Dering telepon membangunkan Shiela dari tidurnya, sejak semalam dia tidak dapat memejamkan mata, menyesali perkataannya pada Sean. Dengan malas Shiela meraih ponsel sambil menggerutu "Pagi pagi siapa yg berani mengganggu tidurku" geram Shiela.
Dilihat pada layar ponselnya. "AMY' nama sahabatnya tertera di sana, " Oii masih pagi Am" gerutu Shiela dengan suara keras.
"Pagi dari mana? Sudah jam 9 lo bilang masih pagi? Dasar pemalas!" Tak kalah kencang suara Amy menjawab gerutuan sahabatnya. Shiela melirik jam yang tergantung di dinding, "Hmm...benar loh, sudah jam sembilan lebih. Perasaan aku baru tidur sebentar." keluh wanita itu dalam hati.
"Lo bukannya ada janji yah sama papa gue? Interview magang di kantornya?" tanya Amy.
"OMG, gue lupa Am, kenapa baru sekarang sih ingetinnya? Sudahlah, gue siap siap dulu. Bye...." diputuskan percakapan mereka melompat dari ranjang langsung menuju kamar mandi. Dia hanya punya waktu sepuluh menit untuk berangkat jika tidak ingin terlambat. Tidak boleh terlambat!
Dia lupa jika hari ini adalah jadwalnya bertemu dengan Om Suryo, papa Amy yang sudah dikenalnya sejak masih duduk di bangku SMP. Sebagai persyaratan untuk meneruskan pendidikannya ke jenjang master, Shiela terlebih dahulu harus bekerja selama setahun. Kebetulan orang tua Amy memiliki perusahaan dibidang fashion, mereka bahkan menjadi distributor dari beberapa brand terkemuka dari Amerika. Sangat sesuai dengan pendidikan yang digeluti Shiela , fashion designer.
Beruntung jalanan tidak terlalu padat, keputusan bijak diambil Shiela, dia memilih meninggalkan mobilnya di rumah dan memanggil taxi online agar tidak perlu lagi membuang waktu mencari parkir nanti, Shiela hanya memiliki waktu setengah jam untuk sampai disana.
Alamat yang dituju tidak terlalu jauh dengan kediamannya, hal ini menjadi suatu nilai tambah jika dia berhasil bekerja disana. Walaupun hanya setahun, jika setiap hari harus bermacet macet ria tetap saja membuang waktu.
Tergesa gesa Shiela menekan tombol dibawah angka 12 dan menunggu lift membawanya ke lantai tersebut. Ketika pintu lift baru terbuka, sebuah papan nama bertuliskan PT. Global Fashion Indonesia dengan logo unik menyambut kedatangannya. Tentu saja ditambah senyum seorang wanita muda dari balik meja receptionis.
"Selamat pagi" Shiela menyapa pada wanita itu. "Saya sudah ada janji bertemu dengan Pak Suryo Prabowo jam 10.00, nama saya Shiela Purnama," lanjutnya.
“Pagi Mbak Shiela, sudah ditunggu oleh Bapak, mari ikut saya” ucapnya dan mempersilahkan Shiela untuk mengikutinya menuju sebuah ruang yang sepertinya digunakan untuk meeting. Shiela berdecak kagum dengan gaya interior ruangan yang baru saja dimasukinya. Sepatunya menyentuh karpet tebal yang empuk sementara kursi dan meja besar berwarna abu sangat menyatu dengan wallpaper dinding berwarna senada. Om Surya memang memiliki selera tinggi dalam mendesain kantornya.
Belum selesai dirinya mengagumi ruangan tersebut, terdengar suara dari arah pintu "Ehemm..." Shiela pun memutar tubuhnya dan tersenyum lebar melihat siapa yang datang.
"Ahh..om Surya makin ganteng saja nih." puji Shiela lalu mendekat pria itu dan memberikan kecupan singkat pada kedua pipinya.
"Kamu ini...dari dulu tidak tinggi tinggi yah." gurau Surya pada Shiela yang sudah dianggap sebagai putrinya sendiri. "Gimana kabarmu? Sudah lebih tiga tahun kita tidak pernah bertemu ya? Seingat om terakhir kali pada saat pesta perpisahan di sekolah"
Shiela mengangguk setuju "Ihh om ingat saja, sudah lama itu. Akunya masih culun" ucapnya tersipu malu.
"Ya, kamu suka sekali menguncir rambutmu, sekarang cih..bergaya! Model rambut anak sekarang nih....gak jelas potongannya"
"Idih..ini model namanya om, anak jaman now yah kaya gini" ucapnya dengan bangga.
"Ehem...om, gimana nih kira kira aku keterima gak kerja disini? Setahun saja sih, karena aku rencana mau ambil master." Shiela melebarkan senyumnya.
"Bagus..bagus...jangan seperti Amy yang sudah puas hanya dengan gelar sarjananya. Om dukung itu!" sahutnya "Tentu saja bisa dong Shiela, kedatanganmu akan memberikan angin segar pada perusahaan ini. Apalagi kamu lulusan luar yang tentu saja mempunyai ide yang out of the box." puji Surya.
"Aha....terima kasih om....tapi Shiela terima gaji kan ya? He he he...soalnya belum gajian saja Amy sudah minta ditraktir nih " gurau Shiela namun tidak menolak jika benar diberikan gaji.
"Dapat dong, masa orang kerja tidak diberikan upah. Nanti kerjanya tidak bersemangat." Shiela melonjak kegirangan seakan lupa dimana dan dengan siapa dia berhadapan sekarang.
"Upss.. sorry om. Aku senang sekali jadi lupa deh kita lagi di kantor." Shiela tersipu malu dan berjanji akan merubah sikapnya yang tidak profesional.
Surya hanya menggelengkan kepala sambil mengulum senyum, "Anak jaman sekarang memang suka suka saja tingkah lakunya." ucapnya dalam hati
Shiela sangat bersyukur Om Surya mau membantunya, setahu dia jarang perusahaan yang mau memperkerjakan karyawan magang. Selain harus mengajari dari awal, mereka juga khawatir pesaing mereka memanfaatkan untuk mengorek informasi internal perusahaan.
Dengan bersiul senang, Shiela kembali ke rumah seakan tanpa beban. Padahal, dia menangis semalaman karena pria bernama Sean. Ah..memang, anak muda jaman sekarang...
Pagi sekali Shiela telah bersiap untuk berangkat kerja, dengan mengendarai mobil kesayangnya dia membelah jalan Jakarta yang masih belum terlalu padat. Sengaja pagi itu dia berangkat lebih pagi karena ingin memberikan image baik pada teman sekantornya nanti.
"Pagi Shiela, perkenakan saya Wina sekretaris Pak Surya.” Sapa wanita bernama Wina seraya mempersihlahkan Shiela untuk mengikutinya.“Saya akan memperkenalkan kamu dengan team designer kami..., yuk!” ajak Wina melewati beberapa kubikel menuju ke satu ruangan disudut kanan. Ruangan tersebut dikeliling oleh kaca sehingga dapat melihat pemandangan kota Jakarta dari lantai 12.
“Hai Dessy” sapa Wina kepada seorang wanita berambut sebahu yang tengah asik dengan komputernya.
“Oh hallo Mbak Wina, ada perlu apa dengan saya?” tanya wanita yang dipanggil Dessy.
"Ini Dessy..., aku mau memperkenalkan seseorang yang akan join sebagai intern di department designer. “Shiela, perkenalkan ini Dessy, team leader designer kami” ucap Wina sambil mempersilakan Shiela untuk medekati Dessy. Shiela pun mengulurkan tangan untuk berjabatan sambil tak lupa memberikan senyum pada rekan kerja barunya.
“Shiela, nice to meet you” sapa Dessy sambil menjabat erat tangan Shiela.
“Nice to meet you too” jawab Shiela, sepertinya Dessy seorang yang ramah.
“Team yang lain kemana Des?” tanya Wina sambil celingukan melihat kursi designer yang kosong.
“Ohh..mereka sedang meeting dengan team marketing di ruang 201” sahut Dessy. “Langsung saja kesana Mbak, sekalian memperkenalkan Shiela dengan team marketing.“ tambah Dessy.
“Baiklah kalau begitu. Yuk Shiela, kita kesana” ajaknya.
“Ok” jawab Shiela mengikuti Wina menuju ruang meeting 201.
Wina mengetuk pintu ruang meeting dan tidak menunggu lama ia langsung membuka pintu perlahan dan masuk kedalam ruangan itu. Tak lama kemudian membuka pintu kembali dan mempersilahkan Shiela untuk mengikutinya.
Semua mata memandang Shiela, namun ada sepasang mata yang menatap Shiela dengan tatapan berbeda “Teman teman, ini Shiela yang akan membantu di departmen designer sebagai intern. Lalu menoleh ke Shiela, “Shiela, ini teman teman dari departmen marketing dan team designer yang akan bekerja sama denganmu selama kamu intern disini” lalu satu persatu mereka berdiri dan menghampiri Shiela sambil menyebutkan nama mereka sampai pada seorang wanita cantik berambut Panjang bernama tersenyum sinis padanya.
“Hai Shiela, how are you” sapa Mila dengan senyum dibuat buat.
“Ohh..hai Mila, fine thank you.” sahut Shiela sambil menjabat tangan Mila dengan gugup. Tak Menyangka akan bertemu dengan teman lama yang tidak diinginkan di sini, betapa sempitnya dunia.
"Kalian saling mengenal?” tanya Mbak Wina
“Ya Mbak, Shiela dan aku teman SMA” sahut Mila.
“Good, kalau begitu Shiela, saya tinggal dulu ya. Selamat bekerja” ditinggalnya Shiela dengan Mila dengan harapan Shiela dapat kerasan mengingat ada teman yang dikenalnya disini.
Shiela bekerja di dalam departmet designer. Mereka merancang busana kemudian hasil rancangan tersebut akan dibawa ke pabrik untuk dijahit lalu dijual ke online dan offline market. Mereka dituntut untuk mengikuti trend yang ada disukai kosumen, tentu saja dibantu oleh team marketing yang lebih tahu selera pasar.
“Sore mam, pap” sapa Shiela ketika memasuki rumah nya.
“Sore sayang, gimana kerja di hari pertama?” pancing Mami Tina, disertai gelak tawa papi Shiela yang sedang membuka kulkas. “Mami ini, pasti bisa lah..Shiela gitu loh anak papi “ sambil membawa minuman bersoda kesukaan Shiela dan memberikannya ke anak kesayangannya. Diteguknya minuman favorit Shiela, dan dikembalikan kedalam kulkas untuk nanti setelah dinner baru akan dihabiskan.
“Heheh..kerasan sih mam, pap. Aku keatas dulu ya, mau mandi!” Teriak Shiela sambil berlari kecil menaiki anak tangga menuju ke kamarnya. Dihempaskan tubuhnya ke sofa dan mengambil smart phonenya kemudian mencari nama AMY.
“Yellow girl…gimana hasil ketemuan sama papa gue?” terdengar suara Amy .
“Am…lo tau gak sih si Mila itu kerja di sana juga?” ucap Shiela langsung to the point. Memang Shiela tidak suka bertele tele, dia akan langsung ke pusat permasalahan.
“Masa? Suer loh Shiel? gue gak tahu loh!. Kalau tau pasti gue gak rekomen ke lo. Gue akan bilang ke papa untuk membatalkan rencana intern lo ya…” terdengar nada suara penyesalan dari Amy.
“Gak usah Am, makasih. Cuma setahun aja kok. Gue bisa bertahan. Lagian kita gak seteam, jadi gak tiap hari gue liat muka ngeselinnya itu. Eh…Btw, Om Surya makin ganteng ajah yah…hati hati puber ke 2 lohhh” ledek Shiela. “Sialan lo Shiel” umpat Amy lalu mereka berdua terbahak bahak dan berjanji untuk dinner bareng esok sore sepulang Shiela kerja.
Bukan hanya Shiela yang terkejut ketika mereka bertemu, begitu pula Mila. Perasaan benci pada teman SMA nya mengeruak keluar dari dalam hatinya. Dulu, Mila sangat senang ketika mengetahui kalau Shiela melanjutkan kuliah di Amerika dan memutuskan hubungannya dengan Sean, akhirnya dia memiliki kesempatan untuk meraih cinta pria yang menjadi cinta pertamanya hingga hari ini.
“Shiel, gimana kelanjutan lo sama Sean kemarin? Nyambung lagi?”
“Lo kira kabel bisa disambung sambung?” sahut Shiela sambil tersenyum pahit. Lanjutnya “Gak lah Am, kisah gue sama dia itu sudah gue kubur dalam dalam. Gue dah gak berharap lagi menjadi pacarnya semenjak….” tidak dilanjutkani kalimatnya.
“Shiel…ada apa sih? Gak biasa biasanya lo main rahasia rahasiaan sama gue. , lo bisa cerita sama gue kok” desak Amy melihat ada keraguan dalam kalimat Shiela. Aneh, padahal diantara mereka tidak pernah ada rahasia.
Digelengkan kepala Shiela sambil memanggil pramusaji untuk memesan makan malam mereka. "Tidak Am, tidak ada seseorang pun yang boleh tau aib gue selain gue dan Dita, roommate gue di Amerika". batinnya
Untungnya Mila bukan di team designer jadi tidak setiap hari Shiela bertemu dan bertatap muka dengan teman rasa musuh itu. Tapi sepertinya hari ini bukan hari keberuntungan bagi Shiela. Pagi pagi Mila sudah menghampiri kubikel Shiela.
“Morning Shiela…” sapa Mila.
“Ohh..morning Mila, ada yang bisa gue bantu?” ucap Shiela sambil membuka laptop nya.
“No..just want to say hi to you, and let you know that today I will meet Sean after working. Lo mau join? “ tanya Mila. Entah ajakan basa basi hanya untuk membuat Shiela panas terbakar api cemburu atau memang benar tulus mengajaknya.
“Sorry Mila, I have to come home early. Have a nice dinner with him” sahut Shiela dan ngeloyor pergi meninggalkan Mila.
“Sialan si Mila. Maksudnya apa coba? Memang mereka masih Bersama?” jerit batin Shiela. “Oh Tuhan, kuatkanlah diriku ini” doa Shiela dalam hati dan melanjutkan aktivitasnya