After few years
Lexa menyandarkan kepalanya pada dinding di dapur BeeBakery tempatnya bekerja. Matanya terpejam sebentar. Tangannya memeluk erat ponsel yang barusan dia gunakan untuk mengubungi seseorang. Baru sepuluh detik dia terpejam sambil memeluk ponselnya. Benda tipis berwarna abu tua itu bergetar. Tertera nama Melissa disana.
"Halo..kenapa Mel ?" tanya Lexa langsung. Dia tidak menyukai basa-basi. Suara di seberang terdengar berisik. "Lo lagi dimana sih ?"
"Halo, Lexa ? Udah kesambung ya ? Gue lagi di stasiun kereta. Beli tiket. Lusa ulang tahun mama, jadi gue harus pulang. Lo mau ikut pulang gak ?" Terdengar suara cempreng Melissa.
Pulang ? Ya Tuhan. Entah sudah berapa lama Lexa tidak pulang. Terlalu menyibukkan diri demi membangun kembali kehidupannya. Sampai dia lupa untuk pulang. Ah pulang.
"Gue gak ikut Mel. Kan gue udah ambil cuti beberapa hari yang lalu buat nemenin lo. Salam aja deh buat Mama. Sama nitip kado nanti."
"Beneran gak ikut ? Gak kangen lo sama--"
"Gak ikut gue. Udah ya, ada buyer datang." Tanpa menunggu suara balasan dari Melissa, Lexa segera menekan icon berwarna merah di ponselnya. Lexa menghela napas. Saat ponselnya kembali bergetar dan tertera nama Irina disana.
"Iya Kak Irina ?" Seru Lexa pelan. Terjadi hening untuk beberapa detik.
"Lexa, lusa papa kamu dioperasi. Kamu mau kesini-kah ?" Suara keibuan khas Irina terdengar.
"Lexa.." Air mata Lexa terurai begitu saja mendengar papa-nya disebut. "Lexa gak bisa Kak. Ada tugas kampus, lagian Lexa juga gak punya uang." Jujur Lexa.
"Lexa, kamu tau kan kami bisa ngirimin tiket unt--"
"Makasih Kak, tapi Kak Irina gak perlu repot-repot." Potong Lexa cepat.
"Lexa, kami gak pernah merasa repot. Kami kirimin tiketnya ya ?"
"Kak, gak usah terima kasih. Tapi Lexa lusa memang ada tugas dari kampus." Lexa berkata jujur.
"Ya udah kalo kamu udah free, bilang kami ya, biar kami jemput kamu. Emang kamu gak kangen sama papa kamu ?" Suara di seberang terdengar sedih.
KANGEN BANGET KAK. SUMPAH.
"Kak Irina udah tau jawaban Lexa apa kan ? Kak Irina kasih tau Lexa berapa biaya operasi papa ya ? Lusa Lexa transfer."
"Lexa, kamu gak harus biayain pengobatan pap--"
"Harus Kak, karena dia papa Lexa. Kak Irina tolong jangan buat Lexa tambah merasa selalu ngerepotin Kak Irina dong." Raut wajah Lexa berubah sedih.
"Lexa, kakak gak bermaksud gitu, cuman ya..kamu tau biaya operasi papa kamu itu gak sedikit, sementara kamu juga kuliah. Kakak hanya takut kamu akan kem--"
"Gak akan Kak, Lexa kan udah janji sama semua orang kalo Lexa gak akan kembali ke jalan yang salah lagi. Percaya sama Lexa kak. Dengan Kak Irina udah mau jagain papa Lexa selama pengobatan papa di Singapura, Lexa udah berterima kasih banget. Kalo aja Lexa gak terlanjur janji sama papa dan mendiang mama Lexa untuk nerusin S2, Lexa akan jagain papa sendiri."
"Iya Lexa. Nanti kami akan berunding dulu sama dokter. Baru kami kasih tau berapa uang yang harus kamu transfer."
"Iya Kak. Dan tolong ya Kak Irina jujur soal biaya operasinya." Lexa menghela napas. "Jangan seperti 3 bulan lalu, Kakak hanya menyebutkan seperempat biaya operasi papa."
"Lexa, kakak cuma mau bantu papa kamu seperti papa kamu dulu selalu bantu kakak. Selain itu papa kamu juga Om terbaik yang kakak punya. Jadi kakak juga minta tolong, bukan kamu aja yang sayang sama papa kamu, dan ingin yang terbaik untuk papa kamu."
"Makasih kak." Lexa kemudian memutus sambungan telponnya. Kembali memeluk ponselnya erat. Matanya sudah mulai penuh dengan air mata yang sejak tadi dia tahan.
Papa, Lexa kangen sama Papa. Berjanjilah papa akan terus berjuang untuk Lexa. Karena sekarang rumah Lexa untuk pulang hanya Papa. Lexa udah gak punya -rumah- lagi selain Papa.
Dan air mata tertahan itu, berlinang begitu saja. Membuat Lexa terisak dalam diam. Lexa merasakan ada tangan hangat yang merengkuhnya. Saat Lexa menoleh, wanita paruh baya itu melihat Lexa dengan tatapan menenangkan. Tangan wanita itu naik turun di pungguh Lexa.
"Lexa, kalau memang kamu butuh biaya untuk papa kamu, kami bisa bantu." Ucap wanita itu lirih. Entah untuk alasan apa wanita itu ikut berlinang air mata. Lexa segera menghapus air matanya. Juga menghapus buliran air mata pada wanita paruh baya di sampingnya.
"Terima kasih, Bibi Jean. Bibi sudah terlalu baik dengan memberikan Lexa pekerjaan ini. Bibi jangan menangis dong, Lexa kan jadi tambah sedih." Lexa membalas rengkuhan Bibi Jean yang tak lain adalah pemilik BeeBakery, tempatnya bekerja.
"Lexa, you know, you can lean on me." Wanita itu melepas rengkuhannya. Menangkup kedua pipi Lexa. "Bibi udah menganggap kamu seperti anak bibi sendiri. Jangan pernah sedih lagi Lexa, ada banyak orang yang menyayangimu." Ucapnya tulus. Tangannya sibuk menghapus sisa air mata di pipi Lexa.
Lexa mengangguk pelan. Menatap wanita paruh baya yang selama dua tahun terakhir menjadi salah satu sandaran Lexa. Menjadi salah satu guru Lexa untuk tetap bertahan.
"There you are !!!" Seru seseorang yang berhasil membuka pintu dapur BeeBakery. Sosok itu mendekati Lexa dan Bibi Jean. Wanita dewasa berparas cantik dengan rambut panjang hitam pekat yang tergerai. "Apa yang aku lewatkan ?" Lanjutnya dengan tatapan menyelidik.
"Angelina. Gak bisakah kamu ketuk pintu dulu sebelum masuk ?" Tegur Bibi Jean dengan aksen marah yang dibuat-buat.
"Mama, plis deh, kalian abis ngapain sih ?" kini mata Angelina terarah pada Lexa. "Gak lagi ngomongin aku kan ?"
"Gak Kak Angel yang cantik." Lexa mengurai senyum. Senyuman kagum pada wanita 26 tahun di depannya.
Ya Alexandra Eleanor akan selalu mengagumi Angelina Guardiano. Bukan karena pesona kecantikan Angel. Ya Tuhan, Lexa gak kalah cantik dari Angel. Tapi karena kisah asmara Angel yang bertahan dengan satu pria selama 12 tahun lebih.
Deucaleon Kingsley. Atau Mas Leo yang sekarang menunjukkan kepalanya pada pintu dapur yang setengah terbuka.
"Angel, ayo to the point aja sama si Lexa, bentar lagi ada rapat." Kata Leo singkat kemudian bergegas meninggalkan dapur.
"Yaudah, Ma, aku pinjem Lexa dulu." Angel berkata dengan raut wajah yang ceria. Mengedipkan mata kirinya pada Mamanya. Membuat mamanya mengerti. Angel memang bisa selalu diandalkan. Untuk hal apapun.
****
"APA ???" Pekik Lexa dengan sangat keras. Membuat Angel dan Leo reflek menutup telinga. 10 menit berlalu dengan obrolan yang membingungkan bagi Lexa. Namun saat Leo menarik garis besar dari percakapan itu. Lexa malah memekik keras.
"Apa untuk apa dulu nih, Lex ?" kedua tangan Leo sudah turun dari telinganya.
"Apa karena kamu dapet panggilan kerja di perusahaan tempat kami kerja, atau apa karena buku sketsa kamu yang ternyata kebawa di tasnya Mas Leo ?" Angel menambahi.
"..." Lexa masih dalam mode marah. "Ya tentu karena buku sketsa aku yang kebawa sama Mas Leo-lah Kak. Ya ampun Kak, aku itu sampe lembur ngerjain ulang tugas-tugas desain aku."
"Ya maaf Lexa, Mas Leo juga gak tau kenapa buku-buku itu bisa ada di tas Mas Leo." Leo membela diri walaupun berbohong.
Jelas 2 minggu lalu buku sketsa itu sengaja dia masukkan tasnya. Karena dia sudah pusing dengan permintaan bosnya soal desain baru untuk perumahan yang akan dikerjakan oleh perusahaan property tempatnya bekerja. Dan Lexa, adalah harta karun bagi Leo dan Angel. Dengan otak encer dan kemahirannya dalam urusan desain -desain segala hal- garis bawahi dan tebalkan itu. Terbukti dengan hasil desainnya yang lumayan laris saat di jual pada majalah property juga.
"Tapi bos kami beneran suka sama hasil desain kamu. Detail dan simple." Angel berusaha meredakan amarah Lexa.
"Dia bahkan pingin banget ketemu kamu. Kamu bisa gak kalo hari ini ketemu sama dia ? Sekarang aja gimana ?"
"SEKARANG !!!??" Lexa kembali memekik keras. membuat beberapa pengunjung BeeBakery menoleh ke arahnya.
"Lexa, suara please." Tegur Angel lirih.
"Kak Angel, Lexa sekarang bau oven sama bau kue, masak iya mau ke kantor mewah kalian."
"Yaudah, kita tunggu, sementara kamu mandi. Kita juga mau makan siang dulu." Kini Leo membuka suara. "Mau kan ? mau ya..nanti Mas Leo beliin headshet baru deh."
"ya Mas Leo emang harus beliin headshet baru buat Lexa. Kan Mas Leo yang ngilangin." Lexa bertambah emosi. Angel menepuk bahu Leo pelan.
"Kok kamu malah bahas headshet sih, Mas, kan Lexa jadi marah lagi."
"Pokoknya gantiin ya headshetnya Lexa, itu versi original harganya mahal. Belinya juga jauh. Jadi kalo sampe diganti dengan yang 25ribuan. Lexa doain Mas Leo ubanan."
"Ya Ampun ini anak. Iya nanti mas Leo beliin." Leo mendengus kelas.
INI GARA-GARA DYLAN. Leo kembali mengingat saat Dylan, teman sekaligus bosnya berkunjung di BeeBakery 2 hari lalu. Dylan yang lupa membawa earphone bluetoothnya merecoki acara pacaran Leo dan Angel untuk membelikan earphone bluetooth di toko sebelah.
Namun sebelum Leo bangkit untuk membelikan, Leo lebih dulu melihat headshet milik Lexa tergeletak di meja pantry BeeBakery, niatnya sih minjem beberapa menit doang sampe si Bos muda selesai, eh malah sama si bos dibawa pulang.
"Yaudah kamu sekarang mandi gih, kami tunggu." Suruh Angel.
"Gak bisa Kak Angel, Lexa hari ini mau lembur."
"Aku akan bilang mama buat ngijinin kamu."
"Bukan lembur di bakery, tapi lembur ngerjain tugas. Lusa dikumpulin. Tugas -yang sekarang di tangan bos- kalian itu."
"oh.." Angel dan Leo berpandangan sebentar. "Bentar aja deh Lexa. Seru kedua sejoli ini bersama.
"Gak bisa Kak."
"Yaudah kalo gitu besok ya, kuliah kamu jam berapa selesai ?" Angel melempar senyum saat bertanya soal kuliah Lexa. Dia yang paling bersemangat kalo berurusan sama hal kuliah.
"Jam 9 mungkin udah balik, karena Lexa masuk jam setengah 7."
"Okey, besok aku jemput jam 9, gimana ?" Angel masih tersenyum.
"Gak deh Kak, aku ke kantor kalian sendiri aja. Deket juga kan ?"
"Justru karena deket, aku jemput ya.."
"Mau jemput Lexa apa mau ngapel berondong ?" Leo mulai cemburu.
"Keduanya." Jawab Angel santai. "Kamu aja hampir tiap malam nemenin Dylan liat cewek seksi di bar, masak aku gak boleh liatin berondong ganteng di kampusnya Lexa ? Berondong yang aku liatin ini pakaiannya lengkap. Sopan, gak kayak cewek-cewek di bar." Sindir Angel.
"Angel, kan kamu juga tau kalo aku---"
"Oke besok jemput aku aja kak, sekalian ada berondong baru yang mau aku kenalin ke Kak Angel." potong Lexa. Tersenyum puas. Bahkan saat kedua bola mata Leo memelototinya.
****
Sejauh ini gimana sama Lexa-nya ?
Bingung ya ?
Stay tune biar ga bingung