Athan mengusap rambutnya ke belakang dengan melongokan kepalanya ke dalam kamar yang nampak gelap gulita itu. Di tempat tidur sudah ada Syahir yang duduk dengan kepala tertunduk dalam. Temannya itu sepulang dari pemakaman hanya diam dan langsung masuk ke kamarnya dengan berpamitan pada Athan dan yang lainnya, dengan mengatakan kalau ia butuh istirahat. Athan yang memang cemas karena keadaan Syahir, mengangguk menurut dan jelas mengiyakan. Bahkan, Athan mengantarnya sampai ke dalam kamar. Athan menghela napas panjang, merasa ikut terenyuh dengan apa yang Syahir rasakan. Karena harus hidup tanpa orang tua itu adalah salah satu ujian paling berat. Dulunya kalau ada sesuatu yang ingin diceritakan pada mereka dikala sedang ada masalah, pasti bisa langsung meminta nasehat mereka atau pun menelp

