Tidak Melihat

1130 Words
“Udah sampai mana?” “Udah ACC, besok mau daftar sidang.” “Nggak percuma dekatin dan hangatin ranjang dia.” Pras tertawa mendengar kata-kata Bram, sahabatnya. Hal yang tidak diketahui sama sekali oleh orang terdekatnya, hubungan intim dengan salah satu dosen demi mendapatkan nilai. Perbuatannya itu semua hanya agar segera lulus, terlalu asyik bekerja sampai melupakan pendidikan dan secara kebetulan bertemu dosen yang kurang perhatian dari suaminya, mereka membuat kesepakatan gila tersebut. “Kamu kemarin datang ke pernikahannya Pak Fandi? Katanya dapat istri konglomerat, benar? Kamu datang karena undangannya Bu Tita, kan?” suara Bram menghentikan ingatan masa lalunya. “Ya, lebih tepatnya karena Pak Slamet bawa Vania jadinya aku juga dibawa.” “Kamu tidur sama Vania?” Bram menatap tidak percaya. “Satu kamar, kita nggak ngapa-ngapain! Nggak tertarik juga lakuin itu sama dia, bayangin bekasnya Pak Slamet ogah. Udah nggak usah tanya-tanya lagi.” Pras memberikan tatapan tajam. “Bokap lo gimana? Waktunya lo wisuda udah depan mata, tinggal keinginannya yang lain.” “Ngapain ingetin itu! Aku udah berusaha melupakan.” Pras semakin kesal pada Bram. “Sebenarnya kemarin ketemu mama kamu, dia tanya kamu gimana. Benar kamu nggak pulang ke rumah? Mama kamu khawatir, bahkan kemarin minta tolong buat bilang kamu pulang.” Pras menghembuskan napas panjang, bisa saja sebenarnya pulang tapi dirinya malas berhadapan dengan papanya. Papanya masih kecewa dengan dirinya, keinginan papanya adalah Pras mengambil kedokteran agar bisa menggantikan dirinya, tapi ternyata malah mengambil hukum yang pastinya berbeda jauh. Hal lain yang semakin membuat papanya marah adalah Pras tidak lulus-lulus malah sibuk bekerja di salah satu perusahaan event organizer. “Kamu akan berhenti berhubungan dengan dia?” tanya Bram yang membuyarkan lamunan Pras. “Tergantung.” Pras mengangkat bahunya. “Mau sampai kapan kamu begini? Memang nggak mau cari cewek yang benar? Nggak mau menikah?” “Kaya kamu? Aku belum mikir kearah sana.” Pras masih merahasiakan satu hal pada Bram, selain dosennya Tita dirinya juga menjalin hubungan dengan salah satu rekan kerja papanya. Hubungan ranjang dengan suaminya tidak berjalan menyenangkan, Pras membantu dia mendapatkan kepuasan yang tidak didapat dari sang suami. Setidaknya bersama wanita ini mendapatkan uang yang banyak, Pras bisa membayar tempat tinggalnya ini. “Kamu kemarin nggak ketemu cewek cantik?” tanya Bram tiba-tiba. “Banyak yang cantik.” Bram mencibir jawaban Pras “Nggak ada yang menarik hatimu?” “Ada, kita sempat kenalan. Aku lihat dia gadis yang lugu.” “Gadis?” Pras menganggukkan kepalanya “Astaga! Bagaimana bisa? Kasihan dia kalau dapatin kamu, kamu belum apa-apain dia kan?” “Ngarang, gimana bisa? Dia gadis baik-baik, kaya nggak pernah nglakuin hal aneh. Percaya nggak ada yang lihat ciuman itu shock dan penasaran?” Pras menatap Bram dengan senyum lebarnya mengingat ekspresi Lita. “Namanya siapa? Kalian kenalan?” Pras menganggukkan kepalanya “Jadi...kamu suka sama dia?” Pras melempar kertas dihadapannya pada Bram yang langsung tertawa “Gimana bisa aku suka sama dia? Nggak usah ngarang lah.” “Ada tuh cinta pada pandangan pertama.” “Aku nggak yakin bisa cinta sama cewek, lagian mana ada cewek yang mau sama cowok model aku. Cowok panggilan yang memuaskan wanita tua.” “Kita nggak pernah tahu sama takdir Tuhan.” Bram memperingatkan Pras yang hanya mengangkat bahu. “Aku duluan.” Pras beranjak dari tempatnya, gerakan Pras membuat Bram mengerutkan keningnya. Menepuk bahu Bram meninggalkan cafe, tempat mereka bersama menghabiskan waktunya untuk berbicara. Tujuannya saat ini adalah apartemen, lebih tepatnya adalah tempat tinggal rekan kerja papanya. Wanita yang membutuhkan kepuasan dalam hubungan panas, hal yang harusnya dia dapatkan dari sang suami. “Astaga! Kemana sih, Dara?” Pras menghentikan langkahnya mendengar suara teriakan seseorang, bukan teriakan minta tolong tapi suara yang sangat dikenalnya. Mencari sang sumber dan seketika tersenyum tipis melihat gadis yang menarik perhatian saat berada di Bali, gadis yang tidak lain adalah adik dari dosennya. Pras tahu siapa dia, semua diketahui secara tidak sengaja saat dia berpelukan dengan mempelai yang tidak lain adalah dosennya. “Nungguin seseorang?” Lita bergerak mundur terkejut dengan suara yang ada disampingnya “Kamu? Rendra? Bali?” Pras tersenyum mendengarnya, tidak menyangka jika gadis ini mengingat nama itu. Nama panggilan dalam keluarganya, tidak ada yang boleh memanggil itu selain keluarganya dan Bram tahu itu. “Terhormat sekali kamu mengenal aku.” Pras tersenyum mendengar kata-kata Lita “Nungguin teman? Mau kemana?” Lita menganggukkan kepalanya “Mau nonton, tapi dari tadi nggak diangkat. Kamu sendiri?” Pras terdiam, menimbang sesuatu mendengar jawaban Lita “Pulang.” Lita menganggukkan kepalanya “Kayaknya nggak jadi nonton, percuma juga nonton sendirian. Duluan ya, Mas Rendra.” Tatapannya tidak lepas dari Lita yang mendatangi kendaraan online berupa motor, mengerutkan keningnya melihat apa yang dinaikinya. Pras ingat jika dosennya memiliki kantor lawyer dan keluarganya sangat mampu, tapi adiknya menggunakan kendaraan online. Menggelengkan kepalanya tanda itu bukan urusannya, kembali melangkah ke tempat tujuannya yaitu parkiran. “Aku kira kamu nggak datang, sayang.” Sambutan yang diberikan adalah ciuman panas, Pras yang sudah terbiasa langsung paham dengan menutup pintu kasar. Memuaskan wanita yang sedang dipeluknya dan membawanya ke ranjang, memuaskan dengan mencapai klimaks yang memuaskan sesuai dengan keinginannya. Melepaksan penyatuan mereka termasuk pengaman yang dipakai, membuangnya ke tempat sampah memasuki kamar mandi tanpa menatap kearahnya. “Uangnya sudah aku transfer.” Pras menganggukkan kepalanya, mengambil ponsel dengan membuka aplikasi bankingnya dimana terdapat nominal beserta bonus yang diberikan. “Kamu bisa lusa kesini kebetulan suamiku keluar kota, kita menghabiskan waktu bersama selama beberapa hari.” “Nanti aku kabarin lagi,” jawab Pras “Memang kamu nggak takut kalau suami kamu tahu perbuatan kita?” “Kamu takut?” Pras mengangkat sudut bibirnya “Kalau ketahuan aku nggak rugi banyak, paling kamu yang akan malu. Makasih uangnya, semoga kamu menyukai apa yang kita lakukan. Evi, masalah lusa aku kabarin lagi nanti.” “Mau kemana? Langsung pulang? Bukankah enak kalau menginap? Kita bisa melakukannya lagi, aku tambahin uangnya.” Pras menggelengkan kepalanya “Aku masih ada perlu.” “Wanita lain?” tanya Evi penuh ingin tahu dan hanya dijawab dengan senyuman dari Pras. “Aku pulang.” Pras berjalan keluar dari kamar, tidak menyadari jika Evi mengikutinya dari belakang dengan menggunakan pakaian tipisnya. Membuka pintu dan pelukan dari belakang menghentikan langkah Pras, membalikkan badannya dan mendapati Evi mengangkat kepalanya menatap Pras yang langsung mendekatkan bibirnya memberikan ciuman singkat di bibirnya. “Nanti aku kabari, aku harus pulang.” Pras membalikkan badan, pemandangan yang dilihatnya adalah Lita yang membelalakkan matanya. Pras membeku melihat reaksi Lita, gadis itu memilih melanjutkan langkahnya meninggalkan Pras seakan tidak melihat apapun dan mencoba untuk bersikap biasa sama ketika di Bali, tapi wanitanya berbeda. Pras langsung menutup pintu dan berjalan sedikit cepat agar tidak kehilangan Lita yang sudah memasuki lift. “Aku nggak lihat apapun, jadi nggak perlu cemas.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD