Tampan dan seksi

1116 Words
“Ya, ampun, Mas! Kenapa masih belum siap? Ini udah jam berapa? Aduh, mana itu roti sobek, eh, dadanya dibiarkan terekspos gitu, kan mata Neneng jadi ternodai! Biarpun udah sering lihat punya Kang Doyok, tetep aja, yang ini lebih syeksihhh!!!”   Ternyata yang mengetuk pintu adalah Neneng. Asisten yang siakpnya demi apa pun tak pernah gagal membuat kepala Rakha geleng-geleng keheranan.   Mendengar ucapan Neneng yang kelewat aneh juga menyebalkan, Rakha menghela napas seraya memutar bola matanya malas. Tatapannya ia fokuskan kepada Neneng yang tengah senyum-senyum tak jelas. “Apa?”   “Mas lupa? Kalau hari ini Mas ada janji kencan buta?”   Kencan buta? Rakha bertanya dalam hati sekaligus mengingat-ngingat apakah ia memang ada janji untuk melakukan hal seperti apa yang dikatakan oleh Neneng. Sampai detik berikutnya, ia mengingat sesuatu yang seketika langsung membuat tubuhnya menegang.   Benar, kencang buta. Ah, tidak, lebih tepatnya kencan yang sangat terpaksa.   Setelah mengenalkan dirinya dengan perempuan di rumah sakit kemarin, perempuan bernama lengkap Anna Lee, perempuan yang sikapnya demi apa pun sangat dan sangat jauh dari cerminan perempuan, perempuan yang entah kenapa dengan lantangnya bisa mengatakan bahwa dia setuju dan sangat setuju dengan perjodohan gila itu, mamanya mengatakan bahwa sekarang ia harus menjalankan kencan pertama dengan Anna, dengan tujuan agar ia dan perempuan berusia tiga puluh tahun itu bisa saling mengenal satu sama lain.   Sebenarnya ini bukan kali pertama, sedari dulu mama ataupun keluarganya yang lain memang sering menjodoh-jodohkannya dengan perempuan pilihan mereka, dan sejauh ini belum ada yang cocok untuk dirinya. Ia belum menemukan perempuan yang sesuai dengan perempuan impiannya, belum menemukan yang pas dengan apa yang ia inginkan. Bukannya pilih-pilih, namun, jika menyangkut kehidupan dan waktu yang panjang, laki-laki juga memiliki kriteria sendiri untuk memilih pendamping hidupnya.   Seperti Rakha yang menginginkan perempuan sederhana, lemah lembut dan apa adanya.   Namun, sejauh ini, yang ia temukan tidak jauh dari perempuan banyak tingkah dan banyak maunya.   “Mas? Mas Rakha?!” ujar Neneng sembari mengayunkan telapak tangan di hadapan wajah laki-laki yang tengah telanjang d**a itu.   Rakha yang pikirannya tengah melantur ke mana-mana, sedikit terkejut dengan ujaran Neneng di hadapannya. “Apa?”   “Ngapain bengong? Lagi mikirin apa? Mikirin Neneng, ya? jangan, dong, nanti Kang Doyok marah.” Neneng tersenyum lebar, menampilkan deretan giginya. “Udah sana, cepetan siap-siap, hari ini hari yang spesial buat Mas Rakha. Karena mau ketemu calon istri, kan?”   Jangan heran, meskipun statusnya sebagai Asistan rumah tangga, Neneng memang selalu bersikap seperti itu kepada Rakha maupun kepada penghuni lain di rumah ini. Sikapnya yang petakilan juga sembronoh, membuat orang-orang rumah tahu dan paham, terkadang mereka juga malah ikut-ikutan meladeni tingkah anehnya. Terkecuali dengan Rakha, yang selalu dan kian hari kian merasa kesal dengan tingkah perempuan yang selalu mengepang rambutnya itu.   Tanpa mau basa-basi lagi, Rakha berdecak kecil kemudian menutup pintu begitu saja. Kakinya mulai melangkah, menuju lemari guna menyiapkan pakaian yang akan ia kenakan hari ini.   Sesuatu yang bersifat memaksa, itu memang sangat mengganggu dan menyebalkan. Rakha tidak tahu, sebelumnya, sejak pertemuan itu, ia tidak ada mengatakan iya atau kata setuju untuk perjodohan itu. namun bagaimanapun mamanya tetap memaksa, dan ia tidak memiliki pilihan untuk menolak. Sampai hari ini ia juga harus terpaksa melakukan kencan buta bersama wanita bernama Anna itu.   Tidak apa, Rakha sudah menegaskan kepada dirinya sendiri kalau hari ini ia hanya perlu bersiap, berdandan rapi, menjemput perempuan itu di rumah sakit, kemudian menjalankan apa yang diperintahkan oleh mamanya. Selanjutnya gimana nanti. Namun Rakha sudah mewanti-wanti kalau ia tidak akan pernah tertarik sedikitpun kepada wanita yang bahkan dari segi umur saja sudah berbeda cukup jauh dengan dirinya. Yang harus ia lakukan hanyalah tenang, dan bersikap seolah semuanya biasa-biasa saja.   ***   “Kamu cantik banget, Mom kaget liatnya.”   Senyum Anna mengembang, bersamaan dengan tubuhnya yang kembali mendekat ke arah wanita paruh baya yang tidak lain adalah wanita yang sudah melahirkannya ke dunia itu. “Cantiknya Anna, turun dari Mom. Mom cantik, anaknya sudah pasti jauh lebih cantik. Iya, kan, Dad?” Anna beralih menatap papanya yang tengah duduk di sofa.   Laki-laki dengan kacamata bundar yang bertengger sempurna di hidungnya, menoleh sekilas dengan senyum tipis yang ikut menghias bibirnya. “Yes, putri Dad emang paling cantik. Sebelumnya sudah sangat cantik, tapi sekarang kamu terlihat jauh lebih cantik.”   “Kalau tidak cantik, bukan Anna namanya.”   Mom dan Dad Anna terkekeh secara bersamaan, dengan mata yang saling menatap satu sama lain. Beralih menatap putri mereka yang hari ini terlihat sangat ceria, bahkan senyuman yang terukir di bibir indah seorang Anna, belum terlihat indah seperti sekarang, sebelumnya.   “Makasih untuk kejutannya sayang. Mom happy, sangat happy. Tapi, Mom harap, Anna juga selalu happy.”   Lagi, Anna tersenyum kemudian memeluk tubuh mamanya dari samping. “Anna happy, Mom. Apalagi hari ini, hehe.”   “Dad masih heran sampai sekarang, biasanya kamu pilih-pilih banget, tapi yang kemarin kenapa cepet banget milihnya?”   Anna yang mengerti maksud dari ucapan Dad-nya, menoleh dengan senyum yang masih mengembang. “Oh, ayolah, Dad, Rakha itu laki-laki yang nyaris sempurna. Tampan dan seksinya membuat Anna harus tancap gas saat itu juga. Kalau nggak, nanti ditikung tante-tante yang lain, kan, bahaya,” jawabnya.   “Jadi, alasan utamanya karena Rakha tampan dan seksi? Bukan karena permintaan Mom?”   “Alasan utama, karena Rakha pilihan Mom And Dad. Alasan kedua, karena Rakha tampan dan seksi, alasan ketiga, Rakha tampan dan seksi, alasan keempat karena Rakha tampan dan seksi, dan alasan seterusnya, karena Rakha tampan dan seksi.”   Laki-laki dan wanita itu sama-sama menggeleng heran mendengar ucapan anaknya. Sudah berumur kepala tiga, namun bisa dilihat, kan, bagaimana caranya bertingkah, bagaimana caranya dia berbicara, bagaimana caranya dia menyikapi apa yang terjadi di dekatanya. Terbiasa dimanja membuat Anna harus memiliki masa dewasa seperti ini. Ditambah, perempuan itu yang selalu menunda dan penuh alasan ketika ditanya soal menikah, padahal, kalau tidak salah hitung, sampai detik ini, anak itu sudah memiliki lebih dari tiga puluh mantan kekasih.   Sangat mengejutkan, bukan?   Ketukan pintu dari luar membuat tiga pasang mata yang ada di dalam ruangan itu menoleh, dengan sorot mata Anna yang terlihat lebih berbinar daripada sorot mata Mom dan Dad-nya. Sumbringah seperti mendapatkan lotre dengan hadiah yang menguntungkan, Anna segera beranjak untuk membuka pintu ruangan itu.   Awalnya sudah mantap, namun ketika kakinya sudah sampai tepat di depan pintu, wanita itu menunda niatnya dan malah berganti memegang dadanya sendiri. Hal itu membuat mamanya menatap dengan dahi yang mengerut heran. “Kenapa, An?”   “Deg-degan, Mom.”   “Why?”   Tidak menjawab, Anna memilih mengatur napas kemudian membuka pintu secara perlahan. Gemuruh hebat yang mengguncang organ di dalam rongga dadanya itu seketika menghilang, saat matanya melihat, ternyata orang yang mengetuk pintu itu bukanlah orang yang ia harapkan, bukan orang yang menjadi penyebab gemuruh hebat dalam rongga dadanya itu.   “Ampun, Nyai….”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD