hargai aku juga

1000 Words
Stenly pulang ke rumah cukup malam setelah melalui jadwal yang panjang hari ini, Stenly membuka satu kancing kemejanya dan mendengar Erika kembali mengomel. Stenly ingin pulang beristirahat dengan tenang tanpa mendengar suara bising apa pun, namun ketika ia tiba di rumah, ia malah mendengar kakak iparnya itu malah sedang mengomeli Ria. “Biarkan saja dia kelaparan, jangan terlalu memperdulikan orang lain,” kata Erika menggelengkan kepala. “Ada apa lagi sih, Kakak Ipar?” tanya Stenly hendak melintasi kakak iparnya. “Menantuku itu menolak makan dari siang.” Stenly menggelengkan kepala. “Aku malas memperdulikan orang lain, yang penting dia sudah ditawarkan makan, kalau menolak itu artinya dia yang mau, ‘kan?” “Ya sudah. Mau bagaimana lagi,” kata Stenly lalu memasuki lift dan meninggalkan Erika yang masih mengomel. Sementara itu, Fre masih duduk di sofa, memainkan ponselnya dan melihat sosial medianya. Fre merindukan hidupnya yang penuh kebebasan dulu, walau kebebasannya itu pernah hampir menghancurkan masa depannya dengan fitnah. Tak lama kemudian, Anggi menelponnya. ‘Halo, Nggi,’ ucap Fre. ‘Kamu benar-benar susah dihubungi.’ ‘Tadi pas kamu telepon, aku lagi mandi.’ ‘Kamu benar-benar ya, buat aku bingung.’ ‘Bingung kenapa?’ ‘Kamu kan sudah menikah dengan putra Tunggal keluarga Riyadi. Tapi, kamu malah mengeluh bahwa kamu tak bisa melakukan apa pun.’ ‘Nggi, aku dilarang kuliah loh, aku harus di rumah aja, nggak boleh ketemu teman-teman atau keluarga kalau nggak penting, menurut kamu … aku nggak boleh ngeluh kalau kayak gitu?” ‘Iya sih. Tapi aku dengar kamu akan memiliki semuanya jika menikah dengan anak mereka.’ ‘Ya memang. Tapi aku nggak butuh semua itu.’ ‘Terus gimana dong sama kuliah kamu?’ ‘Aku udah ajuin buat kuliah online aja sementara waktu.’ ‘Pak Ari setuju?’ ‘Nggak tahu. Aku belum dapat jawabannya.’ ‘Apa aku ke rumahmu aja besok?’ ‘Nggi, aku juga nggak boleh ketemu siapa pun, untungnya ponselku nggak di ambil.’ ‘Maksudnya dilarang menerima tamu?’ ‘Iya.’ ‘Kamu nikah apa lagi Pendidikan sih, kok gitu banget.’ ‘Nah itu. Aku bosen, Nggi, aku pengen bebas.’ ‘Ya mau gimana lagi, Fre, kamu udah nggak bisa melakukan apa pun kan? Semua ini pilihan kamu. Kamu harus menerima konsekuensinya.’ Fre mendesah napas halus. ‘Kalau aku kabur, gimana?’ ‘Kamu bukannya ketemu sama gebetan kamu di rumah itu?’ ‘Ahh dia juga nggak bela aku kok, malah mengatakan aku murahan.’ ‘Ya sudah. Terima aja nasib kamu.’ ‘Aku punya Impian, Nggi, aku harus gimana?’ ‘Nanti coba curi-curi waktu buat datang ke kampus.’ ‘Gimana mau nyuri waktu kalau bodyguard di rumah ini juga malah di berikan tugas untuk jaga aku dan nggak membiarkan aku kemana-mana.’ ‘Ya Tuhan, nasibmu bener-bener ya?’ Tak lama kemudian, Stenly masuk ke kamarnya, Fre langsung memutuskan sambungan telepon dan menoleh melihat Stenly, Fre juga langsung menyembunyikan ponselnya dari balik bantal sofa karena tak mau jika ponselnya pun di ambil. “Mau apa Paman kemari?” tanya Fre acuh. “Aku kemari bukan untuk menemuimu. Aku kemari mau melihat keponakanku, bisa saja kamu bunuh dia agar kamu bisa mendapatkan apa yang kamu inginkan.” “Sepicik itu ya pikiran Paman?” “Paman? Siapa yang mengizinkanmu memanggilku dengan sebutan itu?” Fre terdiam, ia jadi terbiasa memanggil dengan sebutan itu setelah tahu Stenly adalah paman Jael, yang artinya paman mertuanya. Stenly lalu menarik Fre keluar dari kamar, lalu membawa Fre ke dalam kamarnya, ini ia lakukan dengan sadar, Fre terus mengamuk dalam pelukan Stenly, namun Stenly tak perduli dan masih menahan tubuh Fre dengan tubuhnya. “Paman, apa yang kau lakukan? Aku adalah menantumu.” “Apa? Menantu? Kamu tak pernah ku anggap seperti menantu.” “Tolong lepaskan aku, aku tidak mau terlihat murahan didepan orang lain.” “Tak ada orang lain, hanya ada aku di sini,” kata Stenly mendorong tubuh Fre ke ranjang, Stenly langsung mendorong tubuh Fre, membuat gadis itu terbaring diatas ranjang, segeralah Stenly menindih Fre agar Fre diam dan tidak mengamuk. “Paman, lepaskan aku.” “Jangan panggil aku dengan sebutan itu. Kamu kesepian, ‘kan?” “Apa maksud Paman?” “Setelah menikah kamu kesepian, dan kamu merindukanku. Apa aku salah?” Fre terdiam, apa yang Stenly katakan memang benar, ia memang merindukan kebersamaan mereka di hotel, b******u dan saling menyayangi, namun sayangnya itu tak akan pernah terjadi lagi karena ia sudah terjebak pada pernikahan ini. Stenly hendak mencium bibirnya, namun Fre langsung memalingkan wajah, ia tak sudi jika harus mendapatkan ciuman dari pria yang bukan siapa-siapa. Ia sudah menikah, walau tak seperti pernikahan pada umumnya, namun Fre harus tetap menjaga harga dirinya sebagai seorang istri. Stenly terus memaksa, semakin kuat Fre menjaga diri, semakin keras juga ia mencoba untuk meraih bibir menantu keponakannya itu. Stenly tak bisa menahan diri, ia terlalu candu pada tubuh Fre saat ini. Dan, akhirnya Stenly berhasil mendapatkan ciuman itu, ia memagut bibir Fre walau tak mendapatkan balasan dari gadis yang kini berada dibawah tindihannya, Stenly menggigit kecil bibir bawah Fre dan akhirnya Fre membuka mulut, memberikan akses kepada Stenly untuk masuk. Fre tak tahan lagi, ia tidak boleh membiarkan Stenly melewati batas. Plak! Fre menampar Stenly lagi, membuat Stenly sadar dengan apa yang dia lakukan, Fre memandang paman mertuanya penuh kekesalan dan intimidasi, bahwa ia tidak menyukai hal ini. “Paman harus menyadari satu hal, bahwa aku adalah istri dari keponakanmu.” Fre kembali mengingatkan Stenly. “Walau aku dan Jael menikah tanpa cinta, dan Jael seperti itu, tapi aku harus tetap menghargainya, jadi Paman tolong hargai aku juga.” "Aku? Menghargai kamu? Tidak salah?" "Ya. Aku tahu, aku sudah mempermainkan perasaan Paman, tapi--" Stenly meremas dagu lancip Fre, membuat Fre menahan rasa perih karena kuku panjang Stenly menusuk leher dibawah dagunya. "Sudah aku katakan, jangan panggil aku dengan sebutan Paman." "Kenapa? Paman memang pamanku juga, 'kan?" "DIAM!" bentak Stenly lalu melepaskan Fre dari tindihannya. "Mulutmu sungguh manis, tapi hatimu seperti malapetaka." "Kalau sudah tdak ada lagi, aku mau kembali ke kamar." Fre lalu bangkit dari duduknya dan meninggalkan Stenly.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD