Mula-mula Keenam pemuda itu melintasi rumah penduduk di tepi Barat Altis. Rumah-rumah dengan atap berbentuk bulat seperti rumah kakek Ryu, atapnya terbuat dari dedaunan kering yang dianyam. Daerah yang luas dan menyenangkan sebelum beruang-beruang itu datang, sekarang kondisinya sudah sepi tak ada orang-orang karena banyak yang sudah mengungsi di gua-gua atau di bagian timur kerajaan Altis tepat di seberang sungai. Kadang, mereka melihat satu, dua penduduk yang memilih tetap tinggal dan berkebun. Menjalankan kehidupannya seperti biasa karena menganggap beruang-beruang itu hanya menghancurkan kerajaan Altis pusat.
Seterusnya, Caesar dan kelima anak lainnya melalui daerah luas yang tak berpenghuni. Di situ tidak ada orang, tidak ada penginapan, dan jalanannya semakin buruk. Tidak jauh di depan suasana mulai tampak hutan-hutan yang rupanya mengerikan, makin lama kelihatan makin gelap, karena ditumbuhi pohon-pohon rindang yang benar-benar menjulang tinggi, tiga kali lipat dari pohon-pohon di hutan sebelumnya.
Kalau tadi sangat cerah, sekarang berubah menjadi dingin dan basah. Karena malam, mereka akhirnya memutuskan berkemah di mana saja, asal tempatnya kering.
“Apakah perjalanannya masih jauh?” tanya Toby kepada Aime yang memegang perkamen, selain membawa buku-buku dia juga bertugas membaca peta sekarang.
“Masih sangat jauh. Tetapi sebenarnya dekat,” Aime menunjukkan peta kepada semua orang. “Apa ada baiknya kita melewati gunung saja?”
Caesar menggeleng, menjelaskan kepada semuanya kalau gunung yang berada tepat di tengah-tengah pulau Altis yang bernama gunung Sanhora bukan gunung biasa, tetapi gunung yang menjulang tinggi ke langit, bersuhu -40 derajat celcius. “Belum lagi tak ada makanan.”
“Benar sekali, kita tidak boleh mendaki gunung kalau tak ada makanan.”
Bagi Toby makanan adalah hal yang harus ada dalam setiap perjalanan, sekali pun ini adalah perjalanan pertamanya. Dia memegang perutnya setelah dia diingatkan akan makanan, lalu membuka tas perbekalan, mendapati beberapa roti gandum. “Bukankah ini saatnya untuk makan?”
“Bagi yang lapar, makanlah! anda juga yang mulia,” kata Baldwin sopan kepada Caesar. “Ah ttolong jangan memanggilku seperti itu Baldwin. Kita seumuran,” gerutu Caesar yang dibalas anggukan kikuk Baldwin.
¶¶¶
Semua orang terbangun bangun lebih awal kecuali Toby yang kaget setelah mengucek matanya. Melihat gunung-gunung yang menjulang sangat tinggi meski dari kejauhan. "Itukah gunung-nya?" tanyanya dengan suara takjub, dipandanginya pegunungan itu dengan mata bulat, dia belum pernah melihat benda sebesar itu.
"Ya, itulah alasan mengapa kita tidak perlu melewatinya," jawab Caesar menguatkan perkataannya semalam.
Baldwin menyuruh Toby untuk bergegas, semua orang sudah siap berangkat.
Kini posisi mereka berubah, Baldwin di depan lalu di belakangnya ada Aime yang menjadi penunjuk jalan. "Kita jangan sampai tersesat. Kalau sampai tersesat tamatlah riwayat kita!" kata Baldwin.
"Kita juga perlu makanan, dan beristirahat di tempat yang aman. Semalam mungkin adalah suatu keberuntungan singa hutan tidak melahap habis kita semua," tambah Caesar yang ada di barisan ketiga setelah Aime. Di belakangnya ada Luce, Toby dan Dion di barisan akhir.
Dion seringkali bernyanyi untuk sekedar menghibur di keheningan, sesekali dia juga bersiul-siul mengundang perhatian burung-burung aneh dan misterius yang belum pernah mereka temui sebelumnya. Ada burung berwarna merah dengan paruh biru atau sebaliknya. Burung-burung di pulau Altis punya warna-warna yang cukup terang, kawanan burung-burung pergi mencari sari dari bunga-bunga di hamparan jalan yang tinggi-tinggi dan dominan berwarna kuning tua.
Setelah setengah jam berada dia atas kuda, Baldwin berhenti saat melihat ada keanehan pada dua pohon dihadapannya yang membentuk seperti gerbang. Dia turun dari kudanya dan meraba sebuah batang pohong seperti diukir membentuk lingkarang dengan gambar topi kerucut di tengah lingkaran. "Apa ada sebuah pedesaan di depan sana?" ujarnya kepada yang lain yang masih terlihat bingung.
Karena penasaran, Caesar turun juga dari kudanya disusul yang lain. "Apa ini desa krekty yang diceritakan kakek Ryu?"
"Krekty?" tanya Luce spontan. Sepanjang perjalanan kemarin baru kali ini dia bersuara.
"Ya, makhluk yang hampir mirip dengan kita, hanya saja tubuhnya lebih pendek mungkin hanya sebatas pinggang."
Baldwin sudah memegang sarung pedangnya, bersiap-siap menghunus kalau-kalau terjadi sesuatu.
Semenit kemudian, benar saja dugaannya, segerombolan krekty menyerang dari atas pohon, dengan lincah menaiki kuda, menutup mata semua orang satu per satu dan menutup mulut mereka dengan sesuatu yang membuat Baldwin tak punya waktu untuk melawan. Seketika gelap.
¶¶¶¶¶
Luce membuka matanya disusul yang lain, semuanya kaget bukan main ketika mereka sadar diikat di sebuah tiang besar secara mengeliling.
Mereka dikelilingi oleh manusia bertubuh pendek-pendek yang bersorak-sorak dengan bahasa yang terdengar cukup asing hanya terdiri dari huruf vokal, yang membedakan hanyalah nada yang kadang memanjang kadang seperti dibaca satu huruf saja seperti 'aaaiuuiiiaiiiaiio’
"Bagaimana ini?" tanya Toby yang merasa sedikit sesak karena tubuhnya terlilit tanaman menjalar berkayu. Lebih tepatnya karena tubuhnya lebih besar dari yang lain.
Sayangnya tak ada yang menggubris Toby, semuanya sibuk menggerakkan badan masing-masing. Berharap lilitan lepas namun mereka berhenti setelah sadar itu hanya melukai tubuh mereka, kemudian alasan kedua mereka berhenti adalah karena salah satu krekty yang terlihat berbeda dari krekty yang lain karena mengenakan topi perlahan mendekat. Kemudian mengangkat tongkatnya membuat semua orang tambah bersorak.
Lima krekty yang sedari tadi berdiri di belakang krekty bertopi maju membawa kelima anak itu, mengiringya seperti binatang ternak. Sementara warga desa krekty menepi memberi jalan, mereka berjejer rapi sampai di mulut gua.
Di dalam gua, krekty yang bertopi tadi duduk di sebuah kursi berwarna hitam pekat dengan ujung persegi dan terdapat ukiran persis di batang pohon yang dilihat Baldwin sebelumnya.
"Apakah dia pemimpinnya?" tanya Aime kepada siapa saja.
"Ya, dia terlihat menonjol. Otomatis dia yang memimpin," jawab Toby yang sedari tadi bersungut-sungut, karena ikatan di tubuhnya yang belum juga lepas.
Pemimpin krekty berbicara kepada krekty yang lain dengan bahasa yang tidak diketahui keenam pemuda malang itu. Sesaat kemudian krekty itu membawa mereka ke ruang dalam gua yang bersekat-sekat seperti penjara namun berdindingkan tanah. mereka dihempaskan dengan beringas ke tempat yang gelap dan sembab itu, hanya ada sedikit cahaya dari luar gua yang merembes masuk.
"Gawat, apa yang harus kita lakukan Caesar?" tanya Baldwin kepada Caesar yang mengamati sekelilingnya seperti berpikir untuk mencari jalan keluar. Beberapa saat kemudian dia memberi jawaban. "Aku tidak tahu apa yang harus kita lakukan sekarang. Berikan aku waktu untuk berpikir dulu," jawabnya mengambil sesuatu dari saku celana.
Sementara itu Toby sengaja bernapas tersengal-sengal seperti ingin mengembalikan semua oksigen yang tadi tidak sempat dihirupnya.
Caesar tersenyum. "Aku punya ide." Ia menyuruh semua orang mendekat. Sarannya diterima karena semua orang mengangguk setuju. Tak lama kemudian, mereka menjalankan aksinya, Toby sudah tersengal-sengal lagi sementara yang lain berteriak memanggil dua krekty yang mengawasi mereka.
Satu krekty terlihat mengantuk jadi dia terlihat bermasa bodoh, sedangkan yang satunya bukan bermasa bodoh tapi dia memang bodoh dengan membuka papan yang terbuat dari batang kayu karena panik. Seketika Baldwin dengan sigap memukul kepala krekty itu dengan sikunya sampai pingsan.
"Berhasil!" kata Dion dengan nada rendah.
Mereka mengendap-endap mengelabui krekty yang tertidur, melewati sekat-sekat goa yang sempit, lembab, gelap, berbatu-batu. Hingga akhirnya mereka melihat cahaya, namun sayangnya banyak krekty di mulut gua, Caesar bisa melihatnya melalui celah-celah bebatuan.
Dion cemas. "Bagaimana ini?"
"Tidak ada jalan lain, kita harus masuk lebih dalam ke dalam gua, tinggal itu salah satunya jalan, berharap ada jalan keluar di ujung sana," ujar Caesar, setiap keputusannya selalu diikuti.
Terlonjak kaget. Respon spontan mereka saat berbalik dan melihat sesosok krekty tersenyum. Tetapi, bukan dua krekty yang mengawasi mereka sebelumnya.
"Jangan berisik!" kata Krekty itu, Toby sudah bersungut-sungut di lengan Luce karena takut. "Perkenalkan aku Aooe," kata krekty itu.
"Kamu mengerti bahasa kami?" tanya Caesar, memasang posisi siap siaga kalau krekty dihadapannya menyerang.
"Ya, ceritanya panjang. Ikuti aku, aku akan membawa kalian keluar dari sini."
Krekty itu berbalik dan jalan melompat-lompat sementara yang lain mengikutinya dengan ragu, masih tidak percaya dengan krekty di hadapan mereka. Tetapi, tidak ada cara lain lagi. Kabur di mulut gua mereka akan ditangkap, masuk lebih dalam siapa tau saja ada makhluk yang lebih menyeramkan dari krekty ini.
Tetapi, pada kenyataannya si krekty misterius ini membawa mereka masuk jauh ke dalam gua. Kegelapan sebelumnya terjadi di sekeliling mereka seperti saat mereka memejamkan mata, tetapi sekarang tidak lagi saat krekty menyalakan pemantik api. Mereka merangkak-rangkak, meraba-raba dinding gua hingga akhirnya terlihat sebuah ruangan yang dipenuhi botol-botol kayu yang terbuat dari bambu. Juga dinding-dinding yang penuh coretan-coretan membentuk gambar penduduk krekty dan tulisan berhuruf aneh yang belum pernah Caesar dan kelima anak itu temui sebelumnya.
"Jadi apa sekarang?" Kata Caesar "Aku dan teman-temanku ingin pergi sekarang. Kami terburu-buru. Bisakah kamu membantu kami?"
Aooe tersenyum simpul. "Aku akan membawa kalian keluar dari gua ini, tetapi saat malam hari."
"Malam hari, yang benar saja?" Baldwin mulai curiga. Dia sedari tadi sepertinya tidak percaya dengan Aooe.
"Ya, aku akan membawa kalian keluar saat krekty lain tertidur. Seperti saat aku mencari makan di malam hari."
Setelahnya, krekty itu bercerita tentang sejarah keberadaannya beratus-ratus tahun di ruangan itu, saat dia menyebutkan bahwa usianya sudah 108 tahun, Dion dan Toby kaget bukan main. Rata-rata umur krekty saat meninggal adalah 300 tahun, lima kali dari rata-rata umur maksimal manusia pada umumnya. Jadi, sekarang Aooe masih tergolong muda.
"Aku berbeda dengan krekty lain. Enam puluh tahun yang lalu enam orang juga singgah disini, persis seperti kalian. Mereka tersesat dan tertangkap oleh penduduk. Aku ingat nama mereka, Simson, Opal, Nan, Sei, Ryu dan Kerk"
"Ryu, Kerk?" Caesar menyela. "Apa buku yang ditulis itu benar adanya? Aku pernah membaca buku yang kakek Ryu berikan tentang petualangannya. Kupikir itu cuma dongeng yang dibuat-buat."
"Oh tolonglah percaya dengan cerita itu," tukas Aooe.
"Dulu aku tidak percaya, kupikir kakekku dan kakek Ryu hanya pergi berdua. Saat kutanya kemana empat nama yang lain. Kakek Ryu tertawa kecil, kulihat hidungnya kembang-kempis jadi kukira dia berbohong."
"Hahahaha.. dasar!" Aooe tertawa menampakkan giginya yang panjang kuning-kuning. "Waktu itu aku masih anak-anak. Kakekku yang menyelamatkan mereka di ruangan ini, ruangan rahasia kami berdua."
"Kalau boleh tahu dimana kakek anda sekarang?" sela Aime yang antusias soal makhluk unik ini, yang mungkin dipanggil kurcaci di dunianya.
"Dia sudah meninggal, lima tahun sebelumnya umurnya tepat tiga ratus tahun."
"Aku turut berduka," kata Luce sedih.
Aooe bercerita lagi tentang bagaimana kedua orangtuanya meninggal karena dibunuh oleh manusia. Tentang kakeknya yang mengajarkannya bahasa manusia. Dan karena kakeknya lah, dia tidak pernah dendam, kalau dia mau dia bisa melaporkan keenam anak dihadapannya kepada pemimpin krekty. "Lupakanlah, terlalu lama membahas masa lalu akan membuat kita bersedih. Bukankah masa depan yang cerah ada dihadapan kita semua." Aooe menatap dinding gua. Matanya terlihat berkaca-kaca namun dia menyekanya cukup cepat sebelum air merembes ke pipinya yang tebal.
Keenam anak itu tahu bagaimana rasanya hidup sendiri selama bertahun-tahun. Terutama Luce, dia ber-empati kepada apa yang Aooe rasakan.
Selanjutnya Aooe mengalihkan pembicaraan tentang raja krekty yang bernama Aiue, yang dendam sedendam-dendamnya kepada manusia.
Beribu-ribu tahun yang lalu Krekty dan manusia memang sudah bermusuhan. Namun, saat Kerk diangkat menjadi raja Altis. Semuanya berubah, krekty jadi lebih dihargai. Namun, semuanya menjadi kelam kembali ketika Ermolo menggantikan ayahnya, raja Ermolo merubah semua peraturan ayahnya yang dianggap terlalu kuno dan tidak tegas. Ermolo mengusir semua krekty yang datang ke kerajaan pusat seperti binatang ternak, hingga membuat krekty harus membuat kediaman tepat di bawah gunung bergua yang jauh dari manusia-manusia.
"Karena itu aku berniat menyelamatkan kalian, berharap diantara kalian ada yang berhak menjadi raja juga," ujar Aooe penuh harap sambil tersenyum menatap Caesar, menduga Caesar lah keturunan raja diantara keenamnya, meski ragu, karena itu Aooe bertanya.
"Itu aku," kata Caesar. "Karenanya aku meminta dengan sangat, bantuan dari anda agar kami bisa keluar dari sini dengan segera. Aku harus pergi ke tenggara untuk meminta bantuan sepupuku disana," mohonnya.
Aooe tersenyum, menggeser batu dibelakangnya hingga nampak tumpukan kayu-kayu berbentuk kaki. "Inilah solusinya."
Semuanya kebingungan.
Aooe tertawa melihat ekspresi mereka. "Kalian akan menyamar seperti para krekty." Aooe menggeser batu gua, nampak sebuah ruang kosong, berisi pakaian yang kemudian dilemparkan satu persatu sementara keenam anak itu menangkapnya. "Pakailah itu, aku sengaja memilih baju dan celana yang besar agar kaki palsu kalian tidak kelihatan."
Semua orang mengamati pakaiannya masing-masing. Toby mengernyit karena merasa pakaian itu masih terlalu kecil untuknya.
"Tunggu dulu, tetapi bagaimana dengan ukuran tubuh kami?" tanya Baldwin sembari memasang pakaiannya.
"Itulah gunanya kaki palsu itu anak muda."
"Mungkin maksudnya, bagaimana cara menggunakannya?" sambung Toby, dia yang paling terakhir memakai pakaiannya.
Aooe berjalan mengambil kaki palsu dan memberikannya kepada Baldwin. "Lipat kakimu!"
"Apa?"
"Ya. Lalu gunakan kaki palsu ini."
Baldwin mengikuti perintah Aoee dengan kebingungan namun pada akhirnya berhasil, dia bisa menggerakkan kakinya yang terlipat tanpa rasa sakit karena ada seperti kapuk di dalam kaki palsu itu yang membuat pemakainya tidak sakit saat bergerak.
"Kakekku yang membuat kaki palsu ini untuk enam anak itu juga," celoteh Aooe sambil melangkahkan kakinya lagi mengambil sebuah kotak misterius berisi serbuk berwarna cokelat. "Terakhir olesi wajahmu dengan ini! Para krekty akan curiga kalau kulit kalian terlalu putih."