bc

Pengawal Nona Muda

book_age18+
1.2K
FOLLOW
7.6K
READ
goodgirl
student
twisted
sweet
humorous
campus
city
secrets
bodyguard
naive
like
intro-logo
Blurb

"Halo, Non Angela ... saya adalah Gin, pengawal pribadi Non Angela mulai hari ini sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Katakan saja apa yang Non Angela butuhkan, saya akan lakukan." -Gin-

"Kamu itu pengawal, Gino, bukan pembantu!" -Angela-

***

Dunia Angela seakan jungkir balik sejak seorang lelaki datang dan mengaku disewa oleh Michael, sang ayah, dengan tujuan menjadi pengawal pribadi untuk mengawal dan menjaga Angela dari perundungan dan tindakan iseng yang selama beberapa waktu mengganggunya.

Dari sana dimulai kisah romansa, kejutan, dan kenyataan tentang Jason, sahabat Angela. Juga terkuaknya rahasia Jason dan Gin secara bersamaan.

Bagaimana kisah cinta Gin dan Angela yang semula hanya sebatas pengawal pribadi dan nona? Akankah kisah cinta mereka akan berakhir bahagia?

chap-preview
Free preview
Pengawal Pribadi
“AWAS!!!” pekik seorang laki-laki tegap yang disusul kedua lengan menarik tubuh seorang gadis menjauh dari balkon. Suara pecahan benda terdengar nyaring, jelas sekali kalau terjatuh dari tempat yang cukup tinggi. Namun, alasan penyebab jatuhnya yang tak diketahui oleh siapa pun. Laki-laki itu mendongak ke atas, memastikan apakah ada seseorang yang memang dengan sengaja menjatuhkan pot berbahan semen itu dari sana. Andai ia tidak sigap, mungkin gadis itu sudah tak bernyawa, sekarang. “Kamu tidak apa-apa?” tanya laki-laki itu, yang hanya dijawab gelengan. Ia dapat melihat air muka gadis yang masih berada dalam rengkuhannya kini berubah pias. Tatapannya penuh kecemasan. “Kamu aman, sekarang. Di mana rumah kamu? Aku antar—“ Belum selesai laki-laki itu berkata, sang gadis sudah limbung dan tak sadarkan diri dalam rengkuhan lengan kokohnya. Gadis itu masih mendengar suara bariton lelaki yang menyelamatkannya dari kemungkinan hilang nyawa hari ini. Meski baginya itu hanyalah kebetulan, jelas itu adalah teror. Dan ia masih tak mau mengakui itu. Setelah kejadian itu, MA University kembali seperti semula. Semua menduga apa yang terjadi hanyalah kebetulan yang memang nyaris menimbulkan korban. Tak ada seorang pun yang berniat mengusut tuntas masalah itu, meski jelas mustahil pot bunga seberat itu terjun bebas tanpa alasan. Angela—gadis yang nyaris jadi korban pun, kembali menjalani perkuliahan dengan tenang seolah tak pernah terjadi apa-apa. Karena kejadian itu bukanlah satu kesialan yang ia alami. Masih banyak kesialan lain, dan ia mulai terbiasa dengan itu. Ia tak lagi memikirkan apakah lelaki itu mahasiswa di kampus yang sama, ataukah orang lain yang kebetulan lewat, atau memang berniat menolongnya? Ia tak lagi peduli. Bahkan wajah atau sekadar nama lelaki itu pun ia tak tahu. Seperti hari ini, ia tampak frustasi. Mencari ke sana kemari alat butsir yang ia butuhkan untuk membuat patung yang menjadi tugas ujiannya. Ini sudah ke sekian kali terjadi, padahal ia tak pernah meletakkan peralatannya selain di atas meja miliknya. Ia mendesah kesal. Seorang diri di ruang kelas yang sudah ditinggalkan mahasiswa art lainnya, membuat bulu halus di sekujur tubuhnya meremang. Ia mengelus tengkuknya yang terasa dingin. “Gak mungkin ada setan, ah! Biasanya aku di sini aman-aman saja. Kenapa hari ini rasanya beda, sih?” gerutunya, bermonolog. Ia kemudian menoleh ke kanan kiri, memindai seisi ruangan luas di mana dirinya berada. Tak ingin kesepian sendiri, ia menyalakan musik sebagai peneman kesendiriannya. Baru berapa lama, ponselnya berbunyi, sebuah notifikasi pesan chat yang membuatnya terjingkat kaget, lalu memeriksa ponselnya. Ada beberapa chat dari Jason, mengajaknya untuk pulang bersama. “Apa aku pulang aja kali, ya? Di sini sendirian kayaknya gak seru, deh.” Ia masih bicara sendiri, seolah itu merupakan hobinya. Padahal hanya karena ia tak ingin otaknya berkelana dan memikirkan hal yang tidak-tidak. Ragu, ia mengambil beberapa barang yang ia butuhkan, kemudian memasukkan ke dalam tas selempangnya. Fix! Ia memutuskan untuk pulang. Baru tiba di halaman parkir menuju ke arah mobilnya yang sepertinya sudah cukup lama menunggu di sana, ia dikejutkan dengan keberadaan lelaki asing berdiri tak jauh dari kendaraan hitam miliknya. “Siapa kamu?” tanya Angela dengan intonasi yang menyiratkan kalau dirinya tidak terlalu menyukai keberadaan orang asing. Terlebih, cara berpakaian lelaki itu yang pasti akan mengundang tanda tanya dari orang yang melihatnya. “Halo, Non Angela. Nama saya Gin, pengawal pribadi Non Angela mulai saat ini hingga batas waktu yang tidak ditentukan,” ucap seorang lelaki bertubuh tegap yang kini tengah berdiri tak jauh dari mobilnya yang terparkir di halaman parkir MA University, kampusnya. “Apa? Pengawal pribadi? Buat apa? Ini pasti bercanda. Bilang aja kamu penjahat yang berlagak jadi pengawal pribadi padahal mau nyulik saya, kan? Ngaku kamu!” ketus Angela yang sudah siap dengan sepatu di tangannya. “Maaf, Non, saya benar-benar disewa oleh Pak Michael untuk menjaga dan mengawal Non Angela. Mari, saya antar pulang,” ucapnya, dengan raut wajah dan intonasi datar. Namun, tangan lelaki itu mencoba untuk menggiring Angela masuk ke dalam mobil dan sikap semacam itu justru membuat Angela membalas dengan tindakan yang defensif. “Jangan sentuh saya! Pergi kamu!” Angela melayangkan sepatu yang ia pegang untuk memukul lelaki bernama Gin yang mengaku sebagai pengawal pribadinya itu. Dan satu pukulan berhasil mengenai kepala lelaki itu. “Kalau Non Angela tidak percaya silakan hubungi Pak Michael!” ujar lelaki itu, setelah menerima banyak pukulan di kepala, wajah, dan lengannya. Mendengar perkataan Gin, Angela menghentikan tindakan brutalnya dan menghempaskan sepatunya ke tanah kemudian mengambil telepon genggamnya dan menghubungi sang ayah. “Papa! Papa apa-apaan, sih? Gin itu siapa? Aku gak kenal dan aku gak pernah minta pengawal pribadi, jadi aku gak mau pulang sama dia!” tegas Angela, yang membuatnya harus mendengar suara hela napas sang ayah dari seberang. “Tenang dulu, sayang. Bicara pelan-pelan. Biar papa jelaskan dulu, boleh?” Angela melirik benda yang melingkar di pergelangan tangannya. “Satu menit.” “Oke. Jadi begini. Papa hanya cemas karena beberapa kali kamu kehilangan peralatan butsir, pisau pahat, entah apa lagi. Papa gak mungkin diam saja,” ucap lelaki di seberang dengan suara beratnya yang menunjukkan tanda usia dan kebijaksanaan. Mendengar itu, Angela hanya memutar bola matanya, kemudian melirik ke arah Gin yang masih berdiri mematung, menanti Angela menyelesaikan urusan dengan sang ayah. “Tetap aja, Pa. Aku gak nyaman. Aku justru ghak bisa sama orang asing.” “Ya, dibiasakan. Toh, papa bukan menjodohkan kamu. Hanya pengawal pribadi, bukan buat jadi pacar. Tapi, kalau kamu mau jadiin pacar, bilang dulu. Meski dia ganteng ala-ala blasteran, bukan berarti boleh kamu pacarin tanpa izin papa, ya,” kelakar sang ayah, yang bukannya membuat suasana hati Angela membaik malah justru makin buruk. “Au’ ah, Papa. Diajak ngomong serius malah bercanda. Ya udah, aku pulang sekarang. Dah, Pa ....” “Sama Gin, ya, papa sudah—“ Angela mematikan panggilannya bahkan sebelum sang ayah menyelesaikan kalimatnya. Ia sudah tidak ingin mendengar lagi. Apa yang dilakukan sang ayah sungguh membuatnya kesal. Angela memutar tubuh dan menghadap lelaki dengan tubuh tinggi menjulang itu. Menatapnya beberapa saat, memastikan apakah lelaki itu bukan seorang psikopat atau residivis yang menyamar. “Siapa tadi nama kamu?” tanya Angela, akhirnya. “Gin, Non,” jawabnya, singkat. Tanpa embel-embel atau basa-basi yang menjemukan. “Oke, Gino, aku mau pulang sekarang. Mana Pak Jono?” tanya Angela pada lelaki yang tidak juga menggeser posisinya dari badan mobil. “Maaf, Gin, Non. Bukan Gino,” tegasnya. “Gak peduli Gino atau Gino, aku maunya manggil itu. Sekarang jawab pertanyaanku, Pak Jono di mana? Supirku, yang nganter aku ke kampus tadi, namanya Pak Jono. Di mana dia?” ulang Angela, terdengar sedikit kesal. “Pekerjaan sopir, pengawal pribadi, ke mana pun Non Angela pergi, akan menjadi tigas saya sejak hari ini, Non. Apa saja yang Non Angela butuhkan, katakan saja, saya akan lakukan.” “Itu pekerjaan pengawal pribadi, apa pembantu?” ketus gadis yang mencoba menggeser tubuh Gin. “Terserah, lah ... ayo anter aku pulang!” “Berarti kamu tadi ketemu papaku? Dia di rumah, kan?” tanya Angela, yang sudah duduk di bangku penumpang dengan wajah memberengut. “Pak Michael ada dinas ke luar kota, Non. Itu sebabnya, beliau minta saya untuk jagain Non Angela,” jawab Gin, tak alihkan fokusnya dari kemudi dan jalanan padat do hadapannya. “Kita mau ke mana, Non?” tanya laki-laki itu. “Pulang, lah. Apa papaku gak bilang sama kamu jadwal kuliahku, jam berapa aku pulang, aku suka pergi ke mana aja? Enggak? Katanya kamu merangkap semuanya, kan? Harusnya kamu tahu,” tukas Angela, ketus. Laki-laki itu mengangguk patuh dan melajukan kendaraan menuju ke rumah, sesuai permintaan majikan barunya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.3K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.6K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

TERNODA

read
198.7K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
58.0K
bc

My Secret Little Wife

read
132.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook