Meet again ?

1337 Words
ARIA : Sekarang Alexa meminum red wine, sambil menonton TV di apartemennya, "This f*****g good," ucap Aria. "Apa kau bisa ceritakan semuanya padaku sekarang, ke mana saja kau selama ini ? kau tidak memberiku kabar atau menjawab teleponku." tanya Anastasia, tetapi Aria fokus dengan film yang ia tonton sekarang. "Anastasia apa kau tidak lihat? Aku sedang serius menonton ini?" tanya Alexa santai dengan kakinya berselonjor di sofa. Anastasia rasanya ingin menggigit Aria. Yang benar saja Aria harusnya sadar bahwa ia sudah berumur dua puluh satu tahun dan ia masih saja menonton Dora the explorer. "Ah aneh sekali kenapa dora tidak pernah tumbuh dewasa, apakah dia memakan bibit bonsai?" tanya Alexa sambil menekan remote TV. Anastasia memijat keningnya. Ia tahu kebiasaan Aria, kalau Aria sedang stres atau ada masalah ia pasti akan menonton Dora sepanjang hari. "Aria Aku sedang serius dengar--" Ucapan Anastasia terpotong. "Ssst silent.... aku tidak kedengeran karena kau terus mengomel." balas Aria. Anastasia tidak bisa memaksa adiknya yang sangat keras kepala ini. Ia hanya memijat keningnya.  *****Lima jam kemudian****** "Ahh lega sekali rasanya," ucap Aria sambil melakukan peregangan. Sedangkan Anastasia yang berada di sebelahnya rasanya ingin mati di tempat menemai Aria menonton Dora selama lima jam. "Finally!" jawab Anastasia sambil menghela napas lega. Aria merasakan mual yang tidak tertahankan sekarang. Ia berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan semua makanan yang ia makan sebelumnya. Ini sudah ke tiga kalinya ia memuntahkan semua makanan, semenjak ia pulang dari Hawaii badannya mulai terasa tidak enak. "Kenapa kau batu sekali ? apa susahnya cek ke dokter Aria ? ini sudah ke tiga kalinya.. aku tidak bisa diam saja," Tanya Anastasia. "Aku baik-baik saja ini karena pola makan dan tidurku yang tidak teratur, besok juga sembuh" jawab Aria. Sekarang Anastasia tidak bisa diam lagi. Ia segera mengambil coat  untuk membeli obat dan sebuah alat yang selama ini ia pikirkan sejak Aria sering muntah-muntah.  "Hey, kau akan kemana ?" tanya Aria. Tidak ada jawaban dari Anastasia. 'Mungkin dia cape mengurusi adeknya yang satu ini' pikir Aria.  Setelah sepuluh menit berlalu sekarang Anastasia sudah balik sambil membawa sebuah kantong yang berisi obat, yang entah obat apa yang ia belikan untuk dirinya. "Dengarkan kataku, sekarang kau coba ini dulu," ucap Anastasia.  'What the f**k?! apa dia mengira adiknya sedang hamil sekarang..' "Really sis ?" jawab Aria. Sekarang kakaknya membisu dan hanya menyodorkan alat tes hamil kepada Aria. Aria langsung mengambil dan segera mencoba seperti apa mau kakaknya. setelah dirasa lewat lima menit Aria merasa lega dengan hasil yang ia lihat sekarang. Ia tidak hamil dan tidak mungkin juga. Aria langsung membawa keluar alat tes itu dan menunjukkan ke Anastasia.  "Believe me now ? i told you i'm not pregnant"   ucapku santai. Aria menolah setelah ia merasa tidak mendapat respon dari kakaknya. Tapi kenapa reaksi Anastasia berbeda dengan kata lega. Ia tampak kaget sambil menatap alat tes hamil itu. Aku langsung mengambil kembali alat itu dan sama halnya Aria ikut kaget dengan apa yang ia lihat sekarang. 'Alat ini rusak.... Bagaimana bisa tadi negatif sekarang jadi positif' batin Aria kesal. "Alat ini tidak beres kak percayalah aku tidak hamil," ucap Aria panik. "Apa maksudmu tidak beres ?! sudah jelas disitu kau positif hamil Aria." balas Anastasia. Tidak mungkin ia hamil sekarang. Bagaimana mungkin ia hamil di usianya baru dua puluh satu tahun. itu usia yang sangat muda baginya untuk mempunyai anak. Memiliki anak bahkan belom masuk ke daftar keinginannya, jangankan memiliki anak menikah saja sudah Aria hempaskan semenjak kepergian tunangannya.  'Lelaki b******k dia tidak memakai pengaman saat itu...' Batin Aria kesal. "Apa kau tahu siapa ayahnya ?" tanya Anastasia.  Stupid Aria... Ia bahkan tidak mengetahui nama asli dari lelaki b******k yang buat dia hamil sekarang. Aria sudah sangat yakin lelaki yang mengaku sebagai Bick Russel tidak memberikan nama asli padanya. Dan sama halnya dengannya. Sungguh menyedihkan sekali rasanya. "Aku tidak tahu siapa ayahnya." jawab Aria pasrah. Terlihat dari matanya bahwa ia akan marah padaku. Aria yakin sehabis ini Anastasia akan mengomel padanya untuk berjam - jam. Bagaimana tidak marah mengetahui adiknya yang tengah hamil tapi tidak tahu siapa ayah dari anak yang dikandung.  "Kau harus merawatnya Aria... lakukan tanggung jawabmu sekarang. Aku akan selalu disini jika kau butuh bantuanku." ucap Anastasia tenang.  Apa Aria tidak salah dengar... barusan saja kakaknya tidak mengomel padanya. Jawaban yang Anastasia berikan jauh berbeda dari yang Aria pikirkan. Apa kakaknya tidak marah padanya ? "Kau tidak marah ?" Tanya Aria singkat. "Are you stupid ?  tentu saja aku marah bagaimana mungkin aku tidak marah padamu sekarang." balasnya "Lalu kenapa reaksimu seperti itu ? kau terlihat tenang sekali," Balas Aria santai "Kau ingin aku marah padamu ? sudahlah... tidak ada habisnya jika kau ingin aku marah" Ucap Anastasia. Aria merasa sangat bersyukur dengan adanya kehadiran Anastasia sekarang. Anastasia sangat tahu bahwa ia sangat membutuhkannya sekarang. Tak terasa air mata Aria sudah jatuh membasahi pipinya, Aria berlari dan memeluk kakaknya dan hal itu juga dibalas lembut oleh kakaknya.  "Aku siap ceritakan semuanya kak," ucapku padanya. Ia hanya mengangguk dan tersenyum padaku. Aku ceritakan semua padanya mulai dari dirinya yang pergi melarikan diri ke Hawaii sampai bertemu dengan lelaki yang tak lain adalah ayah dari anak yang ia kandung sekarang. ***tiga hari kemudian*** Aria Mozart Kennedy menatap pantulan dirinya di depan cermin sambil memakai lipstik merahnya untuk sentuhan terakhir dari make up nya, lalu menarik nafasnya. Ia memejamkan matanya sejenak mengingat kesenangan singkatnya bersama lelaki itu, dengan lelaki yang mengaku sebagai Bick Russel, hubungan singkat yang hanya bisa dirasakan oleh Aria. Setelah bersenang-senang tanpa ada hubungan yang jelas bersama Bick, lelaki b******k itu hilang seperti di telan bumi, tanpa mengucapkan selamat tinggal sekalipun. Aria kembali mengingat, ketika ia mencoba datang ke kamar Bick untuk mengembalikan jaket lelaki itu, tapi ia malah mendapati seorang lelaki kurus kering membuka pintu kamar hotel Bick, mengatakan kalau Bick baru saja check out pagi ini. Hanya satu yang bisa Aria deskripsikan Bick. Bajingan. "Aria, apa yang kau lakukan ? kau akan telat nanti"  tanya kakak perempuannya Anastasia Kennedy, di pintu kamarnya samil meminum teh. "Tenang saja aku tidak akan telat, kau tidak mau ikut menemaniku ?" tanya Aria "Aku tidak bisa Aria, aku banyak pekerjaan semenjak atasanku diganti" jawab Anastasia Aria mengikuti Anastasia yang keluar kamar lalu Aria duduk di ruang tamu. Tak lama setelah Bick pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal, Aria mengetahui kalau dirinya hamil, Aria sempat panik untuk beberapa hari, karena ia tidak tau dimana ayah dari anaknya ini berada. Ia bahkan tidak diberi nomor telepon sebelum Bick pergi, itu sudah terlihat jelas bahwa Bick tidak ingin hubungan itu berlanjut ke yang lebih serius. "Kenapa kau masih saja disini ?" Tanya Anastasia yang panik melihat jam. Aku tertawa kecil melihat tingkahnya. "Bagaimana penampilanku ?" Tanya Aria balik "You always look hot, dan lebih tepatnya hot mama" balasnya jahil.  Aria turun dari sebuah mobil yang mengantarkannya ke gedung tempat temannya menikah. Terlihat dari kejauhan banyak sekali yang menghadiri acara ini mulai dari orang-orang penting sampai ke artis-artis. Banyaknya paparazzi yang akan terus memotret orang-orang tanpa henti. Aria berusaha menghindari kerumunan dan segera masuk ke ballroom.  Aria yang kini sudah berada di dalam ballroom mengambil segelas Whiskey sambil menghampiri temannya Ela Warren. Setidaknya kehadiran Ela di acara ini tidak membuat Aria merasa bosan dan sepi. Tak lama pun acara dimulai, di gedung ini dan sekarang Aria melihat wajah temannya yang begitu bahagia karena hari ini merupakan hari yang special baginya.  Seketika ia membayangkan dirinya dengan Zach yang harusnya tak lama lagi ia dan Zach akan segera menikah jika Zach masih ada sampai sekarang, Aria jadi kembali bersedih mengingat moment bersama dengan Zach. Hingga Aria yang luput dalam pikirannya sendiri tidak menyadari sekarang sudah memasuki acara kata sambutan oleh sahabat dari mempelai laki-laki.  Aria melirik sekelilingnya dan menyadari semua orang menatap ke pintu ballroom yang Aria punggungi sekarang. Aria menoleh ke belakang dan seketika seluruh tubuhnya kaku bukan main, ia tidak percaya dengan apa yang dia lihat barusan. TO BE CONTINUED ---- ____________________ Jangan lupa untuk tinggalkan Love dan Komentar ya buat aku Semangat *BIGHUG* Thankyou, Kez 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD