# 5 Perang Dimulai

1346 Words
Sudah seminggu berlalu sejak peristiwa di café itu. Shiela tidak mendengar kabar dari Sean. Dia menggelengkan kepala nya dan meruntuki dirinya sendiri. “Apa apan sih, ini otak gak berhenti memikirkan Sean. Udah ah..lebih baik panggil Amy dan Joni untuk hangout bareng. Sekarang kan malam minggu..”ucapnya pada diri sendiri, lantas dia membuat janji pada kedua teman karibnya itu dan bertemu sore ini di Grand Indonesia. Ketika Shiela sedang berjalan sambil menenteng barang belanjaannya, tak sengaja dia melihat sosok yang sangat dikenalnya, Sean. Tapi pria itu tidak sendirian, ada seorang wanita yang sedang menggandeng lengannya dengan mesra. Hm....sosok wanita itu sangat dikenalnya, ya.. siapa lagi kalau bukan Mila. Terlihat mereka sangat akrab, “Tidak mungkin lah yaa kalau gak akrab pakai acara gandeng gandeng segala?” hati Shiela mulai panas. “Tarik napas Shiela…tarik napas….” Gumamnya seraya membalikkan tubuh menjauhi pasangan itu. Baru saja dirinya memutar tubuh, terdengar ada suara yang memanggil namanya "Shiela..." Shiela menghela napas dalam dalam seraya memutar kembali tubuhnya ke posisi semulat "Sial, kenapa bisa keliatan yah?" gerutu Shiela dalam hati. Dipasang senyum manis walau terpaksa dan menghampiri serta menyapa mereka. "Hai...Mila, Sean." diangguknya kepala Shiela sambil berusaha menutupi kegugupannya. Terlihat Sean salah tingkah dan berusaha melepas gandengan tangan Mila. Namun Bukan Mila namanya, dia bahkan semakin sengaja menempelkan tubuhnya lebih dekat dengan Sean. "Sama siapa Shiel? tanya Sean sambil melirik ke kanan dan kekiri wanita itu dengan hati berdebar. "Sendiri saja, tapi ada Amy dan Joni yang menungguku di restoran Jepang. Kita bertiga mau dinner" jawab Shiela, terlihat Sean tersenyum lega. "Sean, kebetulan kita belum dinner, bagaimana kalau kita dinner bersama mereka? tentu seru!" ujar Mila dengan senyum liciknya. Sepertinya dia sengaja ingin menunjukkan lebih banyak kemesraannya dengan Sean. "Yukk....Sean, Shiel..aku tahu kok restorannya." ucap Mila dan setengah menyeret Sean yang enggan berjalan sejajar dengannya. Tidak sempat Shiela mencegah niat Mila...orangnya sudah berjalan jauh di depannya. Segera dia menghubungi Amy dan memberitahukan bencana yang akan datang, ya bencana buat dirinya. Amy dan Joni tidak terkejut ketika tiba tiba muncul Mila dan Sean yang kemudian disusul Shiela. Dalam hati mereka khawatir akan ada parang dunia ketiga malam ini. Atau setidaknya ada yang banjir air mata malam ini, mudah mudahan bukan sahabatnya. "Hallo friends....apa kabar.. Kebetulan ketemu Shiela tadi dibawah dan diajak untuk join dengan kalian dinner. Hm.. Sean, kamu duduk disini yah sayang, disebelahku" ujar Mila sambil menepuk bangku disampingnya. Sementara Amy dan Joni yang dari tadi duduk bersebelahan terpaksa memindahkan diri. Kini Joni duduk disebelah Sean sementara Shiela dengan canggung duduk disamping Amy, tepat berseberangan dengan mantannya. "Kalian sudah order? aku lapar sekali deh, kamu mau pesan apa sayang?" tanya Mila lalu tanpa menunggu segera memanggil pramusaji. Canggung rasanya ketika mereka saling bersilang pandang, kenangan kencan mereka dulu kembali dan menyesakkan d**a. Sean menatap dalam dalam pada wanita yang kini duduk di hadapannya. Terlihat Shiela salah tingkah dan berusaha untuk bersikap biasa saja, namun gagal. Buktinya Shiela tidak fokus memilih menu, sedari tadi hanya membolak balik buku itu tanpa tahu mau memesan menu apa. "Selamat malam bapak, ibu, saya Ricky yang akan melayani bapak ibu malam ini. Apakah sudah menentukan menu pilihannya? sudah bisa saya take order atau saya tinggal dulu?" tanya pramusaji bernama Ricky. "Saya mau order Tempura Udon" sahut Mila "Kamu apa sayang?" tanya nya pada Sean. "Shiel, aku pesankan Salmon Teriyaki kesukaanmu ok?" tanpa menunggu jawaban Shiela, Sean meminta pramusaji untuk mencatat pesanannya. " Aku pesan Salmon Teriyaki 2, yang matang ya Mas. Dia tidak suka mentah soalnya" ucap Sean sambil menutup menu dan mengembalikannya. Shiela yang sedari tadi sibuk membuka buka menu langsung mengangkat kepalanya menatap Sean. "Baiklah, terima kasih" ucapnya "Ternyata dia belum melupakannya" kata hati Shiela. Tentu saja hati Mila panas mendengarnya, dan agak menyesal mengikuti kata hatinya tadi, tujuan dia adalah memanasi Shiela tetapi sekarang malah sebaliknya. Amy dan Joni yang mendengar itu paling berpandangan dan tersenyum simpul. Sepertinya gendang peperangan sudah ditabuhkan...siapakah yang akan memenangkan parang ini?? Tak banyak bicara mereka berlima menghabiskan makanan masing masing sambil sesekali Joni melontarkan gurauan untuk mencairkan suasana. Suara tawa Shiela yang khas menambah kerinduan Sean untuk sekedar berdekatan dengannya. Jika tidak mengingat ada Mila disampingnya, pria itu pasti sudah menggeser tubuhnya untuk duduk bersebelahan dengan Sheiela. Tak ada pertemuan tanpa perpisahan, setelah kenyang makan dan ngobrol, tiba saatnya untuk pulang. Awalnya Shiela berpikir akan pulang bersama Joni karena biasa mereka akan melanjutkan acara ke cafe namun ternyata Amy tidak bisa ikut karena besok pagi sudah harus menemani orang tuanya ke luar kota. "Kamu pulang dengan siapa Shiel?" tanya Sean ketika mereka hendak berpisah. "Ohh..aku..aku..pulang dengan Amy. Kami mau lanjut lagi ke pesta ultah temannya." "Ya kan Am?" tanya Shiela sambil berharap Amy mengerti maksud dari ucapannya barusan. Tapi dasar si b***t Amy malah menjawab "Sorry Shiel, aku pulang nebeng Joni...enggak bawa mobil tadi" mendengar jawaban sahabatnya, Joni mencubit lengan Amy " Am..." desis Joni disampingnya. Sambil meringis Amy memasang wajah memelas minta pengampunan ke Shiela. "Kamu pulang denganku saja Shiel, kebetulan Mila membawa mobilnya sendiri." tegas Sean sambil menggandeng tangan Shiela. "Bye semua, jalan dulu ya. Thanks atas malam ini, Good Night." ucap Sean tanpa minta persetujuan Mila dan yang lainnya. Mila hanya bisa melongo dan kesal, apalagi melihat Amy dan Joni senyum senyum, mentertawai kebodohannya. "Sean...aku bisa pulang sendiri, tidak enak dengan Mila" ujar Shiela yang setengah berlari mengikuti langkah lebar Sean. Namun Sean tidak menggubrisnya, terus berjalan. "Sean....pelan pelan jalannya, aku pakai sepatu hak tinggi!" jerit Shiela. "Sorry..sorry" diperlahankan langkahnya menyeimbangi langkah kecil Shiela. Mereka berjalanbersama menuju parkiran mobil yang sudah mulai sepi. Sean membukakan pintu mobil dan mempersilahkan Shiela untuk masuk, setelah memastikan Shiela sudah duduk dengan sempurna, ditutup pintu mobil dan bergegas membuka pintu sebelahnya dan menyalakan mesin mobil. "Kita tunggu mesin panas dulu ya Shiel." ucap Sean sambil menyalakan radio. Terdengar alunan musik lawasnya George Benson "Nothings Gonna Change My Love For You" If I had to live my life without you near me The days would all be empty The nights would seem so long With you I see forever, oh, so clearly I might have been in love before But it never felt this strong Our dreams are young and we both know They'll take us where we want to go Hold me now, touch me now I don't want to live without you Nothing's gonna change my love for you You oughta know by now how much I love you One thing you can be sure of I'll never ask for more than your love Sean menghela napas sebelum menjalankan kendaraannya. Lirik lagu yang barusan mereka dengar sungguh membuat dadanya bergemuruh, wanita yang kini duduk disebelahnya benar benar berhasil menjungkir balikkan dunianya. "Kita mau kemana Sean?" tanya Shiela ketika dilihatnya Sean tidak mengambil jalan yang menuju rumahnya. "Mampir sebentar ke cafe, ada yang hendak kubicarakan denganmu" jawabSean "Perlu kutelepon mamimu untuk minta ijin?" tanya Sean. Shiela menggelengkan kepalanya"Tidak perlu, aku sudah info mami kalau malam ini akan pulang larut" Sean mengajak Shiela ke cafe Bonga, tempat pertemuan mereka terakhir. Kebetulan karena malam ini adalah malam minggu mereka buka hingga pukul 2 pagi. Sean melirik jam di pergelangan tangannya "Baru jam 10.30, masih banyak waktuku besamanya" kata Sean dalam hati sambil tersenyum. Sepertinya malam ini dirinya sudah banyak tersenyum dibanding hari hari biasa. Mereka duduk berdampingan menikmati live show. Seorang penyanyi wanita yang boleh dikatakan bagus untuk tingkat cafe sedang melantunkan lagu lagu yang sedang digemari oleh masyarakat. Sean melingkarkan tangannya dipundak Shiela, dan menggenggam tangan Shiela dengan tangan satunya lagi. Beginilah kebiasaan yang mereka lakukan dulu sebelum berpisah. Pergolakan terjadi pada diri Shiela ketika Sean merangkulnya, antara ingin dan tidak, antara suka dan tidak.Akhirnya dimenangkan oleh perasaan, bukan logika. Shiela yang merindu pria itu akhirnya pasrah pada kata hatinya dan menikmati malam mereka. Tidak perlu kata kata, sentuhan Sean cukup menjelaskan semuanya kalau pria itu masih mencintai Shiela dan ingin kembali menjalin hubungan mereka seperti dulu. Shiela terhanyut dengan suasana, tanpa disadari dia menyandarkan kepalanya ke pundak Sean, menikmati kebersamaan mereka dan melupakan kalau dirinya pernah menolak pria itu. "Biarkan aku menikmati malam ini, karena entah kapan lagi kami bisa bersama" ujar batin Shiela
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD