Renee, I finally found you!
Sorakan, tepuk tangan dan berbagai siulan terdengar membahana di seluruh penjuru Bar. Berasal dari para pria yang terang-terangan mengagumi suguhan pertunjukan yang sedang berlangsung di panggung. Tyo pun biasanya akan senang untuk melihat wanita-wanita cantik dengan balutan party dress minim kain begitu.
Namun entah mengapa kali ini Tyo sama sekali tidak bisa menikmati jalannya peragaan busana. Belasan model bertubuh indah pun sama sekali tak ada yang menarik baginya. Pandangan mata Tyo hanya mampu tertuju dan terpaku kepada satu sosok tubuh saja. Sosok semampai yang ikut beraksi di panggung, Renata.
Jantung Tyo seakan sudah meloncat-loncat keluar dari sarang tulang rusuknya saat melihat sosok Rena berjalan berlenggak lenggok di atas catwalk. Memamerkan tubuh indahnya dalam balutan brown halter gown dengan potongan rendah di bagian d**a, serta belahan yang cukup tinggi di bagian paha.
Rena memakai tatanan rambut panjang terurai indah saja untuk menutupi bagian punggungnya yang cukup terbuka. Menciptakan penampilan yang sungguh membuat gadis itu terlihat cantik, seksi, sangat memukau dan mempesona. Bahkan mengalahkan belasan model lain yang sedang berjalan bersamanya di atas catwalk.
Shit! I might be crazy! Tyo merasa panik dengan kegilaan yang terasa nyata sedang berkecamuk di dalam dirinya sendiri.
Kenapa ini? Kenapa aku tak sanggup untuk mengalihkan pandanganku dari gadis itu?
Oh Renata, kenapa pandangan dan hatiku seakan sudah tertutup untuk wanita lainnya? Terkalahkan oleh silaunya pesona dari kamu seorang?
Tepat setelah acara peragaan busana berakhir, Tyo sudah tak dapat untuk menahan dirinya lagi. Segala dentuman di dadanya sudah ingin meledak karena overexcited dan nervous untuk bisa bertemu dengan Renata lagi. Dia beranjak dari sofa empuknya, berjalan dengan langkah cepat untuk mencari gadis itu di back stage. Mencari-cari sosok Renata diantara belasan gadis model lain yang ada di sana.
Tyo meraih sebelah tangan Renata dan membawanya sedikit menjauh dari keramaian. Tak memperdulikan pandangan heran serta menyelidik dari model-model lain yang ada di sana.
"Renee, thanx God. Finally I can find you." Entah bagaimana ucapan kelegaan itu yang keluar begitu saja dari mulut Tyo sebagai ganti sapaan.
"Who are you?" Gadis itu bertanya dengan kebingungan karena ada pria asing yang tiba-tiba menarik lengan dan membawanya pergi.
Dieeeng! Reaksi Renata kali ini benar-benar diluar dugaan serta mampu membuat Tyo melongo. Serasa segala rasa bahagia dan angan-angan yang sudah terbang tinggi di angkasa dihempaskan begitu saja jatuh ke tanah. Membuat harga diri Tyo sebagai seorang Cassanova abad milenium hancur berkeping-keping seperti serpihan kaca yang berserakan.
What the heck? Jangan bilang kamu lupa sama aku, Renee? Tyo sudah mengumpat dalam hati. Tak terima karena ternyata Rena bahkan sama sekali tidak mengingat dirinya.
Jadi cuma aku saja yang kangen sama kamu dan kamu nggak?
"Namaku Tyo. Kita pernah ketemu tiga hari yang lalu di restoran Asia, yang ada di daerah Eiffel tower Boulevar." Tyo mencoba bersabar untuk mengingatkan Rena akan dirinya. Masa iya km kamu gak ingat sama sekali kalau pernah ketemu cowok seganteng aku?
"Eiffel tower Boulevar ... Asian restoran?" Renata terlihat berusaha mengingat-ingat.
"Waktu itu kamu sedang duduk sendirian, sambil menikmati dimsum. Kamu juga menggambar sesuatu di sketchbook sambil bersenandung lagu sedih berbahasa Indonesia." Tyo menjelaskan lebih detail keadaan waktu itu, berharap Rena bisa mengingat dirinya.
"Ohhh I see. Kamu pria aneh dari Indonesia itu ya?" Rena akhirnya bisa mengingat Tyo.
"Yes, that's me." Tyo langsung mengiyakan. Jadi kamu menganggap aku pria aneh? Yah gak pa-pa sih, yang penting kamu bisa mengingat tentang aku.
"I miss you. I want to meet you." Tyo melanjutkan perkataannya.
"Udah ketemu kan. Maaf aku harus pergi. Aku sedang kerja sekarang." Rena berpaling, hendak melangkah untuk meninggalkan Tyo.
"Wait a minutes please." Tyo meraih sebelah tangan dan menghentikan langkah Rena.
"What else?" Tanya Rena dengan wajah kesal dan tidak sabaran.
"I just want to tell that you are my goddess." Tyo melanjutkan ucapan puitis dan romantis dari mulutnya untuk sang gadis cantik. Ucapan jujur dari lubuk hati terdalam yang paling tepat untuk mengungkapkan kegilaan yang sedang dia rasakan saat ini. Bahwa dirinya mengganggap Renata sebagai seorang dewi.
"What? Are you insane? Stop kidding me!" Rena tak tergoyahkan sama sekali dengan gombalan Tyo, menganggap pria itu sudah gila. Dia juga semakin jengah dengan tingkah pria itu. Tingkah yang sudah sering dia dapatkan dari berbagai pria gila, fans fanatiknya sebagai seorang model profesional.
"No, I'm not kidding ... " Tyo kebingungan bagaimana untuk dapat menjelaskan kepada Rena. Memang terkesan sangat klise dan gampangan. Bagaimana dirinya bisa semudah itu jatuh hati dan tergila-gila kepada seorang wanita yang baru saja dia temui beberapa hari yang lalu. Sangat tidak sesuai dengan prinsip gentleman dignity yang selalu dianut oleh Tyo.
"Tolong dengarkan sejenak." Lanjutnya dengan bahasa Indonesia yang lebih mudah dipahaminya. "Aku bisa merasakan kalau kamu adalah Renee-ku, kamu itu sudah seperti reinkarnasi dari dewiku yang telah terlahir kembali. Kamu adalah wanita yang ditakdirkan untukku."
"Dasar sinting!" Rena melepaskan pegangan tangan Tyo dari lengannya dengan kekesalan yang nyata terlihat. Lalu berjalan menjauh darinya.
Tyo hanya bisa melihat sosok gadis itu menjauh dengan hati yang semakin bergejolak campur aduk. Sedih, terhina, namun juga semakin penasaran dan tertantang untuk bisa menaklukkan dan mendapatkan gadis itu.
"Aku memang sinting. Aku memang sudah gila karena kamu, Renee." Gumam Tyo sambil melangkah kembali ke sofa tempatnya duduk tadi.
Istilah sudah jatuh ditimpa tangga rasanya benar-benar sesuai dengan keadaan Tyo saat ini. Rasanya apes banget, seolah dirinya kena karma dari sakit hati banyak wanita di masal lalu karena tingkah polanya sendiri.
Bagaimana tidak, jika saat ini Tyo merasa patah hati karena penolakan dan sikap acuh Renata kepadanya. Namun masih juga ditambahi dengan pemandangan yang harus dia lihat tepat di depan mata kepalanya sendiri. Dimana Rena dan beberapa teman modelnya sedang duduk bersama dengan pria-pria hidung loreng dalam sebuah sofa melingkar.
Mereka bercanda dan bersendawa gurau serta melakukan berbagai rayuan dan cubuan sambil meminum anggur di gelas mereka. Pelukan-pelukan ringan, kecupan-kecupan manja, serta sentuhan tangan dari pria-pria itu ke berbagai bagian tubuh Rena seakan mampu menyalakan api di dalam tubuh Tyo, semakin membara.
Tyo sudah mencoba untuk bertahan dan bersabar sambil sesekali mengalihkan pandangan. Tak kuasa rasanya untuk melihat gadis yang memikat hatinya bertingkah seperti itu. Kenyataan akan pekerjaan Renata sebagai seorang model menjadi rem cakram untuk bisa membuatnya tidak sampai kalap serta lupa daratan untuk membawa Rena pergi jauh-jauh dari tempat terkutuk ini.
Ayolah Tyo, dia adalah seorang model. Dan bagian itu sudah merupakan pekerjaannya.
Minuman anggur merah dingin pun ternyata tak mampu untuk meredakan dan memadamkan api di dalam hati Tyo. Bahkan sudah setengah botol dia habiskan tapi perasaanya tak kunjung membaik juga. Akhirnya dia tak tahan lagi untuk berlama-lama di sana.
Tyo bangkit dari Sofanya, memutuskan untuk ke toilet dan menuju ke wastafel. Dia mengambil air dalam tangkupan tangan guna membasuh wajahnya. Membiarkan sensasi dingin dari air memberikan kesegaran yang menyapa kulit wajah dan kepalanya. Berharap dapat mendinginkan dan menjernihkan pikirannya.
Setelah merasa cukup adem, Tyo beranjak ke salah satu bilik toilet untuk menyelesaikan hajatnya yang lain. Berkonsentrasi dengan panggilan alam yang harus segera dia penuhi.
Tyo masih di dalam bilik saat sebuah percakapan terdengar oleh kedua telinganya. Percakapan dengan bahasa Inggris yang menarik minatnya untuk ikut mendengarkan karena ada nama Renee yang disebutkan oleh dua pria itu.
"Have you heard the rumors? She's virgin!"
"Renee? That hot babe? Oh Gosh, It makes me want to eat her more and more! - Renee yang cantik itu? Aku semakin menginginkannya!"
Tyo mengurungkan niatnya untuk keluar dari bilik toilet. Untuk mendengarkan percakapan dua orang pria itu lebih jauh lagi. Semakin merasa tak tenang dengan niatan jahat mereka kepada Renata.
"She Will reject you for sure!"
"Apa yang bisa dia lakukan kalau kuberikan ini?"
"Wow, Aprodisiac?" tanya suara lainnya. Terdengar bersemangat karena melihat Aprodisiak yang merupakan zat yang mampu meningkatkan gairah seksual.
"Tentu saja, dan dia pasti akan menjadi milikku malam ini."
"Hahaaha absolutely, good luck Bro!"
Fuuck! That damn Mathafaka! Berani-beraninya mereka ingin mencelakakan Renata!
Cepat-cepat Tyo menyelesaikan ritual dan merapikan pakaiannya untuk mengejar mereka. Namun sepertinya dirinya sedikit terlambat, saat Tyo keluar dari bilik toilet sudah tak ada lagi orang di sana. Akhirnya Tyo mencuci tangannya di wastafel sebelum dia mengejar kedua pria yang tadi membicarakan Renata.