding. Lo ibarat seorang putri di sebuah kerajaan, dan gue seorang pelayan nya." lirih Sabrina tanpa membalikkan tubuh, enggan menatap lawan bicara nya. Zeta memejamkan mata nya, setetes air mata mengalir di wajah nya. Kenapa Sabrina bisa bersuara yang begitu menyakiti perasaan nya? "Percuma Zi, lo mau bilang sabar berapa kali pun ke gue. Gak akan pernah mempan, justru karna sabar lah gue berada di titik ini. Titik dimana rasa nya gue ingin menyerah. Gue capek Zi, gue capek bersikap kuat, tapi batin gue tersiksa." Zeta menarik nafas nya sejenak, lalu menghapus air mata nya. Menatap punggung Sabrina. "Kenapa lo ngomong kayak gitu? Selama ini gue gak pernah nganggap lo serendah itu. Bukan nya selama ini lo selalu berusaha jaga perasaan gue? Tapi kenapa sekarang lo nyakitin gue." Suara gadis itu terdengar bergetar. Sabrina spontan membalikkan tubuh nya, mata nya langsung saja bertemu dengan mata berair Zeta. Dia tidak bermaksud menyakiti Zeta. "Itu kenyataan yang harus lo terima. Karna apa? Lo gak akan pernah ngerti jadi gue!" Sabrina menekankan suara nya pada kalimat terakhir, mata nya berubah tajam mengisyaratkan ada emosi terpendam di sana. Dua orang cowok di belakang Zeta itu tertegun mendengar ucapan Sabrina. Ini pertama kali nya, Sabrina menyakiti perasaan Zeta. Zeta memumar tubuh nya, mata nya langsung saja bertemu dengan Malvin. Air mata kembai mengalir di mata nya, hingga dia menjatuhkan kepala nya di d**a bidang Malvin. Menangis sekuat mungkin di sana, melepaskan segala sesak di d**a nya. Tangan Malvin terangkat dan mendekap erat tubuh istrinya, membiarkan Zeta menangis selama yang dia mau. Sementara Gevan, menatap punggung Sabrina yang semakin menjauh. Gadis itu hanya kecewa, iya. Gevan yakin, Sabrina hanya kecewa dengan hidup nya, dia tidak bermaksud menyakiti Zeta.