bc

Akibat Kencan Buta

book_age18+
660
FOLLOW
2.5K
READ
one-night stand
HE
kickass heroine
brave
blue collar
bxg
lighthearted
bold
war
like
intro-logo
Blurb

Kencan buta yang dibuat oleh kedua orang tua Inggar, membuat wanita berusia 23 tahun itu kesal bukan main. Karena terpaksa hadir di acara kencan buta, Inggar yang merasa kesal malah salah bertemu target kedua orang tuanya.

"Langsung saja, aku tidak suka berbelit-belit ataupun kencan buta seperti ini. Kalau saja ini semua bukan karena desakan orang tuaku, aku tidak mau melakukan kencan gila ini. Kita buat kesepakatan, menikah hanya untuk sebuah status saja, tanpa ada cinta di dalamnya!"~ Inggar Saputri.

Pria yang Inggar temui malah tersenyum sinis. Bukannya menyanggah atau mengatakan yang sebenarnya. Ia justru menyetujui permintaan Inggar, wanita yang entah dari mana datangnya karena sudah salah mengira orang.

Bagaimana pernikahan yang Inggar jalani nanti? Apa kedua orang tua Inggar setuju? Dan siapa sebenarnya pria yang Inggar temui? Ikuti terus cerita serunya!

chap-preview
Free preview
Kencan buta
"Malam ini kamu harus dandan yang cantik Nggar!" titah sang ayah, disela-sela obrolan santai keluarga kecil pak Gugun Indrawan. Inggar Saputri melirik kesal ke arah sang ayah yang tampak acuh. "Dandan untuk apa lagi Yah? Mau dijodohkan lagi?" tanya Inggar, seolah sudah bisa menebak ke mana arah pembicaraan sang ayah. "Bukan! Nyatanya perjodohan juga tidak ada gunanya untuk kamu. Kamu tetap menolaknya kan? Kali ini Ayah sudah mengatur acara kencan untuk kamu. Ya, anggap perkenalan saja dulu," sahut pak Gugun dengan santainya. Pupil mata Inggar melebar sempurna, lalu mendesah kesal. "Kencan buta maksud Ayah? Aku tidak mau!" Dengan cepat Inggar menolaknya. "Nggar, dengarkan dulu! Ini bukan kencan buta seperti yang kamu kira. Ayah dan Ibu sudah mempersiapkan ini jauh-jauh hari. Lagi pula, kencan dan berkenalan sebelum akhirnya menuju jenjang pernikahan kan bagus? Kalian bisa saling mengenal satu sama lain dulu. Kalau langsung dijodohkan, kalian tidak ada kesempatan berkenalan dulu?" Ibu Inggar-- Dewi Kumala, bicara selembut mungkin agar sang putri semata wayang mau menuruti keinginan mereka. "Bu, apa bedanya kencan buta atau perjodohan yang sudah-sudah? Intinya kan sama-sama berakhir di pelaminan? Inggar ini masih terlalu muda Bu. Baru juga Inggar masuk kerja. Inggar mau menikmati masa muda Inggar dulu, tidak mau pusing memikirkan masalah rumah tangga," jelas Inggar, mengusap wajahnya kasar. "Kamu itu selalu saja seperti itu Nggar. Alasan kamu selalu saja perihal umur, masih muda lah, ini lah, itu lah. Ayah dan ibu kamu dulu menikah juga di usia muda. Setelah menikah, ibu kamu juga masih bisa kerja. Jangan jadikan semua itu alasan untuk penolakan kamu! Ayah ini semakin hari semakin tua Nggar. Teman-teman Ayah dan ibu sudah menggendong cucu. Sedangkan kami hanya berdua saja. Kamu sudah besar, mana bisa digendong lagi," gerutu pal Gugun. "Sudahlah Yah! Dari pada membahas itu, lebih baik Inggar ke kamar saja. Males menikah muda, tidak bisa bebas lagi!" sahut Inggar, beranjak dari tempat duduknya. "Nggar, nanti dulu! Kamu jangan ke kamar dulu! Apa kamu tidak kasihan pada kami? Paling tidak, coba bertemu saja dulu! Toh, tidak langsung menikah juga," bujuk bu Dewi. "Yang ibu kamu katakan itu benar. Bertemu malam ini juga tidak langsung menikah. Mencoba saja belum, sudah main tolak-tolak saja. Siapa tau nanti setelah bertemu, kamu malah suka sama calon yang kami pilihkan," timpal pak Gugun, membenarkan kata-kata sang istri. Dengan malasnya Inggar memutar bola matanya. "Iya, iya. Inggar pergi malam ini. Tapi hanya bertemu saja, tidak lebih!" sahut Inggar, pada akhirnya hanya bisa mengalah dan menuruti keinginan kedua orang tuanya. Setelah mengatakan itu, Inggar bergegas pergi ke kamarnya. Hatinya benar-benar panas saat mengingat acara kencan buta yang sudah dipersiapkan untuknya. "Huh, jaman sekarang masih aja ada kencan buta seperti ini. Apa ayah dan ibu benar-benar mengharapkan aku menikah muda? Mau bagaimana nanti rumah tanggaku? Memasak dan bersih-bersih rumah saja, aku masih tidak terlalu bisa. Bagaimana kalau jadi menikah? Bisa-bisa suamiku nanti hanya diurusi pembantu rumah tangga saja," gerutu Inggar, menghempaskan tubuhnya kasar di atas kasur empuk kamarnya. --- Inggar mematut dirinya di depan cermin. Dengan memakai dress berwarna coklat tua, dress selutut yang begitu kontras dengan warna kulit dan tubuh rampingnya yang tinggi semampai. "Nggar... Sudah siap belum?" Panggil sang ibu setengah berteriak, beberapa kali mengetuk pintu kamar Inggar. "Sebentar! Sedikit lagi," sahut Inggar, balas berteriak dari dalam kamarnya. "Huh, menyebalkan! Andai saja ini bukan perintah orang tua sendiri. Aku tidak mau ikut kencan buta seperti ini. Bisa malu sekali, kalau sampai teman-temanku tau. Masa iya, gadis cantik idola pria, ikut kencan buta. Seperti tidak laku saja," gerutu Inggar, sambil membenarkan tatanan rambutnya di depan cermin. Di ruang keluarga, ayah dan ibu Inggar sudah menunggu. Pasangan suami istri itu begitu kompak dan antusias saat melihat sang putri yang keluar dari kamar terlihat begitu cantik. "Aduh... aduh... Cantik sekali anak Ayah. Pasti nanti pria yang berkencan dengan kamu langsung terpesona. Sudah cantik, tinggi, putih, pintar lagi," puji pak Gugun, mengerlingkan matanya ke arah sang istri. "Ayah benar. Inggar malam ini cantik sekali. Tidak sia-sia Ibu menunggu lama di depan kamar kamu. Ternyata hasilnya cetar membahana. Aduh, cantiknya anak Ibu," ujar bu Dewi, tak mau kalah memuji sang putri. Melihat tingkah laku kedua orang tuanya. Inggar mendesah pelan. "Sudahlah Yah, Bu... Inggar sudah tau maksud pujian itu. Inggar pergi dulu," pamit Inggar, sudah tidak sabar ingin segera bicara empat mata dengan pria yang akan ia temui. "Eh, maksud apa Nggar? Jangan berpikiran buruk pada orang tua! Kami ini hanya mau yang terbaik untuk kamu. Kenapa kamu buru-buru sekali sih? Sudah tidak sabar bertemu calon suami kamu, ya?" goda pak Gugun, begitu bahagia malam ini. "Apa sih Yah? Sudah ah, Inggar pergi dulu!" sungut Inggar, gegas menyalami kedua orang tuanya. Inggar melenggang pergi begitu saja. Suara sang ayah, bahkan tidak terlalu didengarkannya lagi. Hatinya benar-benar merasa panas. Apalagi saat digoda seperti tadi. "Nggar, ingat ya! Restauran Sabintang! Jangan sampai salah! Meja nomor dua!" teriak pak Gugun, tak dihiraukan sama sekali oleh Inggar. "Malas sekali rasanya aku pergi. Andai ada yang bisa menggantikan kencan gila ini. Aku pasti tidak perlu repot-repot seperti ini. Restauran apa tadi ayah bilang?" gumam Inggar, mengingat-ingat nama restauran yang ayahnya katakan. "Oh iya, restauran Bintan di dekat bundaran itu. Jaraknya lumayan jauh juga. Lebih baik aku pergi sekarang saja!" ujar Inggar bermonolog sendiri. Mobil Inggar mulai melaju membelah jalan raya yang terlihat ramai. Sepanjang perjalanan menuju restauran, Inggar hanya bernyanyi mengikuti alunan musik untuk mengusir kejenuhan dan rasa kesal. Berapa belas menit mobil melaju, akhirnya mobil Inggar berhenti di depan restauran Bintan. Inggar kembali melihat wajahnya di cermin. Dirasa masih cantik dengan riasan yang masih terjaga. Inggar keluar dari mobil dan melenggang masuk ke dalam restauran. "Meja nomor berapa tadi, ya? Kalau tidak salah dengar, meja nomor dua. Sepertinya itu mejanya, dan pria itu?" Inggar berjalan anggun mendekati meja nomor dua. Tanpa basa basi, ia langsung menarik kursi dan melemparkan lembut bokongnya. Pria yang sedari tadi duduk sendiri di meja nomor dua, mendongak kala melihat wanita cantik duduk di hadapannya tanpa permisi. Kedua alisnya saling bertaut, namun pandangannya tak berpaling sedikitpun. "Aku langsung saja ke inti masalahnya. Kencan buta ini menurutku sangat memalukan. Mungkin ini awal dari perjodohan yang orang tua kita buat. Mereka ingin kita lebih dulu saling kenal dan kemudian menikah," ujar Inggar, bicara blak-blakan. Pria di depannya hanya diam, dari wajahnya jelas sekali ada kebingungan yang terlihat. Namun, Inggar tidak mempedulikannya sama sekali. Ia tetap saja melanjutkan kata-kata yang sudah ia rangkai dari rumah sebelumnya. "Langsung saja, aku tidak suka berbelit-belit ataupun kencan buta seperti ini. Kalau saja ini semua bukan karena desakan orang tuaku, aku tidak mau melakukan kencan gila ini. Kita buat kesepakatan, menikah hanya untuk sebuah status saja, tanpa ada cinta di dalamnya! Bagaimana?" tawar Inggar, wajah cantiknya terlihat dingin dengan nada bicara yang ketus.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

My Secret Little Wife

read
98.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook