Di tengah perjalanan menuju Nora Salon, suasana hening dipecahkan oleh nyaringnya suara ponsel milik Gabe. Aku melirik sekilas ke arah pria itu sebelum kembali menatap jalan yang ada di sebelahku. “Hallo?” Aku mendengar Gabe menyapa orang yang menghubunginya. “....” Aku mendengar jelas saat Gabe menghembuskan napasnya kasar. “Emang ada urusan apa?” Suaranya terdengar jengkel. “....” “Oke.” Gabe memutuskan sambungannya. “Kamu ada urusan? Kalo kamu ada urusan, saya turun disini aja. Enggak apa-apa,” ujarku tanpa menoleh ke arah suamiku itu. “Kamu nguping?” tanya Gabe dengan kekehan diakhir kalimatnya. “Suara kamu kedengaran, tuh.” Aku menoleh ke arahnya, tidak terima jika ia menyebutku menguping. “Saya akan tetap anterin kamu ke salon. Kita beli ponsel setelahnya,” ujar Gabe sambil

