05

1484 Words
Tara memegang keningnya yang terasa pusing. Saat ini ia berada di mobil dengan Berta yang mengemudi. “Tidurlah lagi.” “Kau ada air?” gumam Tara masih setengah sadar. “Ada di sampingmu.” Tara meraba sampingnya dan menemukan sebotol air mineral. Tiga puluh menit kemudian, mereka tiba di lokasi pemotretan. Hari ini lokasi pemotretan mereka berada di sebuah hotel ternama. Jika kalian membayangkan akan ada sesi pemotretan dengan Dave lagi kalian salah, setidaknya bukan hari ini. Tara keluar mobil dan langsung menuju ruang make up. Seperti biasa, di sana ia akan mengganti bajunya dan memoles wajahnya. Hari ini tak ada bikini namun ada 8 gaun sexy yang menanti untuk membalut tubuh Tara. Tara duduk di sebuah kursi dan mulai berpose. Pusing di kepalanya seakan menghilang seiring fokusnya pada lensa kamera. Seperti biasa, pemotretan itu berlangsung cepat karena memang Tara menginginkan hal itu. “Kau ada waktu malam ini?” tanya sang fotografer yang berumur empat puluhan. “Aku sibuk.” “Aku sudah melihat Next bulan ini dan cukup terkejut denganmu. Mungkin lain kali aku harus mencoba pose-pose seperti itu di pemotretan kita berikutnya.” Tara bersidekap, memperlihatkan keangkuhannya. “Aku tolak.” “Tapi kau cocok dengan Dave. Kalian terlihat menghayati.” Tara mengangkat sudut bibirnya tipis. Cocok? Menghayati? “Bukankah aku harus bersikap profesional?” “Kau benar, dan tanpa melibatkan perasaan pastinya.” “Kalau begitu aku pergi.” “Tolong pertimbangkan ajakanku untuk minum bersama.” “Tidak akan.” Berta kembali menyetir sedangkan Tara kembali mengistirahatkan diri dengan bermain ponselnya. Namun melihat akun sosial medianya yang sedang rusuh karena foto dirinya dan Dave, Tara mengurungkan niat untuk bermain i********: dan memilih melihat youtube. “Kau besok ada pemotretan bersama Dave.” “Hmm.” gumam Tara ogah-ogahan. “Temanya kolam renang.” “Kau tau aku tak bisa berenang.” “Aku sudah mengatakan pada mereka dan mereka akan mengaturnya.” Berta melirik Tara yang masih asik dengan ponselnya. “Dan kau mendapat tawaran yang yah, cukup menggiurkan.” “Katakan.” “Bermain porno.” “Kau gila?! Sudah cukup dengan kontrak Next sialan itu. Jangan menambah hal aneh lagi!” “Hei, mereka menawarkan Dave sebagai lawan mainnya. Kau tau, itu akan meningkatkan reputasimu. Dan netizen sangat merespon bagus kalian berdua.” “Aku tidak peduli. Jangan pernah menyetujui kontrak apapun bersama Dave selain Next.” “Hmm baiklah.” mereka kembali hening hingga suara Berta terdengar lagi. “Walupun gajinya besar?” Tara menggeram. “T.i.d.a.k.” ::: Dave tersenyum saat para staff menyapanya dengan ramah. Ia tak pernah mengira pemotretannya dengan Tara kemarin terbilang sukses besar dan penjualan Next meningkat. Banyak yang mengatakan bahwa Dave dan Tara sangat cocok, bahkan banyak yang menginginkan mereka membuat video porno bersama. Hm, Mungkin Dave tak akan menolaknya jika ada tawaran itu. Tapi dia yakin Tara tak akan pernah menerima tawaran seperti itu. Hari tampak cerah dan air kolam renang yang jernih, begitu menggoda untuk bergelanyut di dalamnya. Tara datang dan langsung ke ruang make up sedangkan Dave malah berjemur dipingir kolam. “Dave. Tara tidak bisa berenang, jadi jangan ke area yang terlalu dalam.” Dave melirik James yang berdiri di sebelahnya dengan kamera di tangannya. “Hm.” balas Dave sekenanya. Tak lama Tara datang berbalutkan bath robe dan segera menghampiri James. “Kita langsung mulai saja. Sesi pertama kau harus menggoda Dave yang sedang berjemur.” “Baiklah.” Tara melepas handuknya dan berdiri di hadapan Dave yang masih berjemur. Uh liatlah tubuh indah Dave yang hanya terbalut boxer, begitu menggoda. Mimik wajah Tara berubah, tandanya ia siap. Perlahan Tara mendekati Dave dan menempatkan dirinya di atas pria itu, dengan menumpukan kaki kanannya sebagai penyangga di antara selangkang Dave. Setiap gerakan Tara begitu elegan dan menggoda. Disentuhnya d**a bidang Dave dengan gerakan sensual, membuat pria itu menarik pinggang Tara dan merapatkan tubuh mereka. Tara mendekatkan bibirnya ke rahang Dave dan mencium rahang itu lalu turun ke leher. “Nice. Sekarang duduk dan kalian harus menunjukkan kebahagiaan kalian.” Pemotretan sesi itu tak begitu lama karena Tara dan Dave melakukannya dengan baik. Sesi foto untuk area kering juga telah usai. Setelah mengganti bajunya dengan baju renang yang baru. Mereka diminta duduk di tepi kolam. Tara tak fobia kolam namun ia hanya tak bisa berenang. Dan ia tau bahwa dirinya duduk di area yang tak dalam. Dave duduk di sampingnya, dan mereka mulai bermain air bersama. Pria itu masuk ke dalam air dan berdiri di antara kaki Tara yang masih duduk di pinggir kolam. “Dakatkan kepalamu.” instruksi James. Tara mengalungkan lengannya di leher Dave dan mendekatkan wajahnya, seakan ingin megcium Dave. Perlahan, Dave menarik tubuh Tara ke dalam air. Membuat wanita itu sedikit terkejut dan semakin mengalungkan lengannya di leher Dave. “Kau tampak profesional.” bisik Dave. Tara tersenyum tipis. “Bukankah itu harus?” Dave membalas senyuman itu, lalu mendorong tubuh Tara untuk menempel pada dinding kolam. Dave menatap mata indah itu begitu dalam. “Ya, profesional itu harus.” Dave menghimpit Tara dan meraup bibir wanita itu. Tara memejamkan mata, mencoba terbiasa dengan keadaan yang sebelumnya pernah terjadi diantara mereka. Tangan Dave masih bermain di pinggang serta punggung Tara. Tara meremas rambut Dave saat merasakan sesuatu menonjol mendorong di area kewanitaannya wanita itu melepaskan ciumannya dan menatap mata Dave. Jarak wajah mereka masih dekat dan Dave bisa merasakan nafas Tara yang terengah karena ciumannya. “Kau.” geram Tara namun hanya mendapatkan senyuman dari Dave. Tara tersentak saat Dave semakin menghimpitnya dan hal itu membuatnya semakin merasakan milik Dave. Tara menahan d**a Dave agar memberinya jarak. “Menyingkir dariku.” gumam Tara. “Kau mau mencoba sesuatu?” bisik Dave. “Apapun itu aku tidak tertarik.” Dave menggenggam kedua tangan Tara yang ada di dadanya. “Ini akan menyenangkan.” tubuh Dave semakin rapat dan tiba-tiba ia menyentak pinggulnya menghantam kewanitaan Tara di bawah sana. “Uhhh..” tanpa sadar Tara melengkuh karena ia tak pernah melakukan hal seperti itu sebelumnya. Tak ada yang tau apa yang di lakukan Dave di bawah sana karena hal itu tersamarkan dengan air. “Sialan! Pergi!” umpat Tara namun hal itu membuat Dave semakin ingin menggoda Tara. Dave mengangkat kaki Tara yang ada di bawah dan menggerakkan pinggulnya, seakan menyetubuhi Tara walaupun mereka masih menggunakan bawahan. Tara menggigit bibirnya dan bibir Dave sedang menggoda di leher Tara. Sensasi aneh setiap benda tumpul itu menyentuh kewanitaannya, membuat Tara menjambak rambut Dave. “Nice.” “Hentikan bodoh!” Dave masih tersenyum melihat wajah merah Tara yang begitu lucu. Tara menjerit saat tangan Dave ternyata sudah meremas bokongnya dan mengelus area sensitifnya. Tara mendorong Dave kuat dan membuat jarak di antara keduanya. “f**k!” ucap Tara pelan namun Dave masih bisa mendengar umpatan itu. Tara langsung naik ke atas dan staff memberinya handuk untuk menutupi tubuhnya. Dave masih tersenyum membayangkan apa yang baru saja dirinya lakukan. Apakah ia baru saja s*x luar dengan Tara? Itu sangat luar biasa. Sesi terakhir mereka, Tara kembali bersikap profesional. Wanita itu langsung meninggalkan lokasi pemotretan setelah semuanya selesai. Ia muak melihat muka Dave dan kelakuannya yang mencari kesempatan dalam kesempitan. Mereka tak pernah bertemu kecuali saat pemotretan. Namun, hari ini Tara merutuk kenapa dirinya harus bertemu dengan Dave padahal ia sudah muak dengan pria itu. Tara sama sekali tak menghiraukan Dave dan melanjutkan sesi fotonya sendiri. Ia bahkan tak peduli jika Dave sedang menonton dari dekat salah satu lampu flash. Tara berlalu begitu saja dan masuk ke ruang makeup. Di sana ada Luna yang sedang telanjang. Wanita itu pasti akan berfoto nude, itulah hobinya. “Kau sangat tidak serasi dengan Dave.” Tara tak memedulikannya dan mengganti bajunya. “Selama kau tak berani berfoto nude, kau kalah dariku.” “Aku tak peduli.” Luna tersenyum sinis. “Mengakulah bahwa kau kalah.” Oh lelucon macam apa ini. Dirinya harus mengaku kalah dari Luna? Bermimpilah. “Mau taruhan, siapa yang akan ada di cover bulan ini? Jika aku menang, kau harus melakukan satu sesi penuh foto nude. Tapi jika kau yang menang, aku akan mengaku kalah ke fansku bahwa kau lebih baik.” “Tidak tertarik.” “Kau takut?” “Kau mengaku kalah atau tidak, itu tak ada untungnya bagiku.” “Mana mungkin dia berani berfoto seperti itu.” sahut suara lain dari arah pintu. Ternyata sedari tadi Dave sudah berdiri di situ. “Dave!” Luna langsung berhambur ke pelukan Dave dan tak peduli bahwa dirinya masih telanjang bulat. “Kapan kau datang?” “20 menit yang lalu.” Jawabnya. Namun, mata pria itu masih menatap Tara. Tara tersenyum pongah. Kenapa pria itu ikut campur. Tak ingin membahasnya lagi, Tara fokus dengan penata riasnya. “Bagaimana? apakah kau terima tantangannya? Jangan jadi pengecut.” “Dia terkadang memang kurang profesional.” komen Dave dan Tara masih tak mengerti kenapa pria itu juga mengomporinya. Apalagi dia membawa profesionalitasnya. “Baiklah! Aku terima tantanganmu!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD