bc

Istri kontrak CEO galak

book_age18+
11
FOLLOW
1K
READ
contract marriage
one-night stand
scandal
CEO
sweet
bxg
humorous
ambitious
office/work place
surrender
like
intro-logo
Blurb

Cinta?Bagi William Atmaja, cinta hanyalah omong kosong belaka. Ia tak percaya cinta, menolak untuk jatuh cinta dan tidak tertarik dengan lawan jenisnya. Ketimbang musti repot-repot berkencan, Liam lebih senang menghabiskan waktunya untuk bekerja. Si workaholic. Hal itu yang membuat orangtuanya khawatir dan gencar menjodohkannya dengan banyak wanita yang tak satu pun berhasil membuat Liam tertarik. Mungkin Liam bisa mengatasi desakan orangtuanya yang menuntutnya segera menikah. Tapi bagaimana jika hal di luar dugaan menempatkannya di situasi sulit. Terjerat skandal akibat sebuah foto yang beredar, Liam tak punya pilihan lain selain menumbalkan sekretarisnya untuk menyelamatkan reputasi, juga menolongnya terbebas dari desakan perjodohan. Carla Ananda Yosefh, wanita yang merasa hidupnya tidak pernah beruntung, mendadak dijerat oleh bosnya sendiri dan dijadikan istri kontrak. Mampukah Carla menjalani hari-harinya bersama CEO galak, akankah ia juga akhirnya jatuh cinta dengan bosnya sendiri? Atau pernikahan mereka tetap berakhir sesuai kontrak perjanjian. "Carla Ananda Yosefh, mulai detik ini kamu pasangan saya. Jangan menolak apalagi membantah, ini perintah mutlak atau kamu akan saya pecat!" -William Atmaja-"Anda tidak ada bedanya dengan lintah darat! Sungguh terlalu!" -Carla Ananda Yosefh

chap-preview
Free preview
1. Dipecat
Mobil Range Rover warna hitam mengkilap memasuki pelataran gedung PT. Atmajaya Karya Husada. Perusahaan yang bergerak di bidang kontruksi dan merupakan anak cabang dari perusahaan Atmajaya Group. Mobil itu berhenti di depan lobi, menarik atensi setiap mata yang memandang ketika beberapa orang berpakaian formal berjejer di depan lobi utama. Pria berpakaian serba hitam segera memosisikan diri di depan pintu penumpang, membukakan pintu untuk orang penting di perusahaan Atamjaya Karya Husada atau biasa disebut AKH. "Selamat pagi Pak," sapa pria itu dengan sopan, membungkukkan sedikit badannya sebagai penghormatan pada atasannya. "Pagi," balas pria yang keluar dari mobil, ekspresinya datar. Namun, sorot matanya begitu tegas, menatap lurus ke depan seiring dengan langkah kakinya. Ia tampak berkharisma. Pria berstelan jas rapi yang membalut tubuh atletis, dipadu dengan wajah tampan, berahang tegas, hidung mancung, alis tebal dan kaca mata hitam bertengger di atas hidung menutup mata beriris kecoklatan yang mampu mengeluarkan pesona luar biasa. Ditambah tatanan rambut klimis menjadikan penampilan pria itu terlihat nyaris sempurna. Pria keturunan blasteran Indonesia-Jerman yang menyandang gelar Direktur paling muda, serta meraih penghargaan CEO Safety Leadership Award - Contractor Stateowned Company tahun ini di ajang INDONESIA CONSTRUCTION SAFETY AWARDS (ICSA). Pria itu bernama, William Atmaja, putra pertama dari tiga bersaudara anak Surya Atmaja selaku CEO Atmajaya Group. "Selamat pagi Pak Liam." Serempak deretan orang yang berjajar di sepanjang menuju pintu masuk gedung AKH memberikan salam hormat pada William Atmaja yang lebih akrab dipanggil Liam. "Pagi." Liam berjalan melewati mereka, kemudian satu per satu dari mereka berjalan mengikutinya di belakang, memasuki gedung AKH yang sudah ramai oleh para karyawan. "Bagaimana persiapan pembangunan perumahan di Tangerang?" Seraya berjalan memasuki lift, Liam bertanya pada para staff yang berjalan di belakangnya. "Sudah selesai Pak, tinggal menunggu peresmian untuk memulai pembangunan," ucap pak Danu selaku Project Manager (PM). "Pembebasan lahan di Jogja?" Liam kembali mengajukan pertanyaan, sembari menunggu lift yang berjalan ke atas menuju lantai lima belas di mana ruangannya berada. "Masih dalam proses Pak," jawab pak Danu, suaranya ragu-ragu dengan wajah pucat. Liam berdecak, mengendurkan ikatan dasinya yang serasa mencekik dan membuatnya gerah dalam lift berisikan lima orang itu. "Kendala apa lagi sekarang? Bukankah saya sudah bilang untuk segera membebaskan lahan di sana!" Suara Liam mulai meninggi. "Para investor sudah mulai mempertanyakan kinerja kita, harusnya kamu bisa bekerja lebih gesit. Kecuali kamu siap untuk diganti!" "Ba-baik Pak." Pak Danu menelan ludah, ia paham betul maksud ucapan Liam yang dipenuhi peringatan. Atasannya itu memang terkenal tegas dan tidak pandang bulu, siapa pun yang dianggap lamban dan tidak becus akan langsung dipecat saat itu juga. Tak heran jika Liam dijuluki sebagai bos dingin berhati batu. "Saya mau besok semuanya sudah beres. Lakukan pendekatan, ajak bermusyawarah, kasih harga tinggi. Harusnya seperti itu tidak perlu saya kasih tahu!" kata Liam, berjalan keluar ketika pintu lift terbuka. "Ingat, jangan pakai kekerasan. Saya tidak mau ada kontroversi apalagi sampai masuk ke media. Kalian tahu, 'kan, akibatnya kalau sampai hal itu diendus media?" Liam menoleh ke belakang, membuat para staff di belakangnya seketika terpaku dan menunduk takut. "Jangan sampai saham perusahaan anjlok karena kecerobohan kalian!" "Baik Pak," seru kelima staff. Liam mengibaskan tangannya. "Kalian boleh pergi, kecuali kamu Putra." Keempat staff pun pamit, kembali memasuki lift, meninggalkan Liam dengan Putra yang merupakan orang kepercayaannya di perusahaan. "Apa kamu sudah melakukan yang saya perintahkan?" tanya Liam, keduanya berjalan menuju ruangannya. "Sudah Pak, tapi ada sedikit kendala ...." Putra berhenti bicara ketika Liam tiba-tiba menghentikan langkahnya. Refleks matanya mengikuti sorot mata atasannya itu yang menjurus ke meja sekretarisnya yang masih kosong. Liam mengalihkan pandangan ke jam tangan mewah yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, kemudian berdecak kesal. "Dia telat lagi!" Ucapan Liam bukanlah pertanyaan, lebih ke pernyataan yang membeberkan fakta kalau sekretarisnya kembali berulah. Datang terlambat untuk kesekian kali, hal itu jelas membuat Liam gondok. Pasalnya ia membenci orang yang tidak tepat waktu dan tidak bertanggung jawab atas pekerjaan. Karena baginya waktu adalah uang, terlambat masuk kerja artinya dianggap makan gaji buta! "Apa perlu saya telepon, Pak?" tanya Putra, khawatir ketika melihat raut wajah atasannya. Jelas bukan Liam yang dikhawatirkan Putra, tentu saja sekretaris Liam yang baru menjabat seminggu dan hari ini berpotensi kehilangan posisinya atau lebih parah kehilangan pekerjaannya, alias dipecat dengan tidak hormat oleh Liam si bos dingin yang tidak mengenal belas kasihan pada siapa pun! Sekalipun itu wanita! Liam mengibaskan tangannya. "Tidak perlu. Lebih baik kamu buatkan saya kopi, saya butuh sesuatu yang panas untuk meredam emosi." Putra mengangguk patuh. "Baik Pak, kalau begitu saya permisi." Sementara di luar gedung, sebuah motor N-Max warna silver berhenti di depan lobi. Seorang wanita yang memakai celana panjang bahan warna merah tua, berpadu dengan kemeja panjang warna merah muda terang yang digulung sampai siku turun dari motor. "Ini Pak, ambil saja kembaliannya," ucap wanita itu, tampak tergesa-gesa. "Sialan, berasa kayak habis disunat. Besok-besok nggak naik motor begitu lagi." Wanita itu menggerutu, sambil berjalan cepat dengan kaki merenggang seperti habis disunat. Di saat ia tengah diburu waktu, langkah cepatnya harus terhenti karena teriakan abang ojek online yang meneriakinya. Wanita itu lantas berdecak, mengembuskan napas berat, mencoba untuk tidak meledakkan emosinya yang sudah bercokol ke ubun-ubun. "Ambil aja Pak kembaliannya, saya ikhlas. Saya sedang buru-buru!" teriaknya kembali berjalan cepat tanpa menghiraukan abang ojek online yang masih mengejar. "Mbak, tunggu!" Abang ojek online mempercepat langkahnya, menyusul wanita itu sebelum masuk lift. "Mbak." Ia berhasil menyentuh bahu wanita itu ketika sampai di depan lift, sontak saja hal itu membuat sang empu berbalik. "Apa lagi sih, Pak? Kan saya udah bilang, ambil saja kembaliannya. Saya ikhlas, lagian saya tuh lagi buru-buru Pak. Ini menyangkut kelangsungan hidup saya, kalau sampai saya nggak segera sampai ke ruangan kerja saya. Bisa-bisa bos saya marah dan berubah jadi Hulk," cerocos wanita itu tanpa memberikan kesempatan abang ojol berbicara. "Udah ya, Pak, saya buru-buru. Ambil aja kembaliannya, lumayan buat beli sarapan nasi uduk di depan. Enak nasi uduknya, mantul." Wanita itu mengacungkan jari jempolnya untuk mendukung pernyataannya soal nasi uduk yang dianggapnya benar-benar enak, setelah itu buru-buru masuk ke lift ketika pintu lift terbuka. Ia tidak boleh menyia-nyiakan waktu yang tersisa barang sedetik saja, karena ini menyangkut karirnya yang sudah berada di ujung tanduk. Namun, baru saja wanita itu melangkahkan kaki kanannya masuk ke lift, abang ojek online kembali menyentuh bahunya. Sontak saja ia menoleh, bersiap menyembur abang ojek online dengan kata-kata mutiara. Tetapi belum sempat mulutnya terbuka, abang ojek online lebih dulu berbicara. "Mbak, helemnya." Abang ojek online menunjuk ke kepala wanita itu seraya meringis, tidak enak harus mengingatkan si wanita akan helem yang masih bertengger di kepalanya. "Saya nggak bisa narik penumpang kalau helemnya dibawa," sambung pria itu. "OMG!" Mata wanita itu melebar seketika tangannya refleks terangkat dan menyentuh sesuatu yang masih melekat di kepalanya. Sedetik kemudian ia menyengir, cepat-cepat mencopot helem itu dan mengembalikan pada pemiliknya. "Maaf ya Pak, saya lupa." "Iya Mbak, nggak apa-apa. Mungkin mbak butuh aqua," sahut abang ojek online, ambigu. Setelah itu ia pergi meninggalkan wanita itu yang sudah masuk ke dalam lift. Wanita itu menyandarkan tubuhnya pada dinding lift setelah menekan tombol lima belas. Ia mengembuskan napas berat, otaknya diperas untuk memikirkan alasan yang tepat ketika bosnya yang galak nanti bertanya. Membayangkan wajah bosnya ketika menginterogasi, sontak saja wanita itu bergidik ngeri. Ia meringis, mengutuk hari senin yang merupakan hari kesialannya. Denting lift terdengar, disusul pintu lift yang terbuka saat tiba di lantai lima belas. Wanita itu menarik napas kuat-kuat, menguatkan tekad dan memberanikan diri untuk melangkah keluar dari lift. Rasanya setiap langkahnya begitu berat, seolah ia sedang melangkah menuju neraka. Tapi sepertinya hari ini kantor megah AKH akan menjadi neraka seharinya, mengingat bagaimana bosnya yang super duper galak itu akan menghakimi dirinya dengan sangat sadis tentunya. Wanita itu menelan ludah ketika tiba di depan pintu penghubung menuju ruangan CEO utama. Jangtungnya berdegup kencang ketika tangannya mulai menggenggam gagang pintu kaca, perlahan tapi pasti ia mendorong pintu, melongokkan kepalanya masuk. Mendapati ruangannya dalam keadaan sunyi, ia pun bisa masuk dengan perasaan lega. Namun, baru saja ia menghela napas, jantungnya kembali dipaksa berpacu cepat dengan bola mata melebar, ketika kursi kerjanya tiba-tiba saja berputar dan menampilkan sesosok menyeramkan menghadap ke arahnya. "Pa-Pak Liam!" Spontan wanita itu memekik, tergagap dan juga panik saat melihat siapa gerangan yang menduduki kursi kerjanya. Otaknya dipaksa berpikir untuk merangkai kalimat sebagai alibi masuk akal, tapi sialnya otak kecilnya mendadak tumpul seolah tidlak bisa berfungsi dengan semestinya. Tatapan tajam pria itu berhasil melumpuhkan seluruh saraf kewarasannya. Astaga! Pak Liam kenapa seram sekali, mirip Dracula! "Jam berapa ini?" Liam menatap wanita yang berdiri kaku di depan pintu seraya meringis. Wajah ketakutan wanita itu terlihat sangat menggelikan dan entah kenapa hal itu membuat Liam puas melihatnya. "Ja-jam ...." Wanita itu menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha bersikap normal. Acap kali berhadapan dengan bosnya itu, ia sering jadi gagap seolah kehilangan kemampuan bicaranya. Dengan sekali tarikan napas, ia membuka mulutnya untuk meluncurkan jawaban dengan lancar. "Jam enam lebih sembilan puluh menit, Pak." Liam mengerutkan keningnya. "Apa?" Wanita konyol di depannya sukses membuat ia berpikir keras untuk mencerna jawaban ambigu yang dilontarkan. Lalu Liam terkekeh, merasa dipermainkan oleh sekretarisnya sendiri. Ia menatap lurus mata wanita itu yang bergerak liar, ketakutan. Liam tersenyum miring, wajahnya terlihat tenang. Tapi hal itu justru membuat wanita itu semakin gugup dan mati gaya. Seolah vonis hukuman mati siap dilayangkan padanya dan benar saja, Liam memberikan vonis mematikan atas kesalahannya hari ini. "Carla Ananda Yosefh, mulai detik ini, jam ini, hari ini, kamu dipecat. Silakan keluar dari sini, pintunya ada di belakang kamu!"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
12.5K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.6K
bc

My Secret Little Wife

read
95.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook