Kecelakaan

1116 Words
"Pantas aku gak tenang dari tadi sore," kata Sarah. "Cepat Mas," pinta gadis itu. "Sabar sayang, ingat ini jalanan Puncak, kita nggak bisa ngebut-ngebut sembarangan, celaka nanti kita," kata Sultan, pria itu sedikit kesal sebenarnya karena lagi-lagi Rumaisyah mengganggu acaranya dengan Sarah. "Lagian, apa sih yang dilakukan Rumaisyah, bisa-bisanya kecelakaan, di Bandung lagi?" "Ya nggak tahu Mas, Rumaisyah kan nggak ngebut, dia juga gak ada ngomong apa-apa soal dia ke Bandung, mana dia lagi sakit lagi," kata Sarah. Sarah, tadi mendapat kabar dari kepolisian yang menggunakan ponsel milik Rumaisyah, mengatakan jika sahabatnya itu mengalami kecelakaan dan saat ini tengah berada di rumah sakit. "Ya Tuhan, pantas aku kepikiran Rumaisyah terus," gumam Sarah, ia benar-benar cemas saat ini. "Sabar sayang, kata polisi gimana Rumaisyah tadi?" tanya Sultan. "Gak tau, aku syok, gak dengar banget," jawab Sarah. "Ya sudah, kamu tenang ya sekarang, aku usahakan kita secepatnya sampai sana," kata Sultan. Akhirnya, setelah menempuh perjalanan hampir 3 jam, Sarah dan Sultan sampai di salah satu Rumah Sakit di daerah Bandung. Mereka langsung menuju IGD. Di sana, sudah ada beberapa polisi yang berjaga menunggu pihak keluarga korban. "Bagaimana keadaan Rumaisyah, saya saudaranya?" tanya Sarah tak sabar. "Korban mengalami beberapa luka di tangan dan kaki," jawab Polisi, lalu ia menceritakan kronologi kecelakaan di mana Rumaisyah menaiki travel jurusan Bandung. Namun, travel itu mengalami kecelakaan di toll, satu orang meninggal dunia dan itu adalah sopir travel, selain itu kenek dan 4 orang penumpang termasuk Rumaisyah mengalami luka berat dan ringan. "Untuk saudara Rumaisyah sendiri sekarang belum sadarkan diri," kata Polisi itu. "Ya Tuhan," ucap Sarah. "Lebih baik kamu lihat keadaan Rumaisyah sayang, urusan di sini biar aku yang tangani," kata Sultan. Sarah mengangguk, lalu ia masuk ke ruang IGD untuk melihat keadaan Rumaisyah. Setelah mendapat arahan dari perawat, Sarah mendapati Rumaisyah masih terbaring tak sadarkan diri. "Ya Tuhan Syah," ucap Sarah, celana Rumaisyah robek di bagian betis, sudah ada luka yang dijahit di sana, tangan Rumaisyah dan kening gadis itu juga diperbab. Sarah tak tahan, ia menangis dan memeluk sahabatnya itu. "Syah, aku di sini Syah," ucapnya. Hati Sarah serasa bergetar, ia takut kehilangan Rumaisyah seperti dulu ia kehilangan ibunya akibat kecelakaan. Dulu, ia datang ke rumah sakit seperti sekarang, bedanya dulu ia dapati ibunya sudah terbujur kaku, dan dingin kulitnya. Berbeda dengan Rumaisyah yang masih terasa hangat tubuhnya juga ada napasnya membuat Sarah merasa lega dan bersyukur. "Syukurlah kamu masih selamat Syah," ucap Sarah. Tak bisa ia bayangkan jika dirinya harus kehilangan sahabat baiknya itu. Teman setia yang selalu menjadi pendengar yang baik untuknya. Rumaisyah sangat berharga bagi kehidupan Sarah yang tak punya ibu, juga tak punya kakak atau adik. Karena itulah, Sarah sangat menyayangi Rumaisyah, sahabat rasa saudara. Sarah, selalu ingin bisa berbagi kebahagiaan dengan Rumaisyah, bahkan andai bisa, ia ingin Rumaisyah juga membagi rasa sakitnya padanya. Namun, Rumaisyah adalah tipe orang yang tak mau orang lain melihat kesedihannya. Gadis itu selalu memendam masalahnya sendiri. Hal itu membuat Sarah harus kerja keras menebak apa masalah sahabatnya itu agar bisa membantunya. Karena itu juga, Sarah memaksa Rumaisyah bekerja menjadi sekretaris Sultan, selain ia bisa meminta Rumaisyah mengawasi Sultan selama ia dan kekasihnya itu LDR, menurutnya itu juga aman bagi Rumaisyah yang tinggal seorang diri karena Sarah yakin, Sultan akan menjaga Rumaisyah seperti adiknya. "Ya Tuhan Syah," ucap Sarah, ia mengecup kening Rumaisyah yang masih memejamkan matanya. "Permisi." Sarah melepas pelukannya pada Rumaisyah, ia menoleh, seorang dokter dan suster datang menghampirinya. "Ya dok," jawab Sarah, ia hapus air matanya. "Em, kenapa adik saya belum sadar dok?" tanya Sarah, ia khawatir terjadi luka dalam pada kepala Rumaisyah. Dokter tersenyum lembut. "Tidak apa Mba, pasien hanya tidur efek obat saja," jawabnya. Sarah menghela napasnya lega. "Syukurlah," ucapnya. "Tapi, pasien perlu penanganan lebih lanjut," kata dokter. "Jadi, pasien perlu rawat inap setidaknya tiga hari, kami harus melakukan observasi, sampai keadaan ibu dan janinnya dipastikan sehat." Sarah mengangguk. "Lakukan yang terbaik dok," jawabnya. Hingga kemudian, Sarah mengernyitkan dahinya mengingat apa yang dikatakan dokter barusan. "Oke, kalau begitu silakan untuk keluarganya mengisi formulir untuk perawatan lebih lanjut, untuk—" "Tu-tunggu dok," ucap Sarah. "Ta-tadi dokter bilang, i-ibu dan bayi, janin?" tanya Sarah tak mengerti. Dokter itu menganggukkan kepalanya. "Ya, pasien dengan nama Rumaisyah, saat ini tengah mengandung, usia kandungannya 7 minggu," jawabnya. Bagai petir di siang bolong, Sarah benar-benar terkejut. Mata gadis itu melebar, ia menatap tak percaya pada dokter di depannya, lalu beralih pada Rumaisyah yang masih memejamkan matanya di atas ranjang pasien. Sungguh, Sarah sangat terkejut, ia tak percaya. Gadis itu menggeleng, sulit untuk percaya, mana mungkin Rumaisyah hamil, yang ia tahu selama ini, Rumaisyah adalah gadis yang cukup terjaga kehidupannya, tidak melakukan free s*x atau yang lainnya. Bahkan dengan Kevan, yang ia tahu sangat jarang berkencan. Sarah tetap menggeleng. "Enggak, gak mungkin, pasti dokter salah memeriksa," ucap Sarah, ia tak percaya. Dokter sepertinya mengerti situasi, lalu ia meminta file berkas medis Rumaisyah, membacanya sesaat lalu memberikannya pada Sarah. "Mbak lihat, itu ada hasil laboratorium dan foto hasil USG nya dilakukan tadi dan sudah ada janin, sudah ada detak jantung, usia janinnya 7 minggu," kata dokter. Sarah menerima berkas medis milik Rumaisyah, ia membacanya satu persatu, tentu ia sedikit mengerti dengan laporan pemeriksaan itu. Saat ini, Sarah mau tidak mau harus percaya dengan penuturan dokter tadi, bukan hanya ucapan dokter berdasarkan ilmu, tetapi sudah ada bukti hasil pemeriksaan. Sungguh, Sarah sangat terkejut, hal itu membuat kakinya tiba-tiba merasa lemas, ia pun terhuyung ke belakang hingga terpaksa seorang suster menahan bahu gadis itu. Sarah masih tidak percaya, ia membaca sekali lagi berkas medis ditangannya lalu menatap pada Rumaisyah. Sungguh, hatinya sangat sulit percaya, bagaimana bisa Rumaisyah hamil? 'Kevan, apa Rumaisyah dan Kevan sudah sejauh itu?' tanya Sarah dalam hati. Rasanya, sulit sekali untuk Sarah percaya jika Rumaisyah berpacaran dengan Kevan sejauh itu karena selama ini, Rumaisyah lah yang selalu memperingatinya agar menjaga hubungannya dengan Sultan supaya tidak terlalu jauh sebelum pernikahan. 'Atau, Kevan yang memaksa?' Sarah kembali menatap lekat pada Rumaisyah. Dalam hati ia bertanya-tanya, apakah Rumaisyah sudah tahu tentang kehamilannya karena itu sahabatnya itu berubah beberapa hari ini, pendiam dan seperti tengah menutupi sesuatu. Kebiasaan Rumaisyah yang memendam masalahnya, tak pernah Sarah sangka jika sahabatnya itu akan menyembunyikan hal sebesar ini darinya. "Sayang ...." Sarah menoleh, saat ini ia berdiri di sisi ranjang Rumaisyah seorang diri, dokter dan suster sudah pergi meninggalkannya untuk menemui keluarga pasien yang lain. "Sayang, bagaimana keadaan Rumaisyah?" tanya Sultan. Sarah langsung menatap tajam pada kekasihnya, ia merasa harus menuntut penjelasan dari Sultan yang selama ini paling dekat dengan Sarah selain Kevan. "Kenapa, kenapa Mas?" tanya Sarah, gadis itu menangis. Sultan mengernyit. "Kenapa, kenapa apanya?" tanya Sultan bingung. Sarah mendekati Sultan, lalu tangannya yang masih memegang laporan medis milik Rumaisyah memukuli d**a bidang kekasihnya itu. "Kenapa, kenapa bisa hamil?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD