Perdebatan Dua Saudara

1219 Words

Syahir bergerak kecil di atas kasurnya, masih dibungkus selimut hangatnya. Ia menajamkan pendengarannya saat atap rumahnya disentuh gerimis. Bau petrichor yang menenangkan membuat ia makin menenggelamkan wajahnya dalam bantal. Makin menarik selimutnya untuk menutupi tubuh jangkungnya.                 Hujan perlahan turun dengan derasnya disertai badai kecil yang terlihat meniup hordeng kamar Syahir dan membuat udara dingin masuk ke dalam sana. Pemuda itu pun beranjak duduk dengan masih berselimutan dengan mengerjapkan matanya sendu. Kini saat pagi hari ia tidak bisa menikmati semburat cahaya mentari yang selalu malu-malu saat menampakan diri. Ia juga tidak bisa melihat bagaimana indahnya pelangi setelah hujan deras itu reda. Perasaan rindu itu masih menghinggap dalam benaknya.          

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD