“Besok pagi kita bulan madu, ya.” Apa aku tidak salah dengar? Kenapa Gabe malah mengajakku berbulan madu setelah mengangkat panggilan itu? “Kamu ... bercanda, kan?” tanyaku yang memang tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. “Apa saya bercanda waktu saya ngajak kamu nikah?” Oke. Wajah suamiku memang wajah yang tak bisa dibilang bercanda. Maka dari itu, setiap kali ia bersikap vulgar, aku selalu terkejut dan tak mampu berkata-kata. “Enggak.” Aku akhirnya menjawab. Eh, tunggu! Aku kan, tidak punya dokumen-dokumen penting untuk berpergian ke luar negeri! Bagaimana caranya kami bisa ber ... ekhm. Berbulan madu. “Saya enggak punya pasport,” ujarku lagi. Gabe tersenyum tipis sebelum mengacak rambutku. Sumpah! Aku rasanya ingin meleleh sekarang. Kenapa dia manis sekali, sih?! “

