Sang Bunga Desa
Karina sang bunga desa Makmur Jaya kini tengah bersiap untuk keberangkatannya ke kota untuk melanjutkan pendidikannya. Siapa yang tak mengenal Karina,seluruh warga desa tau dan kenal akan dirinya. Anak tunggal dari pasangan pak Rohmat dan bu Fatimah ini tersohor dengan kecantikannya. Tak hanya orang-orang yang berada di kampungnya saja membicarakan kecantikan dan keanggunannya. Namun desa sebelah pun memuji dan mengagumi kecantikannya. Berwajah ayu serta memiliki kulit putih bersih ditunjang dengan lekuk tubuhnya yang indah pastinya membuat laki-laki yang memandangnya akan terpesona. Tak sedikit para pria didesanya dan desa lainnya yang telah melamar untuk memperistri. Tak satupun yang diterima pak Rohmat. Bahkan juragan tanah pun pernah melamar dengan mahar 10 hektar tanah. Lamarannya tetap juga ditolak. Karena pak Rohmat ingin Karina melanjutkan pendidikannya,dia tidak ingin anaknya hanya berakhir sebagai seorang istri tanpa pendidikan yang bagus. Walaupun pak Rohmat seorang pria desa yang tak beependidikan.Namun dia memiliki pemikiran cerdas serta modern berbeda dengan warga lainnya.
Kini tinggal beberapa waktu lagi Karina berada didesanya. Sebentar lagi dia akan tinggal dikota untuk mewujudkan mimpi ayahnya yang ingin menjadikannya seorang sarjana. Memang berat rasanya bagi Karina untuk berpisah dengan kedua orang tuanya tapi dia tetap harus tegar untuk mewujudkan impian kedua orang tuanya.
"Apakah kamu sudah siap nak?"
tanya pak Rohmat didepan pintu kamar Karina. Kamar yang berukuran 3x3 tersebut kini akan menjadi sunyi setelah kepergian Karina. Pak Rohmat memandangi sekeliling kamar tersebut. Kemudian menarik nafas panjang.
"Bapak akan merindukan penghuni kamar ini nantinya" ucap pak Rohmat seraya menyeka buliran air mata yang jatuh di pinggir kelopak matanya.
"Bapak jangan sedih. Karina jadi ikutan sedih pak"kata Karina.
"Sudah bapak jangan sedih lagi. Ayo kita keluar. Ibu pasti juga sudah nungguin kita" ajak Karina.
Perlahan mereka berdua keluar dari kamar menuju ke ruang tamu. Terlihat bu Fatimah tengah sibuk menata barang yang akan dibawa Karina nanti.
"Bapak ini kok tidak bantuin ibu sih menyiapkan semuanya. Ibu jadi capek tau" kata bu Fatimah dengan nada sedikit menggoda pak Rohmat.
Melihat tingkah polah kedua orang tuanya tersebut Karina tersenyum. Terpancar raut bahagia dari wajahnya serta perasaan akan merindukan suasana seperti ini.
"Tit...tit...tit..." suara klakson berbunyi didepan rumah.
"Nak Akbar sudah datang menjemput kita ayo kita keluar" ajak pak Rohmat.
"Sini pak saya bantu angkatin barangnya" kata Akbar ke pak Rohmat yang terlihat keberatan mengangkat sebuah tas.
Setelah semua barang bawaan dimasukkan ke dalam mobil mereka pun duduk didalam mobil.
Pak Rohmat dan bu Fatimah sengaja mengantarkan keberangkatan Karina kekota. Memastikan kalau dia akan baik-baik saja dan ingin melihat universitas tempat Karina menimba ilmu nanti.
"Oh ya pak. Saya sudah carikan tempat tinggal buat Karina nanti. Tempatnya juga aman dan dekat dengan kampusnya Karina nanti" kata Akbar ke pak Rohmat. Karena sebelumnya pak Rohmat memang meminta bantuan Akbar untuk mencari tempat tinggal buat Karina selama kuliah nanti.
Akbar adalah salah satu pemuda didesa Karina yang telah lama merantau ke kota. Dia bekerja sebagai buruh pabrik tekstil dikota. Menjadi tulang punggung keluarga dan membiaya dua adiknya yang masih bersekolah mengharuskannya mandiri untuk hidup dikota. Dia sengaja menyewa sebuah mobil dari kota untuk menjemput Pak Rohmat sekeluarga untuk mengantar Karina ke kota. Itu permintaan tolong langsung dari pak Rohmat sendiri kepadanya sebulan lalu. Akbar sendiri mempunyai hubungan baik dengan pak Rohmat. Semasa hidup ayahnya Akbar adalah teman baiknya pak Rohmat. Sesuai dengan janjinya dia akan datang menjemput pak Rohmat sekeluarga bertepatan dengan jadwal cutinya.
Sesampainya dikota,Akbar langsung mengantarkan ke tempat tinggal Karina. Sebuah rumah besar yang menyewakan kamar kos untuk para mahasiswi. Penyewaan kamar khusus untuk para putri. Pemiliknya seorang janda yang tidak memiliki anak. Sang janda tersebut bernama Bu Rianti. Bu Rianti ditemani keponakannya yang bernama Santi mengurus keperluan para penghuni kos. Santi sendiri adalah pacar Akbar, calon istri yang akan dinikahinya tahun depan nanti. Jadi dia merasa kalau Karina akan aman jika bersama dengan Santi dan bu Rianti.
Pak Rohmat dan bu Fatimah merasa sangat senang dan merasa yakin kalau putri semata wayangnya akan aman selama tinggal disana. Apalagi setelah berbincang langsung dengan bu Rianti yang memang seorang wanita shaleha.
"Nak jangan lupa pesan bapak ya. Jangan tinggalkan shalat 5 waktu. Cuma itu pinta bapak ya nak" ucap pak Rohmat.
"Iya pak" jawab Karina sambil mengangguk dan air matanya pun menetes tak terasa.
"Jaga diri ya nak. Jaga kehormatanmu sebagai wanita. Jangan karena kamu gadis desa kamu mau direndahkan orang-orang yang sombong nak. ingat ibu sama bapak" pesan bu Fatimah sambil memeluk Karina.Merekapun larut dalam kesedihan akan sebuah perpisahan.
Kini sang bunga desa telah berada ditempat yang baru. Tempat dimana tidak seorang pun mengenalnya ataupun yang dikenalnya. Perjalanan kisah hidup Karina akan dimulai. Dimana sebuah tragedi yang tak pernah dibayangkan akan dialaminya.