bc

5 Bintang di Pulau Altis

book_age12+
78
FOLLOW
1K
READ
adventure
others
time-travel
brilliant
genius
ambitious
lucky dog
special ability
dragons
war
like
intro-logo
Blurb

Luce, anak yang terkena penyakit misterius dengan tabung oksigen dan sungkup pernapasan yang selalu dibawanya. Dion, anak dengan wajah rupawan yang merasa risih dengan hidupnya lantaran terus dibuntuti oleh penggemarmya, kapan dan dimana pun ia berada. Aime, anak cerdas yang terus dipaksa belajar demi memenuhi ambisi kedua orang tuanya. Toby ahak yang sering di-bully di sekolah karena kekurangan fisik yang dimiliki lantaran bertubuh gempal. Baldwin, anak broken -home yang sering mendapati kedua orang tuanya bertengkar. Masalah kelima pemuda tersébuit membawa mereka terdampar bersama dipulau Altis dengan misi membanitu Caesar untuk menyelamatkan kerajaannya dari kudeta sang kakak yang ingin melakukan eksperimen untuk hidup abadi. Kisah ini bukan hanya tentang perjalanan mereka. Tetapi juga proses mencari jawaban dari pertanyaan terkait masalah mereka masing-masing.

chap-preview
Free preview
PROLOG
LUCE Seorang anak duduk di ambang jendela ditemani suara hujan dengan bau yang khas. Sementara  pikirannya sudah berada di luar, membayangkan betapa indahnya bermain bersama burung-burung yang membuat sarang tepat di sudut tiang rumah atau sekalian bermandikan hujan dan memutar-mutarkan tubuh, merentangkan tangan. Namun bagi Luce itu tak mungkin, dia dengan khawatir mengamati tabung di sebelahnya, juga meraba sungkup oksigennya sesekali lalu kembali meringkuk dengan lesu. Penyakit yang dideritanya sudah lama. Penyakit yang membuatnya tak bisa melakukan banyak hal yang ingin dilakukannya. Seseorang mengetuk pintu kamar Luce. Membuat laki-laki dengan alis tebal disertai frekless di bawah mata itu berbalik. "Tuan Albert sedang menunggu anda di bawah," kata perempuan bercelemek merah muda kepadanya. Albert adalah kakak tiri Luce. Luce sudah yatim piatu sejak berusia delapan tahun. Kakaknya meneruskan perusaahan keluarga mereka satu-satunya. "Dua tahun, kenapa dia baru menemuiku sekarang?" tanya Luce kesal dengan suara rendah karena tenggelam di balik sungkupnya. Perempuan tadi hanya bisa tersenyum getir, dia sejujurnya kasihan kepada Luce. Namun saat ini dia juga membutuhkan uang untuk menghidupi keluarganya. Kalau sampai salah ucap dia bisa dipecat di tempat. Dengan pelan Luce berjalan turun menyeret tabung oksigennya berat meski dengan bantuan roda. Kakaknya terlihat sudah menyiapkan banyak berkas. "Untunglah kamu disini. Cepat, tanda tangani ini semua dan biarkan aku pergi dari rumah ini," kata Albert langsung tanpa basa-basi. "Kamu akan kutitipkan di panti asuhan yang paling baik di kota ini. Jadi jangan khawatir." Luce mengangguk, seperti tahu apa yang akan terjadi. "Baiklah. aku ingin buang air kecil dulu," pintanya. Luce melewati WC pergi lewat pintu belakang di rumah yang megah itu, berjalan sambil menarik tabung oksigennya. Di belakang rumahnya terdapat sebuah pantai yang letaknya tak terlalu jauh. Dia pergi kesana dan berharap ada keajaiban hingga dia bisa melarikan diri. Berharap ada nelayan atau siapapun yang menyelamatkannya dan ia hanya perlu pura-pura lupa ingatan. Saat tiba di pantai, langkahnya berhenti. ¶¶¶¶¶ BALDWIN Baldwin berjalan keluar rumah tanpa tujuan  setelah mendengar suara pecahan keramik dari dalam rumahnya. Baldwin yang sebelumnya sembunyi di balik pintu menyaksikan  bagaimana orang tuanya bertengkar dan ia merasa wajar-wajar saja karena ini bukan yang pertama kali. Ini untuk yang kesekian kali dia melihat kejadian seperti itu sejak umurnya lima tahun. Tak hanya itu, terkadang ia juga ikut dilibatkan dalam pertengkaran yang membuat  keramik di rumahnya satu persatu dibuang ke tempat sampah karena pecah. Baldwin melangkahkan kakinya ke taman, duduk berdiam diri disana ditemani sebatang rokok sambil memainkan rubiknya.  Dia merasa nyaman sebelum akhirnya pergi meninggalkan tempat itu ketika datang satu keluarga yang berpiknik dengan harmonis disana, dua anak laki-laki, dan seorang anak perempuan juga ayah dan ibunya. Baldwin merasa muak dengan pemandangan itu, mengapa dia dilahirkan di keluarga yang hancur berantakan tanpa seorang saudara pun dan harus menanggung semua beban sendirian. Karenanya, dia meninggalkan taman dan pergi menyusuri keramaian kota. Saat tiba di pantai langkah kakinya baru berhenti. ¶¶¶¶¶ DION Dion basah karena rintik hujan, dia mengibaskan rambutnya, membuat semua orang yang jalan berlawanan arah dengannya sambil memegang payung menghentikan langkah, memperhatikan Dion seolah terhipnotis. Saat hujan reda, Dion sudah duduk di bangku taman ditemani sebuah buku 'Dark Matter' karya Bella Crouch dan airpodsnya yang menggelantung di telinga setelah merasa risih mendengar suara kamera dari perempuan-perempuan yang diam-diam memotretnya. Dia bolos dari sekolah agar semua orang tak memotretnya lagi diam-diam namun saat di luar, dia masih mengalami nasib yang sama. Semakin lama, semakin banyak Dion melihat perempuan di sekitarnya bahkan ada yang memotonya secara terang-terangan. Semua itu karena wajah Dion yang luar biasa tampan. Merasa tidak enak, Dion meraih tasnya lagi dan jalan tanpa tentu arah, pergi ke tempat dimana tidak ada lagi perempuan yang memotretnya hingga perjalanannya bermuara di pantai. ¶¶¶¶¶ AIME Aime, tipe anak laki-laki yang penurut, yang terus-terusan berkutat di depan meja belajarnya. Namun itu jelas membuatnya tertekan karena semua yang dilakukannya bukan didasarkan pada keinginannya sendiri. Namun ambisi orang tuanya. Hari ini, tepat dihadapan Aime, ayahnya sendiri merobek-robek lembar ulangan matematikanya yang tertulis angka '95'. "Ada apa ini? Kamu harusnya bisa mendapatkan nilai sempurna untuk bisa lolos kedokteran," kata papanya kecewa sambil marah-marah dengan menggebrak pintu kamar Aime. Aime dengan sakit hati tidak menggubris,  langsung saja ia mengambil tasnya dengan kesal lalu berjalan keluar rumah tanpa berpikir tentang sebuah tujuan. Langkahnya berhenti saat dia tiba di pantai. ¶¶¶¶¶ TOBY Sekantong makanan telah Toby berikan dari hasil menjaga minimarket semalam. Namun dia masih saja menerima pukulan dari Bram yang merasa dirinya adalah penguasa sekolah kedua setelah kepala sekolah. Tinjuan Bram tepat mengenai pipi Toby yang tembem. "Tidak bisakah kau membawa makanan yang lebih banyak?" sergah Bram setelah Toby betul-betul tak dapat bangkit lagi. Sementara sebagian teman kelas mereka yang lain menyaksikan penderitaan Toby dengan tertawa-tawa, sisanya pura-pura tidak tahu. "Ada apa ini?" Terdengar suara membuat semua orang berbalik. Rupanya Bu Tuti, guru Biologi mereka yang sudah berdiri di ambang pintu kelas. "Lihatlah Bu, Toby berkelahi lagi dengan anak kelas sebelah," tukas Bram berbohong. Bu Tuti menatap tajam mata Toby. "Kalau begitu keluarlah Toby, pergilah ke ruang BK sekarang! Atau ibu yang akan menyeretmu ke sana," murkanya. “Baik Bu,” jawab Toby pasrah. Dengan kesal Toby meninggalkan kelas setelah mendengar tawa kecil Bram, sambil memegang perutnya yang sakit bukan main. Karena kesal dia tidak pergi ke ruang BK seperti yang Bu Tuti perintahkan. Laki-laki itu bolos dari sekolah, terus berjalan sampai dia tiba di pantai. ¶¶¶¶¶ Hingga akhirnya kelima anak itu bertemu di tempat yang sama tepat di pantai dengan posisi membentuk persegi lima. Bisa juga seperti bintang. Mereka saling melemparkan pandangan satu sama lain  dengan pertanyaan yang memenuhi kepala masing-masing. Semenit kemudian terasa guncangan maha dahsyat, disusul gelombang tsunami yang datang dengan ketinggian lima meter dan menenggelamkan pantai. Kelima pemuda itu melalui kegelapan yang panjang, mereka terdampar di pulau entah berantah.  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
639.8K
bc

Marriage Aggreement

read
86.9K
bc

FATE ; Rebirth of the princess

read
35.9K
bc

Rebirth of The Queen

read
3.6K
bc

Rise from the Darkness

read
8.2K
bc

Life of An (Completed)

read
1.1M
bc

Scandal Para Ipar

read
707.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook