"Mami senang lihat kalian. Satu pesan Mami, jaga hubungan kalian agar tetap mesra seperti sekarang." Livia menatap sebutir obat di tangannya. Ucapan Risa tentang seorang cucu terus terngiang. Belum lagi perlakuan baik Risa membuat Livia benar-benar merasakan memiliki seorang ibu. Haruskah dia menghentikan meminun pencegah kehamilan ini, agar segera memiliki cucu yang diinginkan Risa. Tapi meski William terus menunjukkan rasa cintanya, Livia masih saja ragu. Sebab seberapapun dia membuka hatinya bayangan Nathan selalu ada. Bagaimana kalau hingga akhir Livia tak juga bisa mencintai William? Bukankah memiliki anak bukan keputusan yang baik? Dan William akan tersakiti. Tapi hati Livia terus merasa bersalah, sebab bagaimana pun kehadiran bayi dari rahimnya sangat di nanti Risa dan Ibra. "

