6. Another First Kiss

784 Words
"LAH." seru Leo setengah panik melihat Lexa tak lagi ada di sampingnya. Dylan di depannya menatap Leo bingung. "so, mana ?" Tanya Dylan menutup macbooknya. Leo nyengir gak jelas. Sedetik kemudian dia merasakan ada yang bernapas dibelakangnya. Leo bergeser ke kanan. "Nih." Kata Leo mendorong pelan tubuh Lexa agar sejajar dengan Leo. Jadi tadi Lexa bersembunyi di balik tubuh kekar Leo. Lexa belum siap. YA TUHAN LEXA BELUM SIAP. Jerit Lexa dalam hati. Dylan masih terduduk di kursi. Mengamati setiap inci penampilan Lexa. Cantik. Itu kata pertama yang terlintas di benak Dylan. Meskipun saat ini Lexa menundukkan kepalanya. "Eh, Lex, liat depan." Leo menowel tangan Lexa agar menghadap ke depan. Ke Dylan. Lexa menurut. Meski dengan perasaan takut. 1-2-3. Kepala Lexa terangkat. Menatap pria yang sedang duduk memakai kaos lengan panjang abu-abu. Another pria hot. Batin Lexa. Huss. Keduanya bertatapan untuk beberapa saat. Seperti dugaan Dylan. Lexa memang cantik. Saat wajahnya terlihat jelas. Dengan make up sederhana dan tatanan rambut model updo natural. Memamerkan leher jenjang Lexa yang cipokable banget menurut Dylan. Sementara Lexa masih terperangah tidak mengerti. Tadi Leo bilang kan ada meeting, kenapa ini bos cuma pake kaos lengan panjang dan celana jins ? Bukannya pake setelan jas seperti bos-bos lainnya. Keadaan saling tatap yang hening itu sirna saat ponsel Leo berdering keras. Leo melihat layar ponselnya. Tertera nama Angelina. "Iya, Angel ada apa ?" Hening sejenak. Leo terlihat serius mendengarkan suara Angel. "APAA?? Oke aku turun sekarang." Dan Leo langsung memasukkan ponselnya di saku jasnya. "Kenapa, Le ?" Tanya Dylan sedikit penasaran. "Nanti gue jelasin, gue nyamperin Angel dulu. Lo lanjut gih wawancara kerjanya." Leo memandang Lexa sejenak. Seolah menenangkan Lexa yang terlihat gugup dan takut. "Dan lo." kini tatapan Leo mengarah pada Dylan. "Jangan apa-apain adik kecil gue ini." Detik selanjutnya Leo melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan itu. "Ayo duduk sini." Suruh Dylan menunjuk kursi di depannya. Lexa berusaha menahan rasa gugup dan takutnya sekuat mungkin. C'mon, Lexa, lo pernah melakukan hal yang lebih menegangkan dari sekedar wawancara kerja. Menurut, Lexapun duduk di depan Dylan. Melepas tas ransel yang sedari tadi dia gendong. Membuat Dylan tersadar kalo cewek depannya ini memakai ransel. Ini sangat jarang Dylan temui, seorang cewek berpakaian semi formal ini malah memakai ransel daripada totebag atau handbag seperti kebanyakan cewek lainnya. "Jadi, kamu adiknya Leo ?" Tanya Dylan basa-basi. Sebenernya dia bingung mau tanya apa, dia belum pernah mengadakan wawancara kerja secara langsung. Sebelumnya ada orang kepercayaannya yang melakukan wawancara kerja. Lexa menggeleng. "Bukan Pak, saya bukan adiknya Mas Leo." Ucap Lexa dengan suara yang takut-takut. "Maksud saya Pak Leo, Pak." Ralat Lexa dengan cepat. "Oh. Jangan panggil saya Pak, ya. Saya seumuran sama Leo. Kamu bisa panggil Mas atau Dylan saja." Dylan tersenyum. Sedikit menikmati ekspresi gugup Lexa. "Tapi kan itu tidak sopan, Pak ?" "Saya tau, hanya saja terdengar aneh, dipanggil Pak oleh cewek secantik kamu." DEZING !! Dylan mulut lo. Dylan mengumpat dalam hati. Sementara Lexa membatin, -Ini orang muji gue, atau ngerayu gue sih ?Kayaknya bener kata Mas Leo, ini orang kurang waras.- "Baik, Mas Dylan." Ucap Lexa. Kaaan, jadi malah terdengar aneh, manggil atasan dengan sebutan -Mas-. Dylan tersenyum sejenak. "Jadi kamu masih kuliah ?" "Iya, Mas." "Cita-cita kamu memangnya pingin jadi arsitek ?" "Bukan. Tapi beasiswa yang saya dapatkan mengharuskan saya kelak jadi Arsitek." Jujur Lexa. Dia memang mendapat beasiswa S2 di jurusan Arsitek. "Bagus." Jawab Dylan singkat. "Saya menyuk---" Dylan menghentikan ucapannya saat ponselnya berdering. Ada panggilan masuk dari Leo. Kenapa lagi si kunyuk ini. "Halo Le, ada apa ?" Hening diseberang. Tiga detik kemudian terdengar suara wanita dewasa yang sedang mengobrol dengan Angelina. -Iya Tante Grass, lain kali Angel akan bicara deh sama Dylan.- -Tolong ya Angel, kamu kan sama Leo sudah berteman lama sama Dylan. Daripada tante selalu didesak sama temen-temen tante yang mau jodohin anaknya sama Dylan.- -Iya tante. Tante beneran gak mau makan siang dulu sama Angel di kantin ?- -Gak usah Angel, tante mau ketemu sama Dylan aja dulu. Lagian ini masih jam setengah 11. Tante belum lapar- tut-tut-tut. Panggilan terputus. Dan terdengar sayup-sayup suara Mama Dylan sedang berbicara dengan Angel di luar ruang Meeting. SHITT. Dylan mengumpat. Kemudian bangkit dari duduknya. Berjalan menghampiri Lexa. Menarik tangan Lexa agar berdiri. "Saya minta tolong sama kamu." Kata Dylan pelan. Harum aroma mint menyeruak indera penciuman Lexa, dan suara pelan Dylan sukses menyihir telinga Lexa sejenak. "Jangan tampar saya karena saya melakukan ini." Dylan menarik Lexa agar masuk dalam pelukannya. Kemudian bibirnya mendarat dengan pasti pada bibir Lexa. Membuat mata Lexa terbelalak. Terkejut setengah mati dengan apa yang Dylan lakukan. **** Cyaaa..yang baru ketemu udah dicium bos ganteng. Singkat banget ya part ini..next lebih panjang deh Abis ini part privat ya..pastikan udah follow dulu..biar tau part setelahnya okayy
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD